
Nur Herlina As-Syifa (Season 1) – Ep 12 – Finally
Cerita Lucah Jilbab Terbaru
Masih belum hilang rasa kagetku begitu mengetahui kalau suamiku mas Hendra ternyata suka jika melihatku bermesraan, bahkan melakukan hal mesum dengan pak Manto.
Namun dibalik itu aku merasa bersyukur. Karena dengan begitu berarti aku tidak perlu khawatir diceraikan oleh mas Hendra atas kesalahanku itu.
Tapi bagaimana respon pak Manto ya jika dia tau kalau mas Hendra justru suka jika aku melakukan hal mesum dengan pak Manto? Apakah hal ini perlu ku beri tau kepada pak Manto atau jangan sampai pak Manto tau? Jika pak Manto tau aku khawatir pak Manto bisa semakin menggila, walaupun dampaknya semua akan senang tentunya hihihi.
Dan apakah mas Hendra juga senang jika aku sampai bersetubuh dengan pak Manto? Atau cukup bermesum ria saja? Karena jujur ada rasa penasaran bagaimana rasanya jika kemaluanku dimasukkan penis besar dan perkasa pak Manto. Ahh… Membayangkannya membuatku horny.
“Sayang, aku punya ide. Kamu kan tadi katanya pegal-pegal badan kamu. Gimana kalo kamu diurut pria lain aja? Sekalian merayakan heheh” Ucap suamiku.
“Merayakan apa si ih? Lagian diurut pria lain siapa? Aku masih ada rasa canggung pasti” Ucapku.
“Emm… Yaudah diurut pak Manto aja yang, dia bisa kok ngurut. Dulu aku sering setelah sepedahan dia urut. Kalo sama pak Manto pasti gak canggung dong, kan sudah pernah bugil bareng hehehe” Ucapnya sambil mengangkat kedua alisnya meledekku. “Ihh…” Dan kembali ku cubit suamiku.
“Tapi sayang beneran gak marah?” Tanyaku kembali karena khawatir.
“Engga sayang. Aku ikhlas. Malah aku seneng dan makin sange jadinya” Ucapnya sambil mencium pipiku.
Akupun tersenyum “Ya sudah yang kalau memang itu mau kamu. Mau kapan?” Tanyaku.
“Hari ini aja yank, kan kamu pegal-pegalnya sekarang. Makin cepat makin baik hehe” Dan suamikupun langsung menghubungi pak Manto untuk minta mengurut.
___________________________
Pak Manto tiba diiringi langit yang menjingga. Dia baru bisa datang sore karena harus merapihkan rumah mertuaku dan membantu mertuaku memindahkan beberapa barang-barang.
“Permisi den Hendra. Assalamu’alaikum” Panggil pak Manto sudah datang.
“Wa’alaikumsalam. Iya pak langsung masuk aja” Jawab suamiku dari ruang tengah.
Saat ini aku sedang di dalam kamar dengan mengenakan pakaian minim atas permintaan suamiku, aku tidak terlalu tau rencananya. Yang jelas nantinya aku akan diurut pak Manto di depan suamiku. Ku dengar pak Manto sudah masuk ke dalam rumah.
“Ayo den. Mau diurut di sini?” Tanya pak Manto.
“Di kamar saya aja pak. Pak Manto mau minum dulu? Saya buatkan minum dulu ya” Tanya suamiku.
“Gak usah den. Nanti kalau mau minum saya ambil sendiri” Pak Manto menolak halus.
“Stt… Udah bapak tenang aja, sesekali aku buatin minum. Bapak duluan aja ke kamar saya, sekalian siapin aja pak apa yang perlu disiapkan” Ucap mas Hendra.
“Iya den siap” Ucap pak Manto.
Ku dengar gagang pintu berbunyi dan ku lihat pintu mulai terbuka. Aku tau rencana mas Hendra sekarang. Dia ingin membuat pak Manto terkejut. Pantas saja suamiku tadi memindahkan CCTVnya ke dalam kamar. Dan dengan sigap ku ambil pose menggoda agar pak Manto semakin terpana.

Begitu pintu terbuka ku lihat pak Manto terpana dan seperti orang salah tingkah. Dia terus memperhatikan diriku yang sedang di ranjang dengan pakaian minim ini.
“Sini pak” Ucapku dengan tersenyum dan menepuk tepian kasur memintanya mendatangiku.
Ku lihat dia salah tingkah dan dia berkata “Ehh… Emm… Jangan non, ada den Hendra” Dan dia langsung keluar kamar lagi sambil menutup pintu.
Tak lama kemudian ku dengar suara mas Hendra berkata “Lah kok belum masuk pak? Masuk aja pak gak apa kok”.
“Ii…Iya den, bareng den Hendra aja” Tadi mau masuk ternyata ada non Lina.
“Ohh.. Hahaha. Yaudah pak gak apa-apa, lagian kan aku mau minta tolong bapak buat urut Lina istriku, badannya agak sakit katanya pulang dari curug kemarin” Ucap suamiku.
“Ehh… Saya kira den Hendra yang mau diurut. Gak apa-apa den saya urut non Lina?” Tanya pak Manto.
Ku lihat pintu kembali terbuka dan terlihat sosok suamiku yang berkata “Iya pak gak apa-apa, lagian kaya sama siapa aja pak Manto haha”
“Yank, itu pak Mantonya sudah datang” Ucap suamiku padaku.
“Iya mas, ini aku udah siap kok. Minyak urutnya juga sudah siap” Ucapku.
Dan mas Hendra kembali memanggil pak Manto “Sini pak Manto, masuk”
Setelah itu pak Manto masuk ke kamar kami. Cukup lucu ku lihat bagaimana ekspresi dan tingkah pak Manto. Dia seperti orang ketakutan dan tak tau harus berbuat apa. Padahal jika tidak ada suamiku dia selalu meminta hal mesum padaku. Dasar pak Manto hihi.
Ku lihat mas Hendra langsung duduk di kursi yang telah dia siapkan. Dan ku rasa inilah saatnya permainan dimulai.
Jujur ada perasaan canggung ku rasakan saat ini. Bukan soal melepas pakaian di hadapan pak Manto, tapi juga dalam kondisi ada suamiku mas Hendra. Tapi aku tetap berusaha terlihat santai dan ku buka pakaian yang ku gunakan.
Ku tarik sisi bawah pakaianku ke atas hingga celana dalam yang ku gunakan dapat terlihat. Ku lihat pak Manto dan suamiku sama-sama terpana dengan diriku.
Ada rasa senang saat ini ku rasakan yang bercampur dengan khawatir. Ku lanjutkan mengangkat pakaianku hingga terlihat bra yang ku gunakan, dan ku langsung loloskan pakaianku. Yap, kali ini aku sudah telanjang dan hanya memakai pakaian dalam di hadapan suamiku dan pak Manto.
Tak ada kata yang keluar dari kami. Baik suamiku ataupun pak Manto masih diam terpana melihatku.
“Ehh… Ayo pak diurut, saya di sini cuma lihat aja kok” Ucap suamiku tersadar dari lamunannya.
Langsung ku ambil posisi tiduran bersiap untuk pak Manto pijat di hadapan suamiku. Dan disusul jawaban pak Manto “Ii…Iya den” Dan pak Manto naik ke atas ranjang.
Pak Manto mulai membaluri tangannya dan tubuhku dengan minyak. Di awal dia pijat bagian pundakku yang putih mulus. Akhirnya setelah sebelumnya hanya ku perbolehkan melihat tubuhku, kini pak Manto dapat menyentuh tubuhku dengan tangannya.
Selesai dengan pundak, kini pak Manto mengurut tanganku. Saat tanganku diurut beberapa kali ku rasakan punggung tanganku menyentuh benda keras milik pak Manto, iya itu penisnya.
Setelah dari tangan ku kira pak Manto akan mengurut pinggangku, ternyata dia lanjut ke bagian kaki. Cukup lama pijatannya berasa di telapak kaki dan pergelangan kakiku. Memang bagian ini ku rasa cukup perlu diurut.
“Aduhh… Ahh… Iya Pak enak banget di situ” Ucapku pada pak Manto.
Tiba-tiba saja suamiku merespon “enak apa sakit yank? Enak kok aduh aduh gitu? Atau sakit tapi enak?”. Ku lihat mas Hendra berkata seperti itu sambil tersenyum dan memainkan alisnya.
Hmm… Sepertinya mas Hendra ingin memancing suasana, baiklah akan ku ladeni permainan mas Hendra.
“Ahh… Iyaah yank sakit tapi enak ughh….” Ucapku sambil mendesah menerima pijatan dari pak Manto.
“Pak Manto emang jago bikin enak yank ahh…” Ku keluarkan desahan terbaikku.
Ku rasakan pijatan pak Manto sempat terhenti begitu ku ucap seperti itu.
“Sudah non Lina dipijatnya. Semoga enakan dan cepat pulih” Ucap pak Manto menyelesaikan pijatannya.
“Lah sudah pak?” Ucapku.
“Tanggung pak sekalian saja badan istri saya, tadi katanya pada pegal-pegal juga badannya. Sekalian seluruh tubuh aja” Sambung suamiku berkata pada pak Manto.
“Ehh… Semuanya aja nih den?” Tanya pak Manto pada suamiku.
“Iya pak sekalian aja, biar enak semua badan istriku. Saya mau beli makan dulu ya pak untuk nanti malam. Nanti bapak makan di sini aja bareng kita” Ucap suamiku yang pergi meninggalkan diriku yang sudah hampir telanjang bersama pak Manto.
Ku rasa suamiku mengerti apa yang dirasa pak Manto. Dia pasti paham kalau ada rasa takut dan segan dari pak Manto jika harus berbuat mesum denganku di hadapan mas Hendra. Dan pastinya mas Hendra tidak perlu khawatir tertinggal pertunjukan karena sudah ada CCTV portabel yang dia letakkan di kamar ini.
Aku dan pak Manto sempat terdiam sesaat. Dan pak Manto berkata “Ini engga apa-apa non mas Hendra? Saya pijat non Lina cuma pake BH dan kancut gini? Takut saya non”.
“Tapi tadi mas Hendra gak gimana-gimana si pak, berarti boleh-boleh aja” Ucapku pada pak Manto. Pak Manto pun lanjut memijat tubuhku.
“Kira-kira den Hendra beli makannya lama gak ya non?” Tanya pak Manto.
“Kurang tau deh pak, paling ke depan. Kenapa memang pak?” Tanyaku menahan tawa yang tau kekhawatiran pak Manto.
“Ohh emm… Engga apa-apa non hehe” Ucap pak Manto melanjutkan pijatannya.
“Ahh… Uhh… Iya pak itu enak banget pak ahh…” Desahku lagi menerima pijatan pak Manto.
Selanjutnya pak Manto memintaku untuk duduk. Setelah ku ambil posisi duduk, pak Manto melanjutkan pijatannya. Ku buka desahanku untuk merangsang pak Manto.
“Ahh… Emhh…. Enak pak terus ouhh….” Desahku.
Rupanya pak Manto mulai gelisah dengan desahanku, sesekali ku rasakan pak Manto menggesekkan penisnya yang masih terbungkus celana ke tubuhku.
“Ahh… Bapak gak tahan non” Dan seketika pak Manto langsung meremas payudaraku yang terbungkus BH.
“Emhh… Aduh enak pak. Berani ya pak Manto sekarang remas-remas payudara aku hihi” Godaku pada pak Manto.
“Udah gak tahan non bapak oughh…. Toket non kenyal dan bagus banget aghh….” Ucapnya sambil terus meremas payudaraku.
“Ahh… Terus pak remes tetek aku, mainin pak” Ucapku diiringi desahan.
Tak ku sangka pak Manto semakin berani. Dia keluarkan payudaraku dari bra yang ku gunakan dan kembali dia remas payudaraku. Kini kulit mulus payudaraku bersentuhan langsung dengan tangan pak Manto.
Bukan hanya remasan, pak Manto juga memainkan puting payudaraku dengan gemasnya membuat diriku semakin terangsang.

“Akhh…. Emhh…. Geli pak aduhh… Ahh….” Ku nikmati permainan jari pak Manto pada puting payudaraku.
“Ahh… Akhirnya kesampaian bapak remes-remes toket non Lina ahh…” Ucap pak Manto menikmati kenyalnya payudaraku.
Sangat geli ku rasakan pada puting payudaraku hingga aku terkapar di atas kasurku. Tetapi pak Manto tetap memainkan puting dan payudaraku dengan tangan dan jari-jemarinya. Cukup lama pak Manto melakukan aktifitasnya hingga aku dibuat lemas olehnya.
“Ahh…. Pak sudah pak geli, aku capek huhh… Hahh… Hah…” Ucapku pada pak Manto sambil memejamkan mata menahan lelah.
Dan seketika ku rasakan pak Manto berhenti memainkan payudaraku.
Srett…. “Hahh??” Ku rasakan celana dalamku ditarik hingga terlepas dariku. Dan ketika ku lihat ternyata benar saja, pak Manto telah meloloskan celana dalamku hingga kini kemaluan mulusku terpampang di hadapan pak Manto. Sepertinya pak Manto melupakan rasa khawatirnya terhadap suamiku saking bernafsunya.
Kini tangan kiri pak Manto kembali memainkan puting payudaraku dan tangan kanannya bermain di vaginaku.
“Oughh… Akhh….. Enak banget emhh.. pak ahh…” Desahku merasakan nikmatnya permainan jari pak Manto di kedua area sensitifku. Ku lihat wajah pak Manto dia tampak tersenyum puas penuh kemenangan. Ya, ini pertama kalinya pak Manto menyentuh vaginaku dengan tangan dan jari-jarinya.
Kurasakan permainan tangannya berhenti sejenak, ternyata pak Manto sedang meloloskan celananya hingga kini batang kemaluannya terlihat sudah mengacung tegak membuatku membayangkan bagaimana rasanya jika batang itu sampai masuk ke kemaluanku dan tergesek di dalamnya ughh…
Pak Manto melanjutkan kembali aktifitasnya memainkan kedua area sensitifku.

Dan krekk…
Suara pintu terbuka dan telah berdiri mas Hendra di sana. Pak Manto yang sadar langsung diam ketakutan. Saking shocknya pak Manto sampai tidak bisa berkata-kata. Hanya mulut menganga dengan wajah ketakutan.
Aku yang merasa sangat lelah dalam kenikmatan tidak bisa berkata-kata dan hanya mendengus kelelahan “hahh… Hah… Ha… Huhh…. Emmhh….”.
Pak Manto yang mulai tersadar berkata “Maaf den Hendra, bapak beneran minta maaf. Bapak gak bermaksud kurang ajar ke non Lina den. Bapak mohon maaf”
Awalnya suamiku sangat terpana dengan pemandangan yang ada, namun langsung dia alihkan dengan berkata “Ohh lagi pijat payudara dan vagina ya pak? Wah bagus tu nanti semakin kenceng dan besar dong tetek istri saya hahaha, dan vaginanya juga pasti bakal lebih ngejepit habis dipijat ya pak? Yaudah dilanjut pak”. Suamiku kembali duduk di kursinya dan memperhatikan kami.
Lucunya ketika ku lihat penis pak Manto ternyata sudah lemas tidak seperti tadi, mungkin karena panik ketakutan hihi.
Aku yang ingin membuat suamiku senang langsung meminta pak Manto melanjutkan perbuatannya. Kali ini ku ambil posisi duduk menghadap suamiku dan pak Manto kembali memainkan payudaraku dari belakang.

“Ini beneran gak apa non?” Bisik pak Manto padaku. Dan hanya ku jawab dengan sedikit anggukan dan senyuman.
Ku rasakan permainan tangan pak Manto tidak seperti tadi. Mungkin karena masih ada perasaan takut dan canggung dengan suamiku. Dan sebuah ide terlintas di kepalaku.
Aku bangun dari ranjang dan menghampiri suamiku, dan ku tarik untuk duduk di tepian ranjang. Langsung ku loloskan celana yang digunakan suamiku beserta celana dalamnya.
“Mass… Ini boleh kan pak Manto pijat payudara dan vaginaku? Hihi” Ucapku menggoda suamiku di hadapan pak Manto sambil ku elus-elus penis standar suamiku.
“Aghh… Iya yank boleh kok, kan bagus juga buat tubuh kamu nantinya ahh…” Desah suamiku menikmati elusan tanganku di kemaluannya.
“Iya yank, tapi boleh gak kalau pak Manto dapat lebih dari pada sekedar memijat aku? Aku sange mas cupp…” Ucapku dilanjut dengan kecupan pada kepala penis suamiku. Dan langsung ku kocok penisnya.
“Aghh…. Iya yank oughh… Enak yank terus aghh…” Desah suamiku keenakan.
“Gimana yank? Boleh gak?” Tanyaku lagi masih dengan mengocok penis mas Hendra.
“Ahh… Iya yank boleh kal.. Oughh…. Kalo kamu mau” Ucap suamiku menahan desahannya.
Mendengar jawaban suamiku ku lihat pak Manto seperti terkejut dan senang, dan ku lihat penis pak Manto sudah kembali tegak dengan mantapnya. Selanjutnya ku lahap penis suamiku hingga dia semakin keenakan.

Tidak terlalu lama ku oral penis suamiku. “Sudah ya mas aku lanjut lagi dulu hihi” Ucapku padanya.
Lambat laun aku mulai terbiasa dengan permainan ini. Selain karena aku menikmati atas rasa penasaran yang melandaku, aku juga ingin membuat suamiku mas Hendra semakin senang.
“Ayo pak lanjut yuk” Ajakku pada pak Manto sambil ku buka bra tipis yang ku gunakan.
Dari perbuatanku melepas bra tipisku sepertinya pak Manto menyangka aku memintanya untuk bermain-main lagi dengan payudaraku hingga tangannya langsung menyergap payudaraku.
“Ehmm…. Akhh…. Iya Pak geli pak enak ahh….” Desahku menikmati permainan tangan pak Manto pada payudaraku.
Setelah sekitar 5 menit pak Manto berkata “Ehh ya ampun lupa ada den Hendra. Maaf ya den, bapak mohon izin hehe” Ucap pak Manto pada mas Hendra.
“Hehemm… Iya pak dilanjut aja” Jawab suamiku.
Ku rasa pak Manto masih ada sedikit rasa canggung walau sekarang sudah semakin berani, tidak seperti tadi.
Happ…. Tiba-tiba saja pak Manto melahap payudaraku. Dia seperti tidak memperdulikan adanya minyak di sana.

“Pakk tetek akuhh… Akhh…. Emhh…. Masih berm.. Berminyak pak uhh… Akhh….” Ucapku pada pak Manto, namun dia tetap saja melakukan aktifitasnya. Hihi saking sukanya ya pak Manto sama payudaraku ini.
Kini bibir dan lidah pak Manto mulai bergrilya menelusuri leherku, cukup lama dia merangsang leherku dengan cumbuannya. Emhh… Akhh…… Sambil ku remas rambut tipis pak Manto dan ku peluk tubuhnya menikmati sensasi cumbuan pak Manto di leherku.
Dia kembali turun mencumbu payudaraku dan kembali menghisapnya dan memainkan lidahnya di sana. Dia lakukan bergantian menghisap payudaraku kiri dan kanan diselingi dengan remasan.
Ohh iya, aku sampai lupa dengan suamiku. Ketika ku lihat mas Hendra ternyata sedang mengocok kemaluannya di tepian ranjang. Tatapannya begitu antusias.
Ku rasakan cumbuan pak Manto terlepas sekejap. Ketika ku lihat dia melihat ke arahku dan tersenyum puas. Setelah itu dia lanjut kembali mencumbu perut mulusku dengan mulutnya. Sedikit demi sedikit cumbuan pak Manto semakin turun hingga dia sampai di kemaluanku.
“Emmhhh…… Akhh… Iya Pak enak ahh… Terus pak oughh…. Enakkhh….” Desahku merasakan lidah pak Manto menyapu kemaluanku.

Saat sedang menerima rasa yang sangat nikmat luar biasa, ku rasakan ada cairan hangat menerpa wajahku. Dan ternyata itu adalah sperma mas Hendra yang sudah memuncrat hingga mengenai wajahku.
“Akhh…. Pak aku ahh… Kaya mau pipis pakhh… Emhh….” Desahku sambil menahan rasa orgasme yang akan melandaku.
“Hehehe enak ya non memeknya saya jilatin? Slurpp.. Slurrppp….” Ucap pak Manto menghentikan kegiatannya sekejap dan melanjutkannya kembali.
“Hemmph.. Iya pak enak… Oghh….” Jawabku sambil ku rasakan seperti setengah nyawaku menghilang mengiringi orgasme yang ku dapat.
“Wahh… Makin basah ni, udah keluar ya non?” Ucap pak Manto yang telah berhasil membuatku orgasme.
“Hah… Hahhh…. Hemmphhh……” Dengus nafasku.
Saat ku lihat ke arah mas Hendra ternyata suamiku itu sudah tertidur setelah berhasil mengeluarkan spermanya. Dan begitu ku lihat ke arah pak Manto, ternyata pak Manto sedang memainkan kelaminnya.
“Huhh… Huh.. Bapak belum keluar ya?” Tanyaku pada pak Manto.
“Hehe iya non, bapak izin sekalian ngeluarin ya” Ucapnya.
Ku jawab dengan senyuman dan anggukan tanda setuju. Jujur tubuhku masih cukup lemas. Ku lihat pak Manto mulai memainkan kelaminnya dengan lebih semangat.

“Ahh…. Mantep banget body non Lina ahh…” Ucapnya sambil memperhatikan tubuhku yang tidak terbungkus pakaian.

Sudah 10 menit pak Manto memainkan kelaminnya tapi belum ada tanda-tanda dia akan mengeluarkan spermanya. Ku perhatikan setiap gerakan tangan pak Manto, dan ku perhatikan juga kemaluannya yang masih mengeras dan terlihat tangguh.
“Emphh… Ohhh….” Tanpa sadar tanganku memainkan vaginaku. Aku mulai kembali terangsang melihat aksi pak Manto.
Ingin rasanya aku meminta mas Hendra untuk menyetubuhiku, tetapi dia masih terlelap dan tidak tega jika harus ku bangunkan. Apa iya aku harus mendapatkannya dari pak Manto? . Tidak tahan rasanya diriku ingin disetubuhi. Tapi aku masih takut jika ternyata mas Hendra tidak mau kalau sampai aku bersetubuh dengan pria lain.
Seakan-akan tau akan kegelisahanku, pak Manto mendekat dan berbisik kepadaku.
“Kenapa non keliatan gelisah dan bingung gitu? Mau ngentot tapi mas Hendranya tidur ya? Hehehe” Bisik pak Manto.
Hanya ku balas dengan anggukan perkataan pak Manto. Lalu kembali ku lihat dengan tatapan cemas ke arah mas Hendra yang masih tertidur.
Seketika pak Manto mengangkat tubuhku ke luar kamar, “kemana pak Manto menggondongku?”. Dan ternyata dia membawaku ke kamar sebelah, kamar pak Manto dulu. Lalu dia menidurkanku kembali pada kasur di kamar tersebut.
Pak Manto tersenyum lebar sambil menatapku. Ya aku tau maksud pak Manto membawaku ke kamar ini, dan aku memang sangat tidak tahan. Hingga ku tarik pak Manto mendekat dan memposisikan tubuhnya di antara selangkanganku.
Ku lihat senyumnya semakin melebar dan dia berkata “Non Lina mau ngentot sama saya? Hehe”.
” Heemm….” Jawabku sambil mengangguk memelas.
“Non yang minta ya hehehe” Ucap pak Manto senang.
Pak Manto menggenggam penis besarnya ke arah vaginaku. Dia gesek-gesekkan hingga timbul rasa nikmat dan degdegan dalam diriku.

“Oughh….. Sebent ahh…. Sebentar pakhh…” Ucapku kesakitan merasakan kepala penis pak Manto mulai masuk ke kelaminku.
Pak Manto kembali mencabut kepala penisnya. Tidak ku sangka ternyata sakit, ku kira setelah diriku diperawani maka bersetubuh hanya akan terasa nikmatnya saja.
Kembali pak Manto menggesekkan kepala penisnya pada kemaluanku. Dan “Hempphhhh….” Ku tahan rasa sakit yang melanda. Pak Manto mulai memainkan kepala penisnya di kemaluanku. Dia maju mundurkan sedikit demi sedikit.
Setelah beberapa saat aku mulai terbiasa dan menikmati gesekan penis pak Manto pada vaginaku. Kini ku rasakan kemaluan pak Manto sudah mulai masuk ke kemaluanku.
“Ahh…. Akhh.. Haduhh… Enak pak ahh….” Ucapku pada pak Manto yang mulai menggenjotku.
Ku lihat ke bawah ternyata penis pak Manto sudah masuk setengahnya. Dan ini sangatlah nikmat.
Cukup lama pak Manto menggenjotku hingga aku merasa mulai terbiasa dan hanya nikmat yang ku rasakan tanpa adanya rasa sakit. Hingga tiba-tiba..
“Aghh…. Pakk ahh…. Sakitt…” Rengekku karena dengan tiba-tiba pak Manto mengehentakkan penisnya hingga masuk seluruhnya.

Aku terus merengek merasakan sakit pada vaginaku. Ku rasakan penis pak Manto benar-benar membelah rahimku.
Pak Manto mendiamkan gerakannya sesaat, sepertinya dia menunggu rasa sakit yang ku rasa memudar dan ketika sudah terasa lebih baik pak Manto kembali menyetubuhiku.
“Ahh…. Ohh… Enak banget non memeknya. Gak nyangka banget bapak bisa ngentotin non Lina sekarang. Ngejepit banget memeknya non ahh…” Ucap pak Manto menikmati persetubuhan kami.
“Akkhhh… Iya pak. Akuhh.. Ahh… Aku juga enak pak emhh… Penis bapak enak banget ahh… Penuh vaginaku ahh…” Ucapku merasakan kenikmatan dari penis pak Manto.
Permainan pak Manto sangatlah halus sehingga aku dapat merasakan tiap gesekan penisnya di kemaluanku.
Karena terlalu menikmati dan terangsang ku tarik wajah pak Manto dan kami berciuman. Ku peluk tubuhnya hingga sangat rapat dengan tubuhku. Tentunya pak Manto dengan semangat membalas bibirku dengan kelaminnya masih keluar masuk kelaminku.
“Emphh… Slurp.. Ahh….” Suara kami saling bertukar liur.
Sudah tidak ku pedulikan statusku dan pak Manto saat ini. Yang ku tau pak Manto saat ini adalah pejantanku yang akan memuaskan hasratku.
Cukup lama permainan kami berlangsung. Setelah hampir setengah jam aku merasa sampai puncak orgasme dan tubuhku mengekang. “Akhh…. Ohh…. Ahh.. Aku sampai pak ahh…”.
Hingga aku merasa semakin lemas setelah 2x orgasme, sedangkan pak Manto belum. Pak Manto tidak memberi jeda, dia terus menyetubuhiku.
Plopp… “Ganti posisi ya non”. Dia balik tubuhku, dan mengangkat pinggangku.
“Hempp….” Suara kami ketika pak Manto memasukkan penisnya kembali. Aku sudah sangat lemas setelah 2x klimaks, tapi tetap rasa nikmat ini menjalar kembali.
Plokk… Plokk… Plokk.. Suara pertemuan tubuh kami menghiasi ruangan ini diiringi dengan desahan kami berdua yang merasakan nikmat dari satu sama lain. Sambil terus menyetubuhiku, pak Manto mulai menggenggam dan meremas payudaraku dari belakang.
Hingga sekitar 15 menit kemudian “Hahhh… Hah.. Bapak mau sampai non uhh…” Ucap pak Manto menjelang klimaksnya. Dengan sigap langsung ku lepaskan kelamin kami.
“Jangan di dalem pak, aku khawatir. Pakai tangan aja ya keluarinnya” Ucapku khawatir jika pak Manto meneruskan dan mengeluarkan spermanya di dalam rahimku. Bisa gawat jika aku memiliki anak dari pak Manto kan?
Tak ada penolakan dari pak Manto dan dia mendekatkan penisnya ke tanganku. Setelah 5 menit lamanya ku kocok kemaluan pak Manto diapun menyemprotkan spermanya ke tubuhku.
Crott… Crot.. Crottt….. “Ahh… Puas nonn..” Ucapnya
Kami saling bertukar senyum satu sama lain dan pak Manto mendaratkan sebuah ciuman ke pipiku. Ku tarik wajahnya dan kami kembali berpatutan untuk waktu yang singkat.
“Aku kembali ke kamarku ya pak, khawatir mas Hendra curiga dan tau hihi” Ucapku pada pak Manto.
“Hehe iya non. Makasih ya non, bapak bener-bener puas non bisa ngentotin non Lina yang luar biasa” Ucap pak Manto.
Aku tersenyum mendengar perkataannya. Segera diriku kembali ke kamarku dan tiduran di dekat mas Hendra yang masih terlelap.
___________________________
“Yank.. Sayang…. Mandi dulu sana. Sayangg… Yankk….” Aku terbangun karena suamiku membangunkanku. Sangat lelah ku rasakan setelah apa yang terjadi. Akhirnya aku dan suamiku mandi bersama.
Setelah mandi kami duduk di ruang tengah, sedangkan pak Manto merapihkan kamarku dan mas Hendra setelah apa yang telah terjadi. Ku lihat senyum mas Hendra terus terpancar, dan dia semakin mesra dan romantis. Ku rasa mas Hendra memang benar senang jika aku bermesum ria dengan pak Manto hihii…
Kami bertiga sempat berbincang sebentar sambil makan malam. Kami membicarakan tentang apa yang baru saja terjadi. Namun aku dan pak Manto tidak memberi tau persetubuhan kami di kamar sebelah.
“Pak Manto nanti kalo sange minta tolong ke istriku aja pak hahaha” Ucap mas Hendra menawarkan pak Manto.
“Wahh… Siap itu mah den. Senang bukan main bapak bisa lihat dan sentuh-sentuh tubuh seksi non Lina yang cantik hehe” Jawab pak Manto sambil terus memperhatikanku yang memakai pakaian terbuka setelah mandi.

“Tadi bapak penetrasi ke istriku gak?” Tanya mas Hendra. Aku dan pak Manto sempat terdiam.
“Engga den, tapi saya tadi ngecrot di tubuh non Lina hehe. Gak apa kan den?” Ucap pak Manto.
“Ohh… Haha, iya pak gak apa-apa kok, tenang aja” Jawab suamiku.
Aku hanya tersenyum mendengar pembicaraan yang ada. Hingga akhirnya pak Manto izin pamit pulang.
Malam itu suamiku terus semakin manja dan mesra padaku. Tak ku sangka semua berakhir sebahagia ini.
Tapi tunggu dulu. Ini sebuah akhir atau awal permulaan ya? Hihihii…