
Nur Herlina As-Syifa (Season 2) – Ep 7
Cerita Lucah Tudung Pancut Malaysia
“Lah malah tidur pak Jajang. Kecapean kali ya haha, orang tua” Ucap Zaki.
“Mas, tapi jangan dimasukin ya. Aku lagi dapet. Kaya tadi pak Jajang aja” Pintaku padanya.
“Yahh… Kirain saya ngewe juga. Tapi yaudah deh, bantuin saya crot ya tapi” Ucap Zaki. Ku respon dengan anggukan dan sedikit senyum. Setidaknya kali ini aku melayani yang lebih muda dan bukan orang tua.
Tak seperti pak Jajang, Zaki masih sadar untuk melepas pakaiannya. Hingga kami sama-sama telanjang tanpa busana.
Awalnya Zaki ingin menciumku, namun aku mengelak. “Jangan cium mas, tadi aku juga sama pak Jajang gak ciuman kok” Ucapku padanya. Dan untungnya dia menurut. Dengan sigap disambarnya payudaraku yang tadi dijamah pak Jajang.
“Puhh… Ini basah liur pak Jajang ya?” Tanyanya dengan wajah masam.
“Iya” Jawabku singkat.
“Huekk… Cuci dulu ya” Pintanya. Segera ku turuti permintaannya. Saat sedang membersihkan payudaraku tiba-tiba saja dia menyusul ke kamar mandi dan meremas payudaraku dari belakang. Terasa kemaluannya yang keras menyentuh pantatku.
“Saya bantu bersihin sini haha” Ucapnya sambil meremas dan mengusap payudaraku yang sedang terbasuh air. Kemaluannya juga tidak bisa diam terus menggesek pantatku.
“Saya ngecrotnya diselipin di pantat boleh ya, gak saya masukin kok” Pintanya. Ku rasa itu bukan masalah, maka ku izinkan.
“Akhh… Akhh… Enak banget gesekin kontol ke cewe cantik ahh…” Racaunya menikmati gesekan penisnya pada belahan pantatku.
Cukup lama kami pada posisi ini hingga ku rasa bosan dan pegal. Akhirnya ku tawari Zaki posisi seperti tadi pak Jajang, dan dia pun mau.
Kami keluar dari kamar mandi dan melihat pak Jajang sudah terbangun. Dirinya hanya cuek setelah melihat kami. Ya ampun aku merasa seperti wanita murahan dengan kondisiku yang sedang telanjang dengan dua pria yang statusnya di bawahku.
Segera kami ambil posisi dan Zaki langsung menghisap dan menyapu payudaraku. Ku genggam penisnya yang ukurannya cukup besar dan ku mainkan membuatnya mengerang merasakan kenikmatan.
Tiba-tiba saja ku lihat pak Jajang memvideokan aktifitas kami. Dengan rasa agak kesal ku tegur dia “Ihh… Pak jangan divideoin ihh…”.
“Ini buat jaminan. Tadi kamu bilang mau ngasih susu kamu ke saya pas kamu sudah hamil dan punya anak hahaha” Ucapnya terkekeh.
Astaga benarkah aku berkata seperti itu? Berarti aku masih belum bisa lepas dari pak Jajang? Dan harus kembali memuaskannya nanti? Ahh sudahlah, aku tidak peduli. Rangsangan di payudaraku membuatku tidak dapat berpikir jernih.
Setelah 15 menit ku mainkan penis Zaki akhirnya penisnya memuntahkan spermanya dan kembali mengenai tanganku.
“Ughh… Mantep banget, luar biasa emang kalo dikocokin cewe cantik” Ucap Zaki senang.
Huhh… Akhirnya permainan kami selesai. Jujur saja diriku masih horny, tapi untungnya pikiran sehatku masih muncul. Karena khawatir teman-temanku mencariku, segera ku pakai pakaianku lengkap dengan hijabku dan kembali ke dalam vila.
Aku sungguh tidak menyangka jika malam ini akan segila ini. Dimulai dari teman-temanku yang melihat tubuh telanjangku karena sebuah permainan, dilanjut diriku yang tidur bersama Indra dalam keadaan tanpa busana, dan setelah itu aku membantu dua orang yang tidak terlalu aku kenal untuk menuntaskan hasrat nafsunya.
Sungguh aku sudah berubah jauh dari diriku yang dulu. Diriku yang belum mengenal nikmatnya sex. Kini setelah menikah dengan mas Hendra, bukan hanya dirinya yang dapat menikmati keindahan tubuhku, tapi juga beberapa pria lain. Tubuhku sudah dilihat banyak mata pria lain.
Saat sudah kembali ke dalam vila ku dengar ada suara orang di dalam kamar mandi. Dan tak lama kemudian terlihat Roni keluar dari dalam kamar mandi.
“Ehh Lina, kamu dari mana?” Tanya Roni.
“Habis dari luar Ron” Ku jawab dengan senyuman. Jujur saja diriku khawatir Roni tau apa yang sebenarnya terjadi tadi, tapi semoga saja tidak.
Roni menawarkanku untuk dibuatkan susu jahe. Sepertinya memang nikmat menikmati segelas susu jahe di tengah udara malam puncak yang dingin.
Malam itu aku dan Roni sedikit berbincang ditemani segelas susu jahe panas. Kami duduk di sofa yang sama, namun masih terdapat jarak di antara kami.
“Tapi asli Lin, kamu berubah beda banget dari Lina yang dulu” Ucap Roni.
“Berubah gimana Ron?” Tanyaku padanya. Berubah yang dia maksud apakah penampilanku atau yang lainnya?
“Dulu ya maaf, kamu biasa aja. Tapi sekarang huhh cantik banget. Idaman pokoknya” Ucapnya memujiku.
“Hihi bisa aja. Mungkin dulu aku gak kenal perawatan diri kali ya. Makanya beruntung aku nikah sama suamiku ini. Semua keperluanku termasuk untuk perawatan diri dia dukung dan dibelikan” Ucapku padanya.
Tiba-tiba saja dia agak menunduk dan menunjukkan wajah lesu. Setelah itu dia berkata “Ohh iya, kamu udah punya suami ya”. Setelah itu kami sempat berdiam satu sama lain.
“Sebenarnya aku suka sama kamu Lin” Ucap Roni membuatku terkejut. Aku bingung harus menjawab apa. Ada rasa bangga mengetahui Roni yang dulu di sekolah primadona sekolah saat ini ternyata menyukaiku. Namun sayangnya aku sudah memiliki suami.
“Jujur tadi aku cemburu banget pas kamu narik tangan Indra buat masuk ke kamar. Tapi mau bagaimana lagi, mau aku larang juga sudah terlanjur dan aku bukan siapa-siapa” Ucapnya kembali termenung.
“Ron. Jujur aku juga ada rasa kok sama kamu. Tapi saat ini aku sudah menikah, cintaku harus tetap untuk suamiku. Dan soal tadi aku sama Indra maaf kalo kamu ngerasa cemburu” Ucapku merasa canggung. Dan setelah itu kami kembali terdiam.
Tiba-tiba saja aku merasa seperti bersalah karena membuat Roni cemburu. Apakah jika ku berikan hal yang sama kepada Roni seperti apa yang ku berikan pada Indra maka itu akan mengobatinya? Tidak ada yang tau jika tidak dilakukan.
Ku angkat pandanganku dan ku lihat ke arah Roni. Entah bagaimana secara kebetulan Roni juga memandang ke arahku.
“Ron. Glekk…” Panggilku agak gerogi ketika mata kami sama-sama bertemu. Baiklah akan ku lakukan untuk mengobati perasaannya.
Ku geser posisi dudukku hingga berdempetan dengannya, terlihat raut wajahnya cukup terkejut. Jujur saja aku bingung bagaimana memulainya, tapi seperti memiliki telepati, perlahan wajah kami semakin mendekat. Naluriku membuatku membuka sedikit mulutku. Hingga…
“Emphh….” Sebuah erangan keluar dari mulut kami, menikmati pertemuan bibir dua insan yang tidak seharusnya melakukannya. Terlebih aku, seorang wanita yang sudah terikat janji suci pernikahan dengan mas Hendra.
“Hemphh… Clurpp… Clurp.. Ahh…” Ciuman kami semakin mesra dan bernafsu. Ku imbangi permainan bibir Roni seakan-akan dia adalah suamiku.
Kini tangannya tidak lagi diam, dipeluknya kepalaku yang tertutup hijab seakan-akan melarangku untuk melepaskan pagutan bibir kami. Diriku yang sudah dilanda nafsu tentunya tidak akan melakukannya, ku nikmati pertemuan bibir kami.
Tiba-tiba saja ku rasakan sentuhan pada payudaraku yang masih tertutup pakaian. Ku relakan Roni mengusap payudaraku ini. Diriku sudah pasrah diambang nafsu.
Tiba-tiba Roni melepaskan bibirnya dan kami saling menatap. Terlihat senyum ceria di wajahnya, akupun membalas senyum tersebut. Harus ku tuntaskan permainan kami.
Ku berikan senyum termanisku padanya. Diriku berdiri dan ku buka pakaianku. Mulai dari hijab, atasan dan rok sudah ku tanggalkan. Hingga kini diriku hanya memakai bra dan celana dalam di hadapan Roni.
Terlihat senyumnya semakin merekah, dan seperti paham maksudku dirinya langsung melepas baju dan celana yang dipakainya. Memperlihatkan tonjolan di balik celananya yang membuatku cukup penasaran.
Karena ku rasa tanggung dan semakin bernafsu. Ku lepas juga pakaian dalamku hingga kini diriku sudah benar-benar telanjang.
Dalam keadaan masih berdiri kami lanjutkan pergumulan bibir kami. Kali ini terasa semakin nikmat berkat bertemunya kulit kami secara langsung. Didekapnya erat tubuhku hingga payudaraku menekan dadanya.
“Slurpp… Emphh…. Ohh…. Emphh….” Sungguh luar biasa sensasi ini. Memang dengan yang lain seperti Pak Manto, Pak Jajang, Zaki dan Indra diriku menolak berciuman karena merasa agak jijik. Namun karena Roni cukup tampan, maka diriku tidak sungkan untuk berciuman dengannya. Walau sebenarnya masih lebih tampan mas Hendra.
Mencoba variasi lain, kami jatuhkan diri ke sofa dan kembali berciuman. Kali ini kami bahkan bersilat lidah.
Kembali digenggamnya payudaraku yang kali ini tidak tertutup apapun. Membuat tangannya bebas bersentuhan dan bergesekan dengan halusnya payudaraku.
Tiba-tiba saja Roni melepaskan ciumannya dan berkata “Lina, kamu luar biasa. Makasih ya” sambil tersenyum. Ku balas senyumannya dan ku kecup pipinya. Rasa ini tidak seperti nafsu, aku merasa ini lebih dari sekedar nafsu.
Saat aku bangkit dan berniat membuka celana dalam Roni untuk melihat kemaluannya, tiba-tiba saja terdengar suara pintu di lantai atas berbunyi dan membuat kami panik. Aku segera mengambil seluruh pakaianku dan berlari ke kamar mandi, sedangkan Roni entah ke mana aku tidak tau.
“Huhh… Hampir saja ada yang tau”. Kira-kira siapa ya itu. Sambil menunggu kondisi aman ku putuskan untuk memakai pakaianku. Namun sebelum berpakaian ku coba cek kemaluanku, apakah aku sudah selesai haid atau belum. Sepertinya sudah selesai, karena sudah tidak ada darah sama sekali yang keluar dari kemaluanku. Akhirnya aku bisa kembali bersetubuh dengan pak Manto hihi. Ya ampun, kenapa langsung pak Manto yang terlitas di kepalaku?