
Nur Herlina As-Syifa (Season 2) – Ep 12
Cerita Seks Binor Jilbab
Tidak ada penolakan dariku untuk ciuman kami kali ini. Ciuman yang semakin lama terasa semakin panas seakan-akan kami adalah sepasang kekasih yang baru dilanda asmara.
“Slrrpppp…. Emphh… Emphh…” Suara kami bersahutan saling berdengus satu sama lain menikmati kenikmatan terlarang ini. Tubuh kami saling memeluk, menolak untuk terlepas.
Setelah cukup lama akhirnya pak Manto melepaskan pelukan dan ciuman kami. Mata kami saling menatap penuh arti.
“Emm… Nonn, kan saya gak tau kapan bisa kaya gini lagi” Ucap pak Manto yang langsung ku potong karena aku tau maksudnya.
“Iya Pak, ayo. Aku mau” Potongku sambil tersenyum manis padanya. Terlihat wajah pak Manto berseri mendengar ucapanku.
Dengan sigap pak Manto kembali menyergapku dengan rakusnya. Bibirnya tak henti menelusuri wajah dan payudaraku yang masih tertutup pakaian.
Ku angkat baju dan bra yang ku pakai hingga kini payudaraku terpampang di hadapan pak Manto.
Dengan rakusnya puting payudaraku menjadi objek sasaran nafsu pak Manto. Dihisapnya puting payudaraku yang mengeras karena terangsang, dan yang satunya dipilin secara gemas oleh pak Manto.
“Akhh… Emphh… Aa.. Ayoo pak. Langsung aja pak sebelum mas Hendra pulang” Pintaku padanya.
Pak Manto segera melepaskan seluruh bawahannya hingga penisnya kembali terpampang dengan gagahnya. Akupun demikian juga melepas celana dalam yang ku pakai hingga kemaluanku terpampang siap untuk digagahi pak Manto.
Ku singkapkan rok yang ku pakai agar pak Manto dapat segera memulai persetubuhan kami. Mungkin karena merasa terburu-buru pak Manto tanpa berlama-lama langsung menghujamkan penisnya ke kemaluanku.
“Oughhhh…. Enak banget nonn ahh… Kontol bapak masukk semuaahhh” Ucapnya setelah seluruh penisnya masuk ke liang senggamaku.
“Akhh…. Penuhh pakk akhh…..” Racauku merasa penis pak Manto memenuhi vaginaku.
Mataku terpejam menikmati persetubuhan kami. Pak Manto kembali mencumbu bibirku menambah kesan erotis di antara kami. Ku peluk tubuh pak Manto hingga kami semakin menyatu.
Mungkin sudah 10 menit kami bersetubuh. Keringat mulai bercucuran membasahi tubuh kami. Sedang asiknya merasakan kenikmatan surga dunia, betapa terkejutnya aku saat membuka mata. Ternyata mas Hendra dan pak Surip sudah berdiri di pintu masuk rumah.
Astagaa… Apakah mas Hendra akan marah padaku kali ini? Tidak mungkin aku mengelak, karena sudah jelas terlihat pak Manto sedang membenamkan penisnya ke kemaluanku. Dan betapa malunya aku di hadapan pak Surip. Pasti diriku akan dianggap wanita gampangan setelah dia melihat pak Manto sedang menyetubuhiku, terlebih tidak ada gelagat penolakan dariku dan justru malah menikmatinya.
Sepertinya pak Manto masih belum sadar akan kehadiran mas Hendra. Dirinya masih terus menggerakkan pinggulnya menyetubuhiku.
“Akhh…. Emphh…. Mass aa.. Aakuu bisa jela ahh…. Akuu bisah jelasin mashh…. Stopp dulu pakhh ahh….” Ucapku sedikit mendorong pak Manto.
Saat sadar pak Manto sangat terkejut dengan kehadiran mas Hendra dan pak Surip. Terlihat suamiku masih diam terpana seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sedangkan pak Surip terlihat bingung dan salah tingkah.
Aku pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku pasrah jika mas Hendra akan marah padaku. Namun aku tidak ingin jika mas Hendra menceraikanku. Aku sangat mencintainya.
Pak Manto terlihat ketakutan dan berusaha menutupi penisnya yang baru saja menerobos area kewanitaanku.
Namun diluar dugaanku, mas Hendra justru memperhatikan kami dengan tangan kirinya mengusap area kejantanannya. Dan dapat ku lihat penis mas Hendra menegang di balik celana yang dia kenakan. Apakah mas Hendra tidak marah? Dan apakah mas Hendra justru menyukainya?
“Lanjutin” Ucap mas Hendra singkat dengan tatapan menggebu. Aku tidak tau apakah mas Hendra marah atau justru terangsang. Namun penisnya tidak bisa berbohong. Aku yakin pastinya mas Hendra terangsang. Hingga pikiran nakalku kembali lagi.
Tiba-tiba saja aku tersenyum genit ke mas Hendra. Terlihat mas Hendra terkejut, dan pak Surip juga demikian. Kini aku berdiri dari sofa yang aku dan pak Manto gunakan untuk bersenggama. Akal sehatku sudah hilang. Tidak ada rasa malu pada diriku di hadapan pak Surip. Atau mungkin aku ajak saja pak Surip sekalian ya? Hihi.
Kini ku lepaskan seluruh pakaian yang ku gunakan hingga tubuh telanjangku terpampang di hadapan ketiga pria ini.
Ku mainkan payudaraku yang membusung, dan ku masukkan satu jariku ke dalam mulut memberikan kesan erotis.
Ku lihat ke arah pak Manto yang masih duduk terdiam di sofa. Ku lepaskan baju yang dipakainya hingga kini aku dan pak Manto sudah sama-sama telanjang tanpa busana.
Sepertinya mas Hendra juga sudah tidak dapat membendung nafsu dan pikirannya hingga dia melepaskan celananya walaupun ada pak Surip di sampingnya. Kini ku lihat suamiku memainkan penisnya yang sudah mengeras.
Kini ku berjalan menuju arah suamiku. Namun ketika sudah dihadapannya ku tarik tangan pak Surip menuju sofa. Ku rasa sudah terlanjur basah, sekalian saja aku menyelam.
Sebelum pak Surip duduk, Ku lepaskan celana dan celana dalam yang dipakai pak Surip. Dan Waww… Ukurannya hampir sebesar pak Manto, hanya sedikit lebih pendek saja. Yang jelas masih lebih besar dan panjang dari milik suamiku yang berukuran standar Indonesia.
Saat pak Surip sudah terduduk, ku lepaskan juga baju yang dipakainya. Hingga kini di hadapanku sudah ada dua pria berumur dengan keadaan telanjang tanpa busana. Dan keduanya memiliki penis yang lebih besar dari pada milik mas Hendra.
Ku lirik ke arah mas Hendra dengan senyuman nakal dan ku genggam kedua penis orang tua di hadapanku ini.
Ku mainkan dua penis gagah ini hingga yang punya merintih keenakan. Sambil ku pasang wajah semanis mungkin di hadapan mereka. Kira-kira siapa ya yang akan sampai duluan? Hihi. Tiba-tiba saja aku merasa penasaran. Walau sebenarnya tidak seimbang karena pak Manto baru saja ku berikan service. Jadi apabila pak Surip klimaks lebih dulu berarti pak Manto menang mutlak dari segi ketahanan dan ukuran.
Sudah 5 menit namun belum ada yang mengeluarkan benih-benih sperma. Ku naikkan intensitas godaanku dengan cara ku kecup dan ku jilat kepala penis mereka.
Pak Manto langsung bergidig dan tersemburlah spermanya membasahi tangan kiriku. Kini ku lakukan hal yang sama pada pak Surip. Terlihat wajahnya sangat menikmati namun tidak sampai bergidig. Jujur saja tanganku terasa sudah sangat pegal.
“Pak tanganku cape” Ucapku pada pak Surip.
“Ehh… Emm ya yaudah bu” Ucap pak Surip terlihat bingung harus bagaimana. Mungkin di satu sisi dia tidak enak jika meminta lebih, sedangkan di satu sisi dia masih ingin merasakan kenikmatan ini.
Karena merasa kasihan padanya jika kena tanggung. Maka ku putuskan untuk melahap penisnya. Untungnya penisnya tidaklah bau, hingga aku tidak merasa jijik untuk mengulumnya.
“Slurppp… Emphh…. Emphh…..”
Sudah 5 menit ku kulum penis pak Surip hingga terasa pegal pada mulutku. Apa ku berikan saja kemaluanku untuk digagahinya? Aku juga masih merasa horny karena tadi terjeda.
Ku lepaskan kulumanku dari penis pak Surip. Ku hampiri suamiku yang masih memainkan penisnya.
Kasihan suamiku dari tadi cuma mainin tititnya sambil liatin istrinya mainin penis orang lain hihi. Sini aku bantu ya sayang” Ucapku sambil ku mainkan penis mas Hendra.
Sekitar 2 menit ku mainkan kemaluannya, dan mas Hendra langsung memuntahkan lahar putihnya. Dia terlihat sangat puas dengan service dan tontonan yang ku berikan.
Kok udah keluar sayang? Aku belum diapa-apain. Emm… Kalo aku dipuasin sama pak Surip boleh? Pak Surip juga kan belum keluar sayang pejunya” Tanyaku kepada suamiku dengan nada menggoda.
Dengan ekspresi mematung, mas Hendra mengangguk menandakan dia mengizinkanku untuk bersetubuh dengan pak Surip.
“Makasih sayang muachh…” Ucapku sambil ku kecup pipi suamiku. Terlihat pak Surip tersenyum namun ada rasa takut pada dirinya.
“Di kamar aja yuk pak” Ku tarik tangan pak Surip ke dalam kamar. Dan ternyata mas Hendra mengikuti, sepertinya dia penasaran dan ingin melihatnya.
Saat sudah berada di atas ranjang, ku genggam kembali penis pak Surip dan ku masukkan ke dalam mulutku. Kembali ku berikan service padanya dengan mulut dan lidahku.
Namun karena sudah sangat horny proses tersebut tidak berlangsung lama. Ku rebahkan tubuhku dengan kaki terbuka, memperlihatkan kemaluanku yang sudah cukup basah.
“Cepet pak masukin” Pintaku pada pak Surip.
Terlihat pak Surip cukup bimbang. Ditengoknya ke arah suamiku untuk memastikan. Suamiku terlihat mempersilahkan.
“Glekk…” Terdengar pak Surip menelan ludah melihat tubuhku dengan posisi mengangkang. Diarahkannya penis besarnya ke bibir vaginaku. Diusapnya beberapa kali dengan kepala penisnya.
“Akhh….” Desah kami ketika penisnya mulai menyeruak masuk mengisi kemaluanku. Digoyangkannya perlahan hingga kini seluruh penis pak Surip sudah terbenam sempurna ke kemaluanku.
Kamipun berpelukan dan pak Surip terus menggerakkan pinggulnya memberikan kenikmatan untuk kami berdua.
“Akhh… Enakkhh… Pakk ahh…” Desahku menerima hujaman penisnya pada kemaluanku.
“Iya bu aghh… Enakkhh…” Ucap pak Surip.
Cukup lama sudah pak Surip menyetubuhiku hingga akhirnya aku mengejang. Pak Surip melepaskan penisnya memberiku waktu menikmati saat-saat klimaksku.
“Akhh… Huhh… Huhh…. Bapak kuat bangethh huhh…” Ucapku memuji pak Surip.
Dan diluar dugaanku ternyata pak Surip langsung permisi ke kamar mandi. Jika pak Manto pastinya aku langsung digarap lagi karena dia belum klimaks.
“Kamu hot banget sayang. Luar biasa” Puji suamiku.
Sungguh, ini sangat luar biasa. Setelah beberapa kali klimaks yang ku rasakan membuat rasa penyesalan benar-benar hilang dari pikiranku. Tidak ada rasa menyesal atas persetubuhanku dengan pak Manto dan dilanjut dengan pak Surip. Terlebih itu semua atas izin dari suamiku, mas Hendra.
“Mas, Terima kasih ya huhh… huh.. Aku puas banget” Ucapku kepada suamiku yang kini berada di sisiku.
Aku masih belum tau berapa lama pak Surip dapat bertahan hingga klimaks, dan rasa penasaran itu sungguh menghampiriku. Namun aku terlalu lelah hingga akhirnya aku tertidur.