Portraiture My Erogenous Zone – Ep 60 – A
Cerita Seks Indonesia Terbaru
[Namaku Dave…]
[Aku bekerja sebagai akuntan di salah satu kantor swasta Dubai.]
[Aku diam-diam menyukai salah satu rekan kerjaku yang bernama Amy.]
[Amy sendiri sudah bekerja terlebih dahulu selama 1 tahun lebih sehingga dirinya secara otomatis adalah seniorku di kantor.]

[Akan tetapi, semakin sering aku melihatnya semakin aku penasaran akan dirinya. Dirinya terlihat begitu manis dan berwibawa dan juga sering berdandan layaknya gadis-gadis selatan yang modis.]
[Namun, aku hanyalah seorang pria normal yang sering berpikiran aneh-aneh tentang gadis yang aku bayangkan menjadi pacarku kelak.]
[Aku ingin “mencicipi”nya, seperti yang biasa rekan-rekan kantor lakukan antar pegawai secara diam-diam. Itu sendiri bukanlah sebuah rahasia umum menjalin cinta meski cinta satu malam antar pegawai…]
[Aku hanya membayangkan bahwa seorang Amy pernah melakukannya dengan teman satu divisinya, itulah yang pernah aku dengar di sekitar sini…]
[Aku ingin melihat… Sungguh-sungguh ingin melihat miliknya yang berdasarkan rumor yang beredar bahwa Amy benar-benar merawat bagian intimnya tersebut…]
[Hanya dengan membayangkannya bagaimana bentuknya dengan wajahnya yang begitu cantik, itu sendiri sudah membuat penisku terasa begitu frustrasi ingin memberontak keluar dari celana kerjaku ini dan secepatnya menyelesaikan jam kerjaku ini…]
[Aku ingin sekali menjalin sebuah hubungan, tapi berpacaran di dalam kantor sendiri itu terlarang. Maka dari itu banyak dari mereka yang diam-diam menjalin cinta satu malam saja agar tidak terdeteksi oleh para eksekutif dan Amy sendiri sedikit pemilih kalau dari rumor yang aku dengar…]
[Jadi, hari ini, aku lembur bersama dengannya pada akhirnya aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan! Dengan begini, aku bisa melewati jam lemburku bersama dengannya seperti pemenang…]
Tuk… Tuk… Tak… Tak… Tak…
Dave mengetik laporan miliknya meskipun jam sudah melewati pukul 8 malam pada hari itu…
“Dave…” seseorang memanggil Dave dari arah belakang ketika Dave sedang sibuk menatap layar monitor kerjanya tersebut.
Dave menoleh ke arah panggilan suara tersebut dan mendapati wanita yang membuatnya penasaran sedang berdiri di sampingnya dengan senyumnya yang manis.
“Oh, Kak Amy! Makasih udah nemenin lembur yah…” balas Dave kepadanya sambil bangun dari kursi duduknya tersebut.
“Hehehe… Makasih juga yah udah lembur bantuin aku.. Ini semua buat keperluan PR kantor kita….” balas Amy membawa dokumen baru untuk Dave kerjakan.
“Gimana, Kak? Aku rasa aku berhasil melakukannya dengan baik!” Dave menggaruk kepalanya karena senyuman yang Amy berikan kepadanya.
“Iyah, itu bagus kok, tapi… Kamu bisa jelasin kenapa ada foto ini yang masuk dalam list PR kita? Untung aku sempat lihat-lihat lagi sebelumnya…” Amy menunjukkan sebuah dokumen dengan foto yang disisipkan di dalamnya terlihat siluet Amy sedang melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan PR.
“(CELAKA…! AKU ENGGAK SENGAJA MASUKIN FOTO CANDID ITU… ****** AH DAVE… DAVE…!!!)” Dave menelan ludahnya ketika melihat foto Amy yang tidak sengaja dia sisipkan dalam dokumen tersebut.
“(Aku mengambil foto itu secara diam-diam ketika berpura-pura memfoto yang lainnya…! Aku sudah mentransfer filenya ke ponselku untuk kebutuhan pribadiku dan harusnya aku sudah menghapusnya, jadi kenapa kok masih ada filenya!?)”
Amy dengan santai menjawabnya, “Kamu lupa membersihkan “sampah” setelah menghapus file aslinya…”
“(CELAKA…!!!)”
“(Mengintip… Pelecehan seksual… Dipecat… D-ditahan…!?)” Dave memikirkan hal buruk akan terjadi padanya apabila foto-foto tersebut sampai dipublikasikan kantornya.
Amy terlihat melipat kedua tangannya meminta penjelasan pada Dave dengan tatapan seriusnya, “Dave… Apa pembelaan dari kamu?”
Dave kemudian tersadar dan bersujud di depan Amy sambil mengatupkan kedua telapak tangannya dan berkata, “M-maaf, Kak Amy…! Aku… Aku tidak akan melakukan hal itu lagi! Aku benar-benar membuat Kak Amy merasa tidak nyaman…”
Namun Amy yang merasakan bahwa karyawan baru sekelas Dave sudah berani mengambil foto dirinya, membuktikan bahwa rumor itu sudah beredar di kalangan para karyawan yang lainnya.
“Haaaah… Apa kamu benar-benar seperti mereka yang ingin melihat tubuhku ini?” tanya Amy terus terang kepadanya.
“(Eh…?)”
“Mungkin itu salahku juga… kalau kamu sampai membuat kesalahan seperti itu baru-baru ini?” tanya Amy ragu.
“(Enggak marah gitu…!? Apakah ini, Kak Amy… apa dia tipikal cewek yang akan membiarkan kalau kita memintanya!?) I-itu… Itu benar, Kak…!” balas Dave spontan sambil berdiri mengepalkan telapak tangannya di depan Amy.
“A-aku kurang bisa fokus dalam bekerja karena… karena… Aku… Aku ingin “melihat”nya…!” Dave memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang ada dalam pikirannya tersebut kepada Amy sebagai seniornya.
“K-karena berpacaran antar pegawai kantor memang tidak diperbolehkan dan kita enggak mungkin bisa menjalin hubungan dengan benar kedepannya, aku tidak bisa menahannya dan mangambil foto-foto Kak Amy secara diam-diam…!!!”
“Sebenarnya, kita harus mematuhi aturan dasar kantor… tapi mengganggu jalannya kerja karena itu membuat produktivitas terganggu… Mmm… Apa kamu akan bekerja lebih giat lagi kalau aku bolehin kamu melihatnya?” balas Amy seperti mencari solusi untuk Dave yang tidak fokus karena dirinya tersebut.
“I-iya, Kak…! Aku akan bekerja lebih giat lagi…!” balas Dave terlihat berseri-seri karena Amy seperti mengiyakan permintaannya dan berusaha mengatasi masalah yang terjadi dalam cara Dave bekerja untuk kembali fokus seperti sebelumnya.
“Baiklah, aku mengerti, Dave…” Amy kemudian meletakkan dokumen yang dia bawa dan tangannya perlahan turun menuju kancing celana miliknya dan berkata, “Aku akan nunjukkin itu buat kamu…”
“(Apa dia serius…?)”
Amy bersungguh-sungguh dan menurunkan celananya setelah membuka kancing celananya tersebut. Celana dalam berwarna ungu miliknya terlihat cocok untuk Amy pakai mengingat umur Amy bukanlah seorang gadis muda lagi.
“(Oooh… Oooh…)” pandangan mata Dave tidak teralihkan ketika Amy melepaskan celana panjang kerjanya sebelum menuju pada celana dalamnya yang menjadi pusat perhatian Dave.
“(Akhirnya…)” Dave menelan ludahnya ketika Amy mulai memegang tepian celana dalamnya yang terlihat seksi tersebut dan menurunkannya tepat di depan matanya saat ini. Dave melotot melihat bagian intim milik Amy dan memperlihatkan bagaimana bulu-bulu di sekitar vaginanya yang tercukup begitu rapi namun tidak terlalu lebat. “(Oooooh… Punya Kak Amy…!)”
“S-sebenarnya ngelakuin ini di tempat kerja juga dilarang loh… jadi nunjukin ini ke siapapun selain pacar sendiri juga aslinya enggak masuk akal… Ini cuma buat kamu fokus aja loh yah…” Amy berpose sejenak sambil mengangkat sedikit kemeja putih miliknya agar Dave dapat menunduk dan mengintip sedikit bagian pribadi miliknya tersebut.
“Glek… (Woaaah… bulunya tercukur rapi, bibir vaginanya meski tidak terlihat rapat tapi tetap menakjubkan dan mengundang sih… Bukti bahwa Amy sering melakukannya, tapi bukan masalah toh juga yang penting bisa ngerasain kan…)”
“(Aku enggak tahan lagi…!)” Dave tiba-tiba memajukan tangannya mencoba menjamah Amy dan seketika Amy menghentikannya dengan sedikit berteriak kepadanya.
“EH…!”
“Auuuwh…!” erang Dave ketika Amy tanpa sengaja memelintir pergelangan tangan Dave karena mencoba mendekati bagian pribadinya tersebut dan menutupinya dengan satu tangannya yang lain.
“Aku sudah bilang ke kamu kalau aku nunjukin doang, bukan!”
Dave tidak kehilangan akal dengan membuka celananya sendiri dan menunjukkan penisnya yang sudah mengeras sedari tadi ketika melihat Amy sambil berkata, “Kalau gitu, boleh aku ngocok punyaku?”
“(Ehhh… Gede juga punya dia…) K-kocok aja terserah kamu…!”
“Makasih, Kak Amy…!!!” balas Dave semangat sambil menggenggam batang penisnya tersebut dan mengocoknya tepat di depan mata Amy sambil tersenyum melihat Amy salting dan wajahnya memerah karena melihat ukuran penisnya tersebut.
Mata Dave terus teruju pada vagina Amy sambil mengocok penisnya dengan cepat.
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
“Haaah… Hah… Haaah… Kak Amy… Haah… Hah… Umm… Kak Amy, bisa kakak buka lebar kaki kakak sedikit lagi?” Dave meminta lebih kepada Amy agar dapat melihat vaginanya dengan lebih jelas lagi.
“Eh?”
“Ya, Kak… Susah ngeliatnya kalau seperti ini…” lanjut Dave memberitahukan alasannya kenapa meminta Amy untuk membuka lebar kakinya sedikit lagi.
“Mmmmh…” namun Amy tidak memiliki pilihan lain selain bersandar pada meja di seberang meja Dave dan membuka kakinya sedikit lebih lebar dan bibir vaginanya mengikuti gerakan kaki Amy dan memperlihatkan klitorisnya dengan jelas setelahnya.
“Kalau boleh, vagina kakak juga dong… Aku akan melakukan tugasku dengan benar! Aku berjanji, Kak…!!!” lanjut Dave memohon kepada Amy yang membuatnya kemudian terdiam dan membuat wajahnya semakin memerah.
“Dasar…” Amy kemudian mengarahkan kedua telapak tangannya mendekati mulut vaginanya sendiri dan menggunakan jari-jarinya untuk membuka mulut vaginanya agar dapat terlihat lebih jelas oleh Dave yang menunggunya sambil mengocok penisnya sendiri.

“Haaaah… Haaaaaahhh…” Dave semakin bersemangat dalam mengocok penisnya ketika melihat vagina Amy dengan lebih jelas lagi.
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
“Ini mantap, Kak Amy… Aku bisa melihatnya dengan jelas lipatan punya kakak!”
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
“C-cepatlah… Nanti keburu ada satpam yang lewat loh…” balas Amy sambil sesekali menatap ke arah pintu masuk departemen mereka karena biasanya jam segini satpam sudah berpatroli untuk berjaga-jaga.
“K-Kak Amy… Apa klitoris milik kakak juga ikut terangsang? Aku lihat keras juga sama seperti milikku ini…”
“Enggak… Enggak mungkin lah…!” balas Amy malu-malu.
“Masa sih? Coba aku lihat… Fuuuuh…” Dave dengan sengaja meniupkan nafasnya pada klitoris Amy ketika mendekatkan wajahnya.
“Hyaaaaah! Dave…!?”
“Aku cuma ngeliat kok seperti yang aku katakan sebelumnya, biarin aku liat lebih dekat seperti ini ya, Kak…!”
“A-aku tahu… tapi nafas kamu tuh…”
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
“Aaaah… Aku mau keluar sambil ngeliatin vagina kakak…!!!” kocokan tangan Dave semakin cepat ketika menatap vagina Amy dalam jarak dekat dan membuatnya semakin tidak tahan lagi untuk ejakulasi.
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap… Clap…
Crooooottt… Crooooottt… Crooooottt… Crooooottt…
“Uuuuugh…” erang Dave ketika menyemburkan spermanya tepat sebatas paha Amy dan menempel pada meja yang sedang disandari olehnya.
“Dave…” Amy menatap Dave yang baru saja selesai ejakulasi tersebut dan mengambil tissue untuk melap penis dan juga meja yang menjadi kotor karena ulahnya tersebut.
“M-makasih, Kak Amy… Dengan begini, aku bisa bekerja dengan giat mulai besok…!”
“Eh? Tunggu…!”
Amy menarik lengan kemeja Dave dan menghentikannya pergi untuk membersihkan dan membuang tissue yang baru saja dia pakai.
“Tunggu… Boleh… aku lihat lagi?” Amy melanjutkan pembicaraannya sambil menahan Dave untuk pergi darinya.
“B-boleh aku lihat lagi? Maksud kakak?” tanya Dave heran dan bingung dengan Amy.
“Kita memang tidak bisa menjalin hubungan dekat karena peraturan perusahaan tapi tanpa adanya sebuah ciuman, itu bukan cinta namanya… itulah kenapa…”
“Dengan kata lain?” sahut Dave kepada Amy.
Amy kemudian berbalik dan menungging masih di depan meja yang digunakannya untuk bersandar sebelumnya dan menunjukkan vaginanya yang becek kepada Dave, “Masukin enggak apa-apa kok…”
Dave kemudian kembali mendapatkan ereksinya dan memegang pinggul Amy dan segera menusukkan penisnya ke dalam vagina Amy seperti yang Amy inginkan. “B-BAIKLAH, KAK…!!!”

“AAAAAAH…!!!” erang Amy ketika Dave menusukkan penisnya dengan sekejap ke dalam vaginanya tersebut dalam satu kali hentakan.
“Uuuugh… Kita bahkan enggak perlu pemanasan dulu, itu langsung masuk begitu saja. Apa Kak Amy sudah becek ketika aku memandangimu sebelumnya?”
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Mmmgh… Y-yah… Mungkin aja… Aah… Ahhh… Mmmph…” erang Amy sambil berpegangan pada tepian meja tersebut ketika Dave menghujamkan penisnya dengan cukup cepat.
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
Dave mengambil kesempatan dengan membuka kancing kemeja yang dipakai oleh Amy dan menarik bra miliknya turun sehingga memperlihatkan kedua bongkahan payudara miliknya dengan kaitan bra sebagai penopangnya sehingga terlihat semakin membesar setelahnya.

“Bolehkah aku pegang punya kakak juga? Aku rasa… itu akan sedikit memotivasi pikiranku lebih dari sebelumnya…” balas Dave meremas payudara Amy dengan gemasnya.
“I-iyah… Ahhnn…”
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Aku tahu aku baru saja ejakulasi, tapi ereksiku tidak berhenti, Kak Amy! Vagina kakak memang the best, Kak Amy…!!!” Dave terus menghujamkan penisnya tanpa ragu di dalam vagina Amy meskipun mereka sama-sama tahu bahwa Dave tidak memakai kondom.
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Aaah! Aaaah!!” erang Amy menikmati remasan dan juga hujaman dari Dave pada dirinya sambil terus berpegangan pada tepian meja tersebut.
“Apakah itu berarti Kak Amy udah keluar?”
“Mmmmph… Itu karena aku sendiri sudah cukup lama tidak… melakukan ini… Ahh…” balas Amy kepada pertanyaan Dave kepadanya.
“Aku juga, Kak Amy! Aku selalu masturbasi sambil membayangkanmu saja sepanjang waktu…!”
“Mmmh… Bodoh! Mesum!”
Mendengar itu, Dave memberanikan dirinya mendekati telinga Amy dari samping dan berbisik padanya, “Aku suka kamu, Kak Amy…!”
Amy kemudian dibalik sambil satu kakinya terangkat di atas bahu Dave dan membalas pernyataan cintanya tersebut, “Dave… Itu enggak boleh! Itu bakalan jadiin ini hubungan antar kekasih…”

Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Aku ingin melihat tubuhmu lebih sering lagi, Kak Amy… Apa yang harus aku lakukan?”
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Haah… Hah… A-aku akan pikirin jalan lainnya kalau gitu…” balas Amy dalam kelengahannya dan Dave dalam sekejap mencumbunya tanpa ampun.
“Mmmgh… Mmmgh…” erang Amy dengan mulutnya yang tersumpal dengan mulut Dave dan memaksanya untuk berciuman dengannya.
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Mmmh… Mmmmh! Aaah…! Mmmph…! Mmmgh…!”
“(Gila… Dia sempit juga…)”
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
Plak… Plak… Plak… Plak… Plak… Plak…
“Aku mau keluar lagi…! Mmmh… Dalam posisi ini… tapi aku enggak pake kondom sekarang…” Dave mengatakan secara jujur bahwa dirinya sudah hampir mencapai batasannya dan meminta persetujuan Amy untuk ejakulasi.
“Haah… hari ini… aku aman kok! Jadi… Buang aja di dalam seperti ini, Dave…!” Amy menatap Dave dalam dan wajahnya mulai memerah padam sambil merangkul tubuh Dave dan mengunci pinggulnya dengan kedua kakinya.
“UGHHHH…! GUUUUUHHH!”
“MMMMHHHH…!!!”
Crooootttt… Crooootttt… Crooootttt…
Crrrtttt… Crrrtttt… Crrrtttt… Crrrtttt… Crrrtttt…

Baik Dave dan Amy sama-sama mendesah dan menadapatkan orgasme mereka secara bersamaan ketika Dave menembakkan sisa sperma miliknya ke dalam rahim Amy dan Amy yang menahan hangatnya sperma Dave dan geli yang menjalar pada tubuhnya tersebut.
“(Ughhh… vagina Kak Amy… benar-benar mantap…)”
Dalam pelukannya, Amy mulai berkata kepada Dave, “Dave…”
“I-iya kak…?”

Amy memegang pipi Dave dan membuatnya berjanji kepadanya, “Kamu harus giat bekerja yah, janji?”
Dave seperti ingin mencumbunya kembali namun Dave berusaha menahan nafsunya karena Amy sudah memberikan apa yang sudah dia inginkan sebelumnya. “Baik, Kak Amy… Aku akan bekerja dengan lebih giat mulai besok…”
[Keesokan harinya…]
[Terima kasih untuk Kak Amy, pekerjaanku menjadi benar-benar lancar dan dia terlihat begitu rajin seperti biasanya kepada junior-juniornya. Aku merasa seperti bermimpi saja…]
[Malam kemarin memang menakjubkan… tapi untuk lebih meyakinkanku…]
Sore harinya…
“Dave…” Amy mendekati meja Dave untuk menyapanya. “Aku pikir kamu sudah pulang hari ini… atau mungkin… Ummm… kamu enggak fokus lagi?” tanya Amy ketika melihatnya lembur sekali lagi.
Dave hanya tersenyum sambil menutup layar monitornya dan berdiri dari kursinya sambil mengemasi pekerjaannya yang sudah dia selesaikan untuk hari ini.
Kemudian…
“Amy… Bisa ikut gue?” sosok Jay datang untuk memanggil Amy untuk mengikutinya dan Amy meninggalkan Dave ketika sedang bersiap untuk pulang bersamanya.
“Dave… Maaf yah, aku harus ikut pak Jay dulu… Sampai jumpa besok…”