Nafsu Birahi Citra – Ep 23 – Kenakalan di Toilet Umum

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Baca Cerita Seks Dewasa Outdoor

Setibanya di toilet, Citra segera masuk kesalah satu bilik kamar mandi dan kemudian melepas celana dalamnya. Dan ketika ia mengamati celana dalamnya, benar, celana dalam itu penuh dengan gumpalan-gumpalan sperma.
“Pantes saja sperma Muklis tak tertampung di celana dalamku…. Wong banyak gini….” Batin Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Buru-buru, Citra lalu meraih semprotan toilet kemudian membasuh cipratan-cipratan sperma Muklis yang ada divagina dan punggung pantatnya.
“Fiiiiuuuhhh… Hampir aja ketahuan….. Dasar pejuh sialaaaan….. Nggak pejuhnya… Nggak kontolnya… Nggak yang punya kontol… Semua selalu bikin repot…. Menyebalkan….” Gerutu Citra sambil terus membasuh vaginanya. “Tapi….Sebel-sebel enak sih… Hihihi….” Tambah Citra sambil terus mengusapi vaginanya dengan semburan air dingin toilet.

BRAK…

Ketika Citra sedang asyik-asyiknya membasuh vaginanya, tiba-tiba bilik pintu kamar mandinya terbuka dari luar. Dan betapa terkejutnya Citra, yang menyadari jika orang yang membuka pintu bilik kamar mandinya adalah seorang pria, dan 3 orang temannya.

“Heeeeehhhh Mas…. Punya Mata nggak…? Ini toilet cewek… ” Celetuk Citra ketus.
“Ehh…. Maaf mbak… Toilet cowoknya penuh… Jadi saya numpang kencing disini…” Kata salah satu pria yang didada seragam hitamnya ternyata bernama Rahman, seorang petugas keamanan Mall.

“Pssstttt.. Bener orangnya yang ini Yad…?” Tanya Rahman kepada Yadi, petugas penjaga counter yang ada di belakangnya dengan nada pelan.
“Iyak Man… Ini si Neng-Neng bunting… Yang tadi ngewe di kamar ganti ….” Bisik Yadi mengiyakan.
“Loohh… Kamu….?” Kaget Citra.
“Waaaaaah… Keliatannya…..Bakal seru nih… Hehehe….” Kekeh Kasep, petugas kebersihan Mall.
“Yo’i cuuiiyyy…. Bakal ada yang kedapetan rejeki montok nih…. Hihihi…” Sahut Banu, yang dari pakaiannya terlihat seperti petugas penjaga parkiran.

“Heeeehh… Ngapain kalian bisik-bisik….?” Tanya Citra ketus, “KELUAR NGGAK….! Ini bukan toilet cowok…!” Bentak Citra lagi.
“Wooow…. Yad… Ternyata Neng ini ganas juga ya….?” Celetuk Rahman, “Sssssttt…. Nggak usah teriak- teriak Neng cantik… Nanti suaranya habis loh….hehehe….” Kata Rahman, “Bunting-bunting ternyata kamu nakal juga ya…?”
“KELUAARR… !” Teriak Citra lagi, “Atau kalau nggak… Aku bakal TERIAK….!” Gertak Citra.
“Hehehe…. Teriak aja Neng…. Toh percuma… Nggak ada juga yang bakal denger….”Jawab Rahman sambil mengamit tangan Citra dan mengajak wanita hamil yang belum berpakaian kembali itu keluar dari bilik kamar mandinya yang sempit.
“Udah Man…. Kita udah aman kok….” Kata Kasep sambil mengunci pintu kamar mandi, “Nggak bakal ada yang ngeganggu kita… Hehehe….”

“Siiippp….” Kata Rahman sambil mengacungkan jempolnya pada Kasep , “Aku sudah tahu kok Neng… Perbuatanmu mesummu barusan dikamar ganti tadi…..” Tambah Rahman, “Sepertinya HOT banget….”
“Perbuatan apa…? Kamu salah orang Mas…” Jawab Citra acuh.
“Hahaha… Udaaaaah… Kamu nggak usah ngelak deh Neng… Mana ada orang bunting yang ngentotin adik iparnya dikamar ganti kalo bukan kamu Neng…? Hahaha…” Rahman tertawa sambil menunjukkan handphone Yadi yang terdapat banyak gambar-gambar dirinya sedang asyik menikmati persetubuhan kilatnya bersama Muklis.

“Nggg…. Itu….”
“Kenapa Neng….? Udah sadar….?” Tanya Rahman, “Bener khan itu kamu yang sedang dientotin ama adik iparmu…? Bener khan….?” Tambahnya lagi sambil mengusap janggut tipisnya.
“Waaaahhh… Ngentotin adik ipar…?” Celetuk Kasep, “Laporin aja ke suaminya Man… Mumpung tadi masih ada suaminya…. “
“Iya…. Eh Neng… Tadi yang diluar barusan itu suamimu khan…?” Tanya Rahman lagi.
“Ehhh…. Jangan Mas….” Jawab Citra dengan wajah yang tiba-tiba panik.
“Hahaha… Makanya…. Turutin aja semua kemauan kami… ” Omel Banu.
“Ehhh…. Maaf Mas… Aku harus buru-buru ini… Aku harus cepet-cepet masuk kantor….” Elak Citra sambil buru-buru membetulkan dressnya dan melangkah kearah pintu keluar toilet.

Namun, belum juga wanita hamil nan cantik itu sempat melangkah, Rahman buru-buru menarik lengannya kembali.

“Kalo mau cepet-cepet masuk kantor… Harusnya tadi nggak ngentot dulu Neng… ” Kata Rahman yang terus memperlihatkan layar handphone milik Yadi yang berisikan gambar persetubuhan Citra dan Muklis beberapa saat lalu.
“Nggg….. ” Jawab Citra seolah kehabisan alasan.
“Emang dikantor ada apa sih…?” Tanya Banu, “Jangan-jangan… Bos kamu juga ngentotin kamu ya…?”
“Hahahaha… Perek juga ini cewe…” Kata Yadi.

“Udah Man… Sikat aja… ” Kata Kasep, yang dengan santai menurunkan resleting seragam kebersihannya hingga perut dan kemudian melucuti dirinya sendiri hingga telanjang. ” Aku udah nggak kuat lagi nih Man… Aku udah sange banget ngeliat Neng hamil ini…” Tambahnya lagi sambil mulai mengocok penisnya yang perlahan bangun dan menggeliat membesar.

“Kalian mau apa….?” Tanya Citra panik sambil melirik kearah penis Kasep yang makin terlihat begitu panjang dan keras. Penis itu begitu menyeramkan, potongan sunatnya terlihat tak beraturan, dengan urat-urat yang muncul secara acak disekujur batangnya. Rambut kemaluannya juga begitu panjang, tak beraturan, “Kalian mau memperkosaku ya…? Jangan Mas… Jangan….”

“Hehehe….Tenang saja cantik… ” Kata Kasep mencoba menenangkan Citra sambil terus mengocoki penisnya yang sudah tegang sempurna, “Kami tidak akan memperkosamu kok… Cumaaan… Hehehe…. Taulah Neeeng… “

“Cumaan… Tolong bantu kita-kita donk Neng….” Jawab Rahman yang kemudian mengikuti apa yang Kasep lakukan, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kelaminnya yang ternyata sudah begitu keras.

“Astaga Mas….” Kaget Citra sambil menutup mulutnya. “Besar banget….” Desah Citra ketika melihat pentungan hidup Rahman. Walau tak sepanjang penis Kasep, namun penis satpam itu terlihat jauh lebih gemuk dan besar dari milik suaminya. Begitu panjang dan cantik dengan kulit yang berwarna putih kekuningan. Bersih, tanpa urat dan rambut sedikitpun. Benar-benar halus mulus, mirip pentungan.

“Kenapa Neng….? Kaget ya ngeliat…….Kontol….? Hahaha….” Celetuk Rahman sambil menepuk-tepukkan batang penisnya ke tangannya, mirip seorang satpam yang sedang mempermainkan tongkat pentungannya.

“Kamu tinggal milih sih Neng… Mau aku bawa kekantor buat dijadikan berita…? Atau… Aku laporin ke suamimu…. Atau … Aku kasih hukuman karena kamu sudah bertindak asusila di tempat umum…?” Tanya Rahman sambil terus menepuk-tepukkan batang penisnya yang besar ke tangannya.
“Jangan Mas…. Jangan laporin aku kesuamiku…”

“Loooh…. Kenapa Neng…? Khan biar suamimu tahu kalo istrinya tuh….. Sebenernya suka kontol orang lain… Hahahaha….” Goda Yadi yang juga ikut-ikutan kedua rekannya, membuka seragam penjaga counternya hingga telanjang bulat. Mungkin karena gemuk, penis Yadi tak sepanjang kedua rekannya tadi, namun, memiliki diameter terbesar diantara mereka berempat.
“Eennnggg….. Jangan Mas……”

“Jadi gimana nih Neng….? Neng mau dihukum….? Atau gimana….?” Tanya Banu, pria terakhir yang juga dengan PDnya, ternyata sudah melucuti seragam parkirnya hingga telanjang bulat. Dan tanpa malu-malu mengocok penisnya yang sudah tegang dengan santai.
“Astaga…….” Pekik Citra ketika melihat penis Banu. Penis Banu memiliki bentuk yang unik. Batangnya sedang, tak begitu panjang, namun ukuran kepala penisnya begitu besar, malah sepertinya itu adalah kepala penis terbesar yang pernah Citra lihat selama ini, “Nggg…. Jangan Mas….”
“Udaaah… Neng mau ya mbantuin kami-kami….” Rayu Banu, “Pasti puas kok Neng… Dijamin….Hehehehe…” Tambahnya lagi sambil meremasi testis besarnya.

“Jadi…? Mau ya Neng… Bantuin kita-kita….?” Tanya Rahman sambil mengamit tangan Citra dan meletakkannya pada batang penisnya. Tangan mungil Citra terlihat begitu kecil jika dibandingkan dengan penis besar Rahman. Perlahan, satpam itu membimbing tangan Citra untuk segera bergerak naik turun, mengocoki batang penisnya.

“Nngggg……” Citra tak mampu menjawab apapun, ia hanya berpikir cara terbaik untuk dapat menghindar dari serangan keempat pria mesum ini. Namun, sekeras apapun usaha Citra, sepertinya tak ada cara apapun untuk dapat menghindar “Kepalang tanggung… Kalo udah basah nyebur aja sekalian….” Batinnya.

Dan tak lama kemudian citrapun menganggukkan kepalanya.

“Hahahahaha…pilihan yang bagus Neng…..” Ucap Rahman singkat sambil mendekatkan bibirnya kearah bibir Citra. “Cup….. Udaaaahhh…. Nikmatin aja ya Neng…. Cup….” Cium Rahman pada bibir mungil Citra, yang kemudian melumatnya dengan penuh nafsu.

Tangan kanan Rahman kemudian merayap ke payudara kiri Citra dan menarik turun dressnya hingga sebatas perut.

SREEEETTT

“Wuuuiiidiiiihhhh…. Busyeeeetttt…. Tetekmu jumbo banget Neng….Kenyal dan anget….” Puji Rahman yang kemudian melucuti payudara kanan Citra. “Pasti ini tetek udah berisi asi ya Neng…?” Tanya satpam itu sambil mulai memilin-milin puting payudaranya.
“Ssshh….” Lenguh Citra karena merasakan salah satu titik kelemahannya dipermainkan oleh satpam mall ini. “Pelan-pelan Maass….”

Sambil terus melumat lidah Citra, Rahman pun mulai meremas dan memilin puting payudara wanita hamil itu dengan perlahan.
“Eeehhmmm…. Pelan-pelan Mas…..” Desah Citra ketika merasakan gejolak birahinya perlahan muncul akibat remasan dan pelintiran puting payudaranya.

Terlebih ketika Rahman mulai mengenyoti payudara Citra, membuat istri marwan itu semakin kelojotan.
“Ckckckck….. Adik iparmu ganas juga ya Neng…. Cupang tetekmu sampe banyak gini….” Kata Rahman sambil tak henti mengenyot payudara Citra, “Pasti dia puas banget tuh….”
“Ehhhmmmm…. Sssshhhh….” Lenguh Citra sambil mulai mengusap-usap kepala Rahman.

Rupanya, Citra mulai merasakan gairahnya kembali naik oleh remasan Rahman. Karena tanpa disarainya, istri Marwan itu mulai cuek ketika tangan Rahman mulai melucuti dressnya. Dan karena model dress Citra berbentuk kemben, tangan mesum Rahman sama sekali tak merasakan kesulitan yang berarti.

SREEETTT
Dress mini itupun akhirnya melorot kebetis Citra dan jatuh kelantai.

“Wwwuuuuuuiiiiihhhhhhhh…. ” Sorak keempat pemuda mesum itu hampir berbarengan.

Walau keempat pria itu sudah sering melihat tubuh wanita telanjang, tapi baru pertama kali ini mereka ngeliat tubuh telanjang yang semulus milik Citra. Terlebih melihat perut hamil dan payudara Citra yang menggantung indah, keempat pria itu seketika bagaikan singa-singa lapar yang mendapatkan suguhan daging siap santap.

Tanpa ada yang memberi aba-aba, mereka serempak mendadak maju mengerubungi Citra dan mulai menjamahi setiap lekuk tubuh wanita cantik itu. Dengan badan yang sudah bugil dan penis yang sudah berdiri tegak, keempat pria itu saling berpandangan dan menyeringai. Tak pernah sekalipun mereka membayangkan jika pagi itu mereka bak mendapatkan durian runtuh karena akan segera menikmati tubuh mulus Citra.

“Coba rebahan dilantai Neng… Trus buka kakimu….” Pinta Rahman sambil menidurkan tubuh telanjang Citra diatas lantai kamar mandi dan kemudian merentangkan paha Citra lebar-lebar, “Nikmatin aja ya Neeeng… Hehehe….”

Dengan sigap, jemari Rahman pun mulai mengulik bibir vagina Citra sambil sesekali menguaknya lebar-lebar, membuat sisa sperma muklis yang masih ada didalamnya mengalir keluar.

“Busyeet deeehh Man…. Si Neng ini udah bunting tapi kayaknya…. Lobang memeknya sempit banget yaa… Masih keliatan rapet banget…. ” Kekeh Kasep yang ternyata mengamati liang vagina Citra dari dekat, “Lubangnya….. Kecil bener…. “
“Mirip lobang perawan yak Sep…?” Tanya Banu…
“Ah… kaya pernah main ama peraawan aja Nu…?” Goda Yadi, ” Dia kan punya suami masa lobang memek masih keliatan rapet….?”
“Sini… Lihat aja sendiri kalo gak percaya Yad… ” Kata Kasep.

Buru-buru ketiga teman Rahman segera berjongkok didepan tubuh Citra. Dan dengan tanpa mengedipkan mata sama sekali mereka mengamati lubang kemaluan Citra yang masih mengeluarkan sperma muklis.

“Ckckckckkckck… Iya…. Sempit bener ya…? Rapet banget kayanya…..” ketiga orang itu berdecak kagum setelah menyaksikan lobang vagina milik Citra yang betul-betul kecil seperti ngga pernah di terobos penis sama sekali

“Ya khaaaan….? Betul khan apa yang aku bilang…. Sempit banget khaaaannn….?” Kata Kasep
“Suami Neng impoten ya Neng…?” Tanya Banu.
“Nnnggggg……”
“Nggak apa-apa kok Neng… Ngaku aja… Khan kalo emang bener impoten, kita-kita mau bantuin…”
“Bener-bener-bener…. ” Sahut Kasep, “Masa punya istri semok nan menggoda gini gak pernah dipakai…”

“Ssssttt…. Dasar lelaki kampungan…. Kaya nggak pernah liat memek bagus aja… Udah-udah… Kalo kelamaan ngobrol gini… Bisa-bisa keburu tutup nih Mall… ” Kata Rahman yang dengan sigap mulai bersimpuh di depan selangkangan Citra. “Sekarang, kalian maenin dulu aja tuh tetek…. Aku mau maenan dulu ama memek si Neng ini…. Kontolku udah nggak tahan lagi….” Kata Rahman sambil mengarahkan batang penisnya ke liang vagina Citra.

Dan dengan sedikit tekanan, Rahman segera menyelipkan kepala penisnya yang besar ia kebelahan vagina Citra.

CLEEEEP,

“Ooohhh…. Ssssshhh… Aampuuuunnnn….. Pelan-pelan Mass… Sakiiittt…”
“Huuuoooohhhh… Sempit bener cuiiiyy….. Kok bisa gini ya Neng….?” Tanya Rahman iseng sambil meneruskan tusukan batang penisnya, “Padahal tadi khan Neng baru aja dientotin yaa… Tapi kok bisa memek Neng masih berasa seret gini sih…. Uuuuggghh…. Sumpah…. Gigitan memekmu masih berasa bangeeet…..” Oceh Rahman yang walau hanya kepala penisnya baru saja masuk dan menghilang ditelan oleh jepitan vagina Citra, sudah dapat merasakan kenikmatan jepitan liang vagina tanpa bulu itu.

“Uuuhhhh… Pelan-pelan masss….” lenguh Citra sambiil mendorong tubuh gempal Rahman menjauh.
“Busyeeetttt….. Ooooogghhh…. Gilaa….. Memekmu bener-bener rapet Neeeng…” Lenguh Rahman ketika merasakan jepitan vagina Citra yang semakin ketat menjepit kepala penis besarnya.

“Ahhh.. ngentot kau Man… Bikin aku nggak kuat nahan sange aja….” Kata Kasep yang kemudian berjongkok di dekat kepala Citra dan berusaha menjejalkan batang penisnya ke dalam mulut Citra.

“Ngggghhh… Jangan Maasss….” Tolak Citra begitu melihat batang penis yang tak beraturan milik Kasep mulai menguak mulut mungilnya.
“Ssshh…. Udaaahh…. Neng diem aja…. ” Goda Kasep sambil terus menyodorkan batang penisnya yang berwarna hitam legam, “Ayo mangap… Aaaaaakkkkkkk….”

Citra yang tak berdaya, hanya bisa menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan, berusaha menghindar dari penis Kasep yang terlihat jorok itu. Namun, apa daya. Posisinya yang rebah pada punggung sama sekali tak menguntungkannya. Akhirnya, mau tak mau, penis Kasep itupun akhirnya berhasil masuk juga kedalam mulut Citra.

“Gggggluupp..” Seketika, aroma memabukkan menyengat indra penciuman di hidung Citra. Membuat wanita cantik itu semakin gelagapan saat penis panjang Kasep menerobos mulutnya.
“Ooohhh…. Ayolah Neng… Emut-emut dikit kontolku ini… Neng gak usah malu-malulah… Mumpung kita masih banyak waktu…. Hehehe…” Kekeh Kasep saat berhasil memasukkan penis panjangnya ke dalam mulut Citra. “Ooohhh… Angeet….”

“Enak ya Sep….?” Tanya Rahman yang sedang sibuk memompa batang penisnya pada vagina Citra.
“Huuuoooohhh….. Enak banget Man…. “
“Sama nih… Memek Neng ini bener-bener rapet banget…. ” Puji Rahman, “Eeeehh.. Bisa ngenyot pula… Hehehe… Lihat Sep… Kontolku seperti diremas-remas sama memek sempit ini…”
“Hehehehe… Iparmu pasti beruntung banget ya Neng….? Punya kakak ipar seperti kamu…” Lenguh Rahman yang kemudian menghajar vagina Citra keras-keras dengan gempuran batang penis cantiknya.

Melihat kedua rekan kerjanya sudah mulai menikmati sajian tubuh wanita hamil yang ada dihadapannya, mmu tak mau membuat Banu dan Yadi mulai panas juga. tak lama, kedua lelaki itu pun mulai ikut-ikutan mengambil keuntungan.

Bergantian, Banu dan Yadi meremas dan menghisapi payudara besar Citra. Bahkan, kedua lelaki itu meminta Citra supaya segera mengocok penis mereka dengan kedua tangannya yang bebas.
“Iya gitu Neng… Ayo kocokin kontolku….. ” Lenguh Banu yang disambung dengan desahan Yadi, “Kocok yang kenceng ya Neng….”

Diserang oleh keempat lelaki ini, entah mengapa, Citra sama sekali tak merasakan keberatan sedikitpun. Malahan ia berpikir jika hal itu bisa dijadikannya sebagai kesempatan untuk bisa mendapat kenikmatan dari empat batang penis mereka.

Tapi, karena keempat orang itu bukanlah orang yang Citra kenal, maka dari itu, Citra tetap pura-pura berusaha menolak atas perlakuan kasar mereka berempat.

“Hangaan Maas…. Hangaaann…..” Lenguh Citra dengan mulut penuh penis, setiap kali ia merasakan keenakan yang amat sangat dari perkosaan kilat itu.

Tak ingin terlihat ngarep. Mungkin hal itu yang ingin Citra perlihatkan kepada keempat pemerkosa itu. Oleh karenanya Citra tak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah menolak perlakuan kasar mereka berempat.

“Man… Gantian dooong….” Pinta Banu kepada Rahman.
“Bentaran ah…. Masih nanggung banget ini….” Tolak Rahman.
“Sep…. Aku juga pengen diisep-isep gitu….” Pinta Yadi pada Kasep.
“Yaelah.. Bentaran dikit napa sih…..” Tolak Kasep juga.

Karena berulang kali Yadi dan Banu mendapat penolakan dari kedua rekannya yang sedang asyik menikmati jatah tubuh Citra, mereka berdua pun mulai gemas. Walhasil, Yadi dan Banu memperlakukan kedua payudara besar Citra dengan sangat kasar.

Mereka seringkali meremas kuat-kuat daging yang tumbuh didada Citra sembari sesekali menampar-nampar. mirip seperti sedang membuat dodol. Sehingga tak lama kemudian, payudara Citra yang semual sudah merah akibat cupangan mulut Muklis, semakin berwarna lebih merah lagi.

Kedua puting payudara Citra pun tak luput dari perlakuan kasar mereka. Kedua puting payudara Citra itu terlihat makin mencuat keras akibat perlakuan Yadi dan Banu yang sering kali menarik-tarik puting itu dengan menggunakan gigi dan mulut mereka.

“Aaaahhh… Haammmpuuunn Maaasss…. Haaampuuunnnn…..” Jerit Citra sia-sia tanpa mendapat perhatian keempat pemerkosa itu.

Begitupun dengan Kasep. Ia juga berulang kali memukul-mukulkan batang penisnya pada bibirnya Citra dengan kasar. Tak jarang ia juga menyodok-nyodokkan batang penisnya dalam-dalam hingga membuat wanita hamil itu gelagapan kehabisan nafas.

Namun anehnya, Citra sama sekali tak keberatan, malahan ia semakin merasakan sebuah kenikmatan tersendiri ketika menerima perlakuan kasar Kasep.

Tak berbeda dengan Kasep, Rahman yang melihat keberingasan ketiga teman kerjanya pun terlihat mulai sadis. Ia semakin mempercepat tusukan-tusukan penisnya yang berukuran besar itu pada vagina Citra, tanpa menyadari jika wanita yang sedang ia setubuhi itu sedang hamil. Rahman memperlakukan vagina Citra begitu kasar, bak memperlakukan vagina pelacur murahan.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

“Gggaaaaggg… Cuuiihhh…. Sssshh….Hudah Maaas…. Huudaaaahhh…..” Lenguh Citra disela-sela tusukan penis Kasep
“Sssshhh… Udaaah… Nikmati aja Neeeng….” Desah Rahman sambil tak hentinya membombardir vagina Citra yang semakin licin.
“Hentikaan Maasss…… Hangan…… memek aku sakiitt Masss…. Holoongg hentikan….. Hampuuuunnn…. ” Lenguh Citra berpura-pura merintih kesakitan.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

“Ooohhh… Sssshhh… Nikmain aja Neng…. Nikmatin…. Hehehe” Kekeh Rahman sambil terus-terusan menabraki vagina Citra dengan pinggulnya. “Oooohhh.. Neeeenggg…. Memekmu benar-benar enak… Belum pernah aku nikmatin memek yang seenak punyamu ini Neng..” Dengus Rahman sambil merem melek keenakan

“Bener Man…. Kayaknya Neng ini lonte profesional… Mulutnya juga enak banget… ” Ucap Kasep sambil terus terusan menjejalkan seluruh batang penisnya ke mulut Citra.

“Man.. Gantian yuk…. Kontolku juga pengen ngerasain jepitan memeknya nihhh….” Celetuk Kasep.
“Iya Man…. Gantian doong… Emang kamu aja yang bisa enak ngerasain jepitan memeknya Neng ini….? Aku juga pengen….” Sambung Yadi
“Hooh Maaan… Aku juga pengen niihh… .Kontol ku udah ngaceng banget.. Pengen masuk ke dalam memeknya… ” Kata si Banu yang terus-terusan menyupangi puting payudara Citra, “Bosen nih ngisepin tetek mulu… “

“Iye iyeee…. Sabar…” Gerutu Rahman, “Temen kok nggak pernah bisa ya ngelihat aku seneng….” Ucap Rahman yang kemudian menyetubuhi wanita hamil yang ada didepannya itu lebih kasar daripada sebelumnya.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

“Ah ah ahhh… Aampun Mass…. Ampuuunnn….” Erang Citra, “Pelan-pelan nyodoknya Masss…. Memek aku….. Saaakiittt…”

“Sssshhhtt… Diem aja kamu Neng…. Dieeem…. Kalo sedang dientot tuh dirasaaainnn…. Dinikmatiiiinnn…..” Saran Kasep sambil menjejalkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.
“Ssssshhh…. Tapi pelan-pelan Maaassss….. Aaaahhhh…. Gaaagg gaaagggg..” Lenguh Citra akibat sodokan penis Kasep pada mulut dan tenggorokannya.

Akibat nafsu Kasep yang sudah begitu tinggi, ditambah kuatnya cengkeraman otot tenggorokan Citra, membuat petugas kebersihan Mall itu tak mampu lagi menahan gelombang orgasmenya. Seketika tubuh kurus itu bergetar hebat.

“Aaaahh… Ngentot ngentot ngentot…. Aku duluan Nennggg… Aku mau ngecrooottt duluan…” Jerit Kasep sambil menghantamkan pinggulnya pada mulut Citra. Membenamkan batang penisnya yang panjang itu kedalam mulut istri Marwan. Sampai-sampai, pangkal penis Kasep yang berambut itu menyentuh tepat pada bibir mungil Citra. “Ngeeentoooott…. Neengg…. Terima pejuhku Neeeng….. “

CROT CROOT CROOCOOOT…
Sperma panas Kasep pun langung muncrat di dalam mulut Citra

“Huuoooohhh… enak banget Neng isepan mulutmu…” jerit Kasep keenakan sambil menekan batang penisnya dalam-dalam kemulut Citra.
GAAAAGGG…., ” Erang Citra gelagapan saat penis Kasep itu masuk lebih dalam hingga menyentuh anak tekaknya, “Uhuk uhuk uhuuukk…”
“Nengg… Aku ngecrot Neeengg…. Uooooh…. Telen pejuhku Neng…. Telen seemuuaaanyaa…. Ooohh….. Ooohh….” Raung Kasep sambil terus-terusan menekan batang penisnya untuk dapat merojok kerongkongan Citra lebih dalam.
.
“GAAAGG… Uuhuuk uhukk uhuk… GAAG… GAAAG…. Uhuuk…uuhk ..” Citra berulang kali tersedak ketika kerongkongannya diterjang sperma dan batang penis Kasep .

“Ooohh enak ya Seep…?” Celetuk Rahman begitu melihat rekan kerjanya mengejang-kejang keenakan.
“Hiya man… Sumpah… Mulut Neng ini kaya memek….”
“Shhhh…. Kampret…. Ngeliat kontolmu ngecrot… Bikin aku pengen ngecrot juga…. ” Erang Rahman, “Aku juga udah gak tahan lagi nih Sep… ..Oohh… Aku juga mau ngecroott di memek si Neng ini… Aaah…. Ngentoooot…. Neng… Aku maaau ngeeecrooootttt Neeeeng…. Aku mau NGECROOOT…..” Teriak Rahman lantang sambil mempercepat sodokan penis gemuknya di vagina Citra..

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

“Huuuoooohhh Neeeeng… Aku nggak tahaaaaannnn laaagiiii….. NGEEENTOOOOTTT….. “

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLA

CROT CROT CROOOT…

Semburan lendir panas Rahman pun tak lama kemudian langsung memenuhi liang vagina Citra. Bahkan saking banyaknya, sampai-sampai tak sedikit lendir itu yang tak tertampung di dalamnya. Lendir-lendir itu membludak keluar seiring tusukan-tusukan terakhir penis cantik Rahman pada vagina Citra.

Dan setelah puas menyetorkan seluruh persediaan sperma yang ada di dalam kantung sperma mereka, Rahman dan Kasep mencabut batang-batang penisnya dari mulut dan vagina Citra.

PLOOOP

“Uhhh… pelan-pelan nyabutnya mas….memek aku ngilu….” sindir Citra sembari langsung mengusap bibir vaginanya yang seketika mengeluarkan sisa-sisa sperma yang tak tertampung di liang rahimnya.
“Hehehe…. memekmu memang enaaaakkk banget Neng…. ” Sindir Rahman sambil mengamati ulah jemari Citra yang mengorek-korek spermanya keluar dari dalam lubang sempit vaginanya

“Eh Man…. gantian dooonk…. kita juga pengen ngerasain jepitan memek si Neng dong,” Kata Yadi tiba-tiba sambil menepuk pundak Rahman.
“Heeiiitt…. enak aja…. ” Sergah Banu, “Aku duluan laah yang harusnya ngentotin memeknya si Neng ini… Kamu terakhir aja siiiihhh….. ” Lanjut Banu sembari mendorong tubuh Rahman dari selangkangan Citra dan buru-buru memposisikan tubuhnya tepat di depan vagina Citra.
“Waah…. Masa aku harus yang terakhir siiihh…. ” Gerutu Yadi
“Hehehe… Sekali-kali napa sih Yaad…. ” Celetuk Banu, “Atau…. Gimana kalo kita garap aja kedua lubang si Neng ini bareng-bareng…?”
“Baeng-bareng gimana….?”
“Aaaah cupu…. Ya bareng-bareng ngentotinnya… Kaya di filem-filem bokep itu looh…. Kontolku ngentot memeknya…. Trus kontolmu ngentot bo’olnya… aku yakin rapetnya bo’ol si Neng ini lebih menggigit daripada memeknya….” Jelas Banu
“Wah….Tumben idemu boleh juga tuh…. Pasti bo’ol si Neng ini terasa rapet banget ya….?” Kata Yadi sumringah.

Tanpa basa-basi lagi, Banu dan Yadi segera memposisikan tubuh mereka menggantikan Kasep dan Rahman. Banu yang bertubuh besar, mengamit tangan Citra supaya berdiri, dan dengan sigap iapun jongok didepan vagina legit yang terpampang di depan wajahnya.

“Eh Mas…. Mas mau apa…?” Sergah Citra ketika ia melihat wajah jelek Banu maju kearah vaginanya. Dan tanpa basa-basi lagi, Banu segera mengecupi vaginanya.
“Mau nyeruput memekmu Neng… Hehehehe….” Ucap Banu yang kemudian memonyongkan mulutnya dan mulai menjilati vagina Citra dengan buas, tak peduli jika vagina wanita berperut besar itu baru saja dimuntahi oleh sperma Rahman, “Sluuurrrppp…. Cup cup cuppp….”

.”Hoooossshhh…. Ooohh… Maaasss…. Geliiii…..” Erang Citra sambil meremasi rambut Banu.
“Wes wes wes…. Ayo buruan jongkok Neng…. Cepet dudukin kontol Banu….” Celetuk Yadi yang sepertinya tak tahan melihat tubuh Citra menggelijang-gelijang keenakan ketika menerima hisapan mulut Banu.

Sembil memegang pundak Citra, Yadi segera memposisikan tubuh dan vagina sempit Citra diatas penis rekannya. Banu yang berada dibawah vagina Citra pun buru-buru merebahkan tubuhnya sambil mempersiapkan batang penisnya keatas.

Citra yang sudah merasa keenakan pada vaginanya, segera saja menurunkan tubuhnya dan meraih batang penis Banu. Kemudian dengan sigap, wanita hamil itu lalu mengarahkan kepala penis Banu ke lubang sempit vaginanya

“Sekarang… Ayo Neng…. Lebarkan memekmu…. Lahap habis kontolku…” Ucap Banu dengan sembari mulai menekan tubuh hamil Citra kebawah

SLEP…
Segera saja, kepala penis gemuk itupun ambles. Terjepit oleh sempitnya vagina Citra yang duduk diatas selangkangannya.

“Sssshhh…..Ehhhmmmm…. Maasssss….”
“Kenapa Neng…? Henak hyaaa?” Bisik Yadi ditelinga Citra.
Ehhhmmm… Sshhhh…. ” jawab Citra sambil mengangguk pelan.
“Naaah… kalo kamu udah berasa enakan sekarang giliran aku yaaaaaa….? Aku juga udah gak tahan pengen ngerasain sempitnya liang anusmu…. Hehehe….” Kekeh Yadi sambil mendorong tubuh Citra yang sudah tertancap penis Banu untuk lebih condong kedepan.

“Busyet Yaaadd… Memek si Neng ini bener-bener rapet banget Yaad…. ” Racau Banu ketika batang penisnya merasakan goyangan vagina Citra, “Iya Neeeng… Terus seperti itu… Ulek terus kontolku Neng… Pelintir-pelintir pake memek sempitmuuu…. Ooohh… Enaaakk…”

“Nu…. Aku mulai yak…. ?” ucap Yadi singkat “Neeng… rebahan maju dong…. “
“Eeeh… Mas mau apa Mas….?”
“Aku mau kobelin bo’olmu dulu Neng… Biar nanti liciiiinnnn… Hehehe….JUH…..” Ucap Yadi yang segera meludai jemari tangannya dengan air liur kemudian mengoleskannya di lubang anus Citra yang masih mengkerut rapat.
“Sshhh…. Masss….. Jangaaannn Mas…. Bo’olku kotor…” Rintih Citra sembari mencoba menjauhkan jemari Yadi dari liang anusnya.
“Sssttt… Uuudaaaah…. Ngga usah nolak Neng… Nanti pasti enak kok…. Hehehe….” rayu Banu sembari sesekali bertindak nakal. Menusukkan jemarinya ke lubang anus Citra.

“Uuuhh…. Jangan Mas… jangan….” Tolak Citra sembari berusaha bangkit dari posisi rebahannya, “Jangan tusuk bo’ol akuuu….”
“Ssssttt…. udah ah… jangan nolak mulu….” Ucap Yadi gemas “Banu…. Tolong pegangin badan si Neng biar nggak bangun-bangun yak… Aku udah nggak tahan lagi…. Hehehe….” Tambah Yadi yang dengan segera menyelipkan penis panjangnya lobang anus mungil Citra.

“Jangan Masss.. Jangaaann….Sakiiittt….” Rintih Citra yang tak mampu berbuat apa-apa karena kedua tangannya digenggam Banu..
“Heeeggghh… Jangan dilawan Neng…..” Rayu Yadi sembari terus menerjang maju, mencoba menyodokkan batang penis panjangnya kedalam liang anus Citra,” Bentar lagi pasti enak kok Neng…. Jangan dilawan….”
“Ampuuunnn…. Sakit Masss… Sakiiitttt…. ” Jerit wanita hamil itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

CLEEEPPPP

“Ooohhh…. Yeeeeeeesss…. ” Jerit Yadi ketika kepala penisnya berhasil menyeruak masuk, menembus pertahanan sempit otot anus Citra. “Bentar lagi pasti enak kok Neng…” tambahnya lagi sembari mulai menghentakkan pinggul kurusnya kuat-kuat

“Eeehh… Mmmmmhhh…. Cabut Mmaaasss…. Ssssakit….” Lenguh Citra sambil terus-terusan menggelengkan kepalanya. Walau Citra sudah terbiasa menerima tusukan batang penis yang jauh lebih besar daripada milik Yadi, namun tak mungkin jika ia harus menampilan wajah keenakannya didepan mereka.

“Aduuuhh…. Ampun maasss… Saakiiit…. Ssshhh…. Sakit masss….” Rintih Citra berpura-pura kesakitan, “Cabut Mmaass…. Cabuuuut…. Pantatku Sakit Maaass…. Ooohh…. Ampuuunnn….”

“Wuuih…. Banuuu…. Bener-bener enak ini bo’ol…. Asli… Bo’olnya… Rapetnya… Enaknya… Banget banget banget…. Hehehe….” Puji Yadi sambil merasakan nikmat yang teramat sangat pada batang penisnya, “Giiillaa Nuuuuu… Kayanya ini bo’ol bisa ngempot-empot juga niiiiihhh…. Ngempot kenceng kaya bo’ol ayam……Heheheheehe…. Ga rugi juga deh dapetin bo’ol rapet si Neng ini …. hehehehe….” Racau Yadi keenakan.

Dengan kedua tangan memegangi pinggang gemuk Citra, Yadi yang ada dibelakang tubuhnya segera memaju-mundurkan tubuhnya dengan cepat. Begitu pula dengan Banu yang ada dibawah, ia juga terus-terusan menghajar vagina Citra tanpa henti.

PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK

Kedua batang Banu dan Yadi keluar masuk di dalam lobang vagina dan anus Citra yang sempit. Menghajar kedua lubang bawah Citra habis-habisan.

PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK

Bagaikan piston, kedua batang penis Yadi dan Banu keluar masuk di kedua lobang Citra dengan cepatnya.

“Memek Neng ini rasanya bener-bener enak banget Yaadd…. Wuueenaaaakkk…. Sluuurrpp… Sluuurrpp… Cuuuppp…. ” Lenguh Banu sembari sibuk menyedot-sedot payudara besar Citra yang tepat bergelantungan di depan wajahnya. Tak lupa, kedua tangannya juga ikut meremas-remas kedua bulatan daging wanita hamil itu keras-keras.

Merasa perlakuan kasar Banu pada titik kelemahannya, Citra pun merasa keenakan. Dan pelan-pelan, ia merasakan jika gelombang orgasmenya mulai mendekat.

“Ssssshhh…. Oooohhh….. Mmaaassss….. Maasss…. Ooohh… Ooohh… Ooohh…”
“Gimana rasanya dientot oleh dua kontol Neng….? Enak banget ya….?” Tanya Banu.
“Ho’oh…..” Jawab Citra keceplosan.
“Tuuuhhh khan…. Bener…. Enak khan Neeeng….”
“Eehh… Anu… Aampun Maaassss…..Sakit….. Aamppuuuunnnn….. ” Rintih Citra yang masih berpura-pura kesakitan padahal dia merasakan enak yang luar biasa disetubuhi oleh dua batang penis yang kasar dan cepat.

“Katanya nggak mau disodok di bo’ol Neng…?” Celetuk Yadi yang masih menggempur liang anus Citra, “Tapi kok sekarang malah ikutan goyang…?”
“Ya pasti si Neng sedang keenakan Yad…. Neng binal ini pasti suka…. Bilangnya nggak mau diperkosa… Tapi nyatanya udah punya suami juga masih minta dientotin adik iparnya….”
“Ssshh…. Ampuun baannggg…. .Ampuun… Jaangann perkosa saya Baaaang…..Sakit.” Kata Citra yang masih tak mau mengakui kenikmatan ketika menerima perlakuan kasar Yadi dan Banu.

“Iya deeehhh…. Kami nggak bakal perkosa lagi….” Kata Yadi yang tiba-tiba menghentikan sodokan kasar penisnya pada dubur Citra, diikuti oleh Banu yang juga menghentikan tusukan-tusukan brutal pada vaginanya.

Namun, walau tak melanjutkan tusukan-tusukan kasarnya, Banu dan Yadi tetap saja tak menghentikan godaan pada aurat tubuh Citra. Banu tetap mencucupi payudara dan puting Citra. Dan Yadi tetap menowel-towel klitoris Citra. Akibatnya, wanta hamil yang sedang dihimpit oleh kedua lelaki yang sama sekali tak ia kenal itu bimbang. Antara meneruskan akting pura-pura menolak atau mengakui kenikmatan yang ia terima.

Akhirnya, Citra tak tahan lagi. Perlahan ia mulai menggoyang-goyangkan sendiri pantatnya, mencoba meraih kenikmatan dari dua batang penis yang masih menancap pada dua lubang bagian bawah tubuhnya.

“Looohh…. Neeeeng… Kalo minta jangan diperkosa…. Kok pinggul Neng goyang-goyang sendiri…?” Tanya Yadi
“Ehhh… Ennnggg…. Memek aku ngilu mas….Pengen lepas dari kontol-kontol mas….” Bohong Citra
“Hahahaha.. Nggak usah pura-pura lagi lah Neeeng…. Aku tahu kok kalo Neng suka ama kontol-kontol kita… Hahahaha….” Goda Banu sambil terus menggelitik puting payudara dengan lidahnya.

“Hahaha… Yaudah Yad… Ayo kita kasih Neng ini pengalaman ngentot yang nggak bakalan dia lupain..Kita hajar lubang-lubang cantiknya dengan kontol kita…. Sampai mall tutup… hahaha….”
“Haaahh…. Jangan Masss.. Aampuuuunnnn…. Jangan perkosa aku laaagiii…..”

“Hahahaha… Iya deh Nenng…. Iyaaa…. ” Kata Yadi yang tiba-tiba menggerakkan tubuhnya maju mundur degnan kecepatan tinggi. Membuat batang penisnya menggempur lubang anus Citra dengan cepat. Bahkan saking cepatnya, muncul buih berwarna keputihan yang keluar seiring tusukan penisnya pada liang anus Citra.
“Kita nikmatin tubuh montok ini sampe besok yuk Yad.. Sampai kita puaaasss…” Ucap Banu.

“Aduh.. Baaang… Sudaahh… Ssuddahh….Aampuun.. Tolong hentikan Baang… Aaamppuunn.” Citra merintih pura-pura kesakitan padahal sedang merasa keenakan di genjot oleh batang-batang penis Banu dan Yadi.
“Aaaaah… Neng… Kalo enak bilang aja enak Nenng…. ” Celetuk Kasep yang ternyata penisnya sudah kembali menegang, karena melihat kenakanal wanita hamil itu.
“Sep… Biar mulut si Neng ga berisik… Masukin aja kontolmu kedalam mulutnya… Biar si Neng ini makin ngerasa keenakan…. Ya nggak Neng…?” Kata Banu sambil mengerang keenakan.

“Eh iya.. Bener juga….” Sadar Kasep , “Ayo Neng… Buka mulutmu….”
Merasa tak mampu berbuat apa-apa, Citrapun membuka mulutnya. Membiarkan batang penis Kasep untuk kembali menikmati salah satu lubang di tubuhnya.

“Aaaaaaa… “
“Wanita pintaaaar…. Kamu emang istri penurut….” Kata Kasep yang buru-buru menjejalkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut mungil Citra. “Nurut… Tapi mirip LONTE… Hahaha….”
“GAag Gaag Gaaag…..” Suara mulut Citra ketika menerima sodokan kasar penis Kasep .

Disertai oleh ludah yang mengalir keluar, membuat Kasep semakin membabi buta. Menyetubuhi mulut mungil Citra bak menyetubuhi vagina sempitnya.
“Bussseeettt Yaaad…. Mulut Neng ini juga Enak…. Sempit abis…” Racau Kasep sambil merem melek keenakan, ” Gak mulut… Ga memek… Keduanya sama-sama legit…. Hahaha…”

“Oooh.. Anjriiiitttt…. Yaaad…. Aku nggak sanggup lagi…. Yaaad…” Seru Banu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, “Memek Neng ini bener-bener enaaak.. Aku nggak bisa nahan buat nggak ngecrot nihhh… Ooohh… Ooooohhhh…. Enaaaknyaaaa….”
“Sama Nuu… Ngeliat kebinalan Neng ini… Aku juga pengen… Oooohh… Ngecrrroooottt….”

Berdua, Banu dan Yadi segera mempercepat sodokan tubuhnya. Menyetubuhi wanita hamil yang ada dihadapannya bak pelacur murahan.

“Ooohh.. Ooh.. Gaag.. Gaag… Helan-helan Maas… Gaag… Gaag… ” Potong Citra yang menerima perlakuan kasar Banu dan Yadi, “Helan-helaaan… Hadan haku hakit hemuaaa Mas… Haakiittt… Ooohh…. Ohhh…”
“Sakit apa enak Neng…?” Sahut Kasep sembari terus menusukkan batang penisnya dalam-dalam di mulut Citra. Ikut-ikutan menyodokkan batang penisnya dengan brutal.
“Aku mau keluar Yaad….” Racau Banu, “Aku udah nggak sanggup laagii… Oooohh…”
“Aku juga… Sumpah… Bo’ol ini bikin kontolku cenut-cenut…. ” Balas Yadi, “Kita keluar bareng aja Nuuu…. Anjriiiit… Enak sekali anusmu Neeeng… Enak baaangeeetttt…. Sssshhhh….”
“Aku juga… Aku juga pengen keluaaarr….” Sahut Kasep yang kemudian memegang bagian belakang kepala Citra erat dan menusukkan batang penisnya dalam-dalam, “Aaahh… Nggeeeentoooott… Enak sekali mulutmu Neeeeng…”

Merasa gelombang orgasme ketiga pria yang sedang menyetubuhi ketiga lubang tubuhnya itu akan segera datang, membuat Citra juga tak ingin mensia-siakan kesempatan ini. Ia juga ingin segera orgasme. Ia juga ingin menikmati gelombang puncak birahinya.

“GAAG GAAG… HAKU HUGA MAU HELUAAAR MASS…” Jerit Citra tiba-tiba dengan mulut yang masih penuh oleh tusukan brutal batang penis Kasep . Sambil meliuk-liukkan pinggang hamilnya, orgasmenya pun datang. ” NGHEENTOOOOTT… HAKU HELUAAAR… OOOHH… NGHEEEEEENTOOOOOOOOOTT… NGHEEEEEENTOOOOOOOOOOOOTTTTT…”

“CROT CROOOT CROOTCOT…. CREET CREET CRECEEET…. CREET CREETCEEET….”

Sperma tiga batang penis, segera memenuhi ketiga liang tubuh Citra. Di mulut, di vagina, di anus. Keluar tanpa sanggup ditampung sama sekali. Begitupun dengan Citra, lendir vaginanya pun keluar, berbarengan dengan semburan sperma Banu di liang rahimnya.

“Huoooohhh… Enak baaangeeet memekmu Neeeeng….” Celetuk Banu sembari mengejang-ngejangkan batang penisnya. Berusaha mengeluarkan seluruh persediaan spermanya pada vagina istri Marwan itu.
“Iya Neeng… Bo’olmu juga enaaaaak…. Sempitnya….. Mirip memek perawan… ” Sambung Yadi yang juga mengejang-ngejangkan pinggulnya. Membenamkan batang penisnya sedalam mungkin. Seolah meminta otot anus Citra untuk mengurut sisa sperma yang masih tersisa.
“Hehehe… Bener…. Neng ini benar-benar LONTE kelas kakap… ” Sahut Kasep , “Semua lobang bisa dipake… Hehehehe….” Tambahnya sambil meneupk tepukkan penisnya yang sudah lunglai ke mulut Citra.

“KKKKRRRKKKKK…. KKKRRRKKKRKK….”
“Rahman… Monitor Man….Kamu dimana…?”

“Waduh Coiy… Kita udah dicariin Pak Bosss…” Celetuk Rahman yang sedari tadi hanya melihat kelakuan bejat ketiga temannya sambil merokok. Dengan cepat, ia lalu mengenakan kembali seragamnya, “Yuk… Kita cabut….”
“Udah dipanggil ya…?” Yadi yang buru menarik keluar batang penisnya dari jepitan anus Citra.

PLOP
“Uhhh….” Erang Citra menggigil, merinding keenakan.”Pelan-pelan nyabut kontolnya Mas…”
“Hehehe….. Maap… Ngilu yah Neng…?”
“Hiya….”

“KKKKRRRKKKKK…. KKKRRRKKKRKK….”
“Rahman… tahu Yadi, Kasep dan Banu…? Mereka juga ngilang dari pos masing-masing…. Rahman monitor… Kamu dimana…?”

“Aaah.. Kampret nih…. Padahal baru aja kita pemanasan…” Sahut Banu yang juga buru-buru menyuruh Citra menggeser duduknya dari atas selangkangannya, dan mencabut penisnya.
PLOP

“Yaudah yukkk.. Kita balik dulu… ” Kata Kasep yang kemudian mengambil rambut Citra dan membersihkan batang penisnya.
“Ehh… Maaas… Jangan… Ih Jorook Deeh…”
“Hehehe… Buat kenang-kenangan Neeng…” Celetuk Kasep cuek.

“Makasih ya Neeeng… Lain kali kita sambung lagi…” Ucap Rahman sambil mematikan rokoknya, “Seneng deh… Bisa dapet kenalan yang bisa mbantuin kita-kita muasin nafsu…”
“Hiya Neng… Makasih…” Sahut Banu dan Yadi hampir bersamaan sambil mengenakan kembali seragam mereka.

Setelah mereka selesai berpakaian, segera saja keempat orang itu keluar dari toilet. Tak peduli sama sekali dengan kondisi Citra yang masih duduk di lantai dingin toilet. Telanjang, dengan tubuh dan rambut yang belepotan oleh sperma.

Tak berasa, hampir 20 menit Citra disetubuhi oleh keempat pria yang sama sekali tak ia kenal. Tak berasa, jika Citra juga telah mendapatkan orgasme lebih dari 5-6 kali orgasme.
Tak berasa, jika ternyata mulut Citra tersenyum karena menikmati perlakuan kasar barusan.

“Seks GangBang….” Desah Citra dalam hati sambil terus mengorek sperma yang masih keluar dari dalam vagina dengan jemarinya.

“Ternyata seru juga….”

“TULILILIIIIT.. TULILILIIITTT….”

Ditengah kesunyian kamar mandi Mall, terdengar lantunan suara handphone yang keluar dari tas Citra yang teronggok di sudut wastafel. Dengan malas, Citra mengangkat pantatnya, dan mencoba berdiri sambil berpegangan di bibir wastale. Karena denyut gelombang orgasmenya yang tak kunjung berhenti, membuat wanita hamil ini cukup merasa kesulitan ketika ia mencoba berdiri. Kedua kakinya gemetar dan lututnya begitu lemas. Namun pada akhirnya, Citra berhasil menggapai tasnya dan menjawab panggilan telephonenya.

“TULILILIIIIT.. TULILILIIITTT….”

“Ya haloo…?” Jawab Citra lirih. Dari intonasi suaranya, dapat diketahui jika Citra masih terdengar begitu lemah, “Kenapa Klis…?”
“Mbak Citra….? Mbaak… Kamu dimana…? Kok aku ditinggal sendirian gini sih…? Mana ditinggalnya lama pula…” Cerocos Muklis dari ujung telephon.
“Ohh… Mbak masih ditoilet kok Klis… ” Jawab Citra pelan sambil berkaca. Mengamati tubuh nistanya yang baru saja dinikmati oleh empat orang pria tak dikenal. Sekaligus mencoba untuk sekedar membersihkan bekas-bekas perkosaan yang baru saja ia alami.

“Kamu nggak apa-apa Mbak…?” Tanya Muklis yang tak berhenti-berhenti mengkhawatirkan dirinya.
“Hhhh…. ” Citra menarik nafas panjang, “Iya Klis… Mbak ngga kenapa-napa… Mbak baik-baik saja…”
“Kalo baik-baik saja… Kok lama banget ke toiletnya Mbak…? Hampir setegah jam nih aku nungguin Mbak balik….”
“Hihihi… Yaudah… Kalo gitu kamu samperin Mbak aja ke toilet Klis… Badan Mbak lemes banget…”
“Hadeeehhh… Sekarang Mbak dimana….? Aku samperin deh..”

“Hihihi… Mbak masih ditoilet kok Klis… Toilet paling ujung yang dideket basement… ” Jelas Citra, “Oh iya Klis… Kalau kamu kesini Mbak nitip sesuatu donk…”
“Apaan Mbak…?”
“Mbak nitip buat beliin dress donk… Yang biasa aja…Dress Mbak yang tadi basah Klis… Tolong yaa… “
“Hadeeeh… Mbaaak Mbaaak… Kok bisa siiihhh…?”
“Hihihi… Namanya juga kena air Klis… Lagian dress tadi juga penuh pejuh kamu…”
“Hehehe… Oiya ya… Oke deh… Tapi ntar duit belanja dressnya Mbak gantiin yak…”
“Iya iya….” Jawab Citra santai, “Oiya… Ama tissu basah sekalian ya Klisss… Yang banyak.. Hihihi…”

Tak lama, Muklis pun datang dan mengetuk pintu kamar mandi.
TOK TOK TOK

“Mbaak… Mbak Citra… Kamu ada didalam nggak…”?” Tanya Muklis dari luar kamar mandi.
“Masuk aja Klis.. Disini nggak ada orang kok…”
“Ini aku udah bawain titipannya Mbak… ” Jawab Muklis sambil membuka pintu kamar mandi dan menjulurkan kepalanya, mencari tahu kondisi didalamnya..
“Udah buruan.. Masuk sini Klis… “

ASTAGA… Mbaaakk….?” Kaget Muklis begitu ia mendapati kondisi Citra yang berdiri dengan tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Tubuhnya basah kuyup , dengan kulit payudara, vagina dan pantat yang penuh bercak-bercak kemerahan. Persis seperti bekas tanparan dan cupangan. Makeupnya belepotan dengan rambut yang acak-acakan. Bahkan, di paha dalamnya terlihat lelehan lendir yang mengalir turun dari lubang vagina dan anusnya.

“Mbak…? Kok…?” Heran Muklis.
“Stttt… Udah-udah… Jangan banyak tanya ya Klis… Sini… Mana dress dan tissu titipan Mbak…?”

Tanpa berkata apa-apa Muklis berjalan mendekat dan menyerahkan kantong belanjaan pesanan Citra.
“Nggg… Mbak… Kamu tadi habis ngapain sih…?” Tanya Muklis yang tak henti-hentinya memperhatikan setiap jengkal tubuh hamil kakak iparnya.
“Hihihi… Nggak kenapa-napa kok Klis…” Jawab Citra seolah menyembunyikan sesuatu
“Serius Mbak… Kalo nggak kenapa-napa… Kok sampe basah keringet gitu Mbak…?” Tanya Muklis lagi

“Mbak tadi baru saja dientot habis-habisan oleh empat orang lelaki yang sebelumnya Mbak ga kenal sama sekali Klis… Dientot dengan brutal oleh keempat kontol mereka di semua lubang tubuh Mbak…” Batin Citra yang tak mungkin ia ceritakan ke Muklis.

“Hihihi… Mbak tadi mastrubasi Klis… Hihihi….” Jawab Citra sambil tertawa lirih.
“Haaahh… Serius Mbak…? Emang… Tadi aku entotin masih kurang ya Mbak…?”
“Hmmm… Nggak tau juga ya Klis… Yang jelas sesampainya Mbak disini… Mbak tau-tau pengen kobel-kobel memek Klis… “ Bohong Citra berusaha menyembunyikan cerita yang sebenarnya dari Muklis.
“Bener Mbak…?” Tanya Muklis sambil terus mengamati tubuh hamil Citra lekat-lekat, “Tadi Mbak lama cuman gara-gara masturbasi..?”.
“Iya sayang.. Mbak cuman masturbasi kok… ” Bohong Citra lagi, mencoba menenagkan Muklis yang sepertinya mulai terlihat emosi.

Memang, akhir-akhir ini Muklis terlihat begitu posesif terhadap Citra, bahkan ia jauh lebih posesif daripada Marwan, suami Citra dan kakak kandungnya sendiri. Oleh karenanya, Citra tak ingin jika adik iparnya sampai tahu jika kondisi tubuhnya yang acak-acakan itu akibat baru saja mendapat perkosaan dari Rahman, Banu, Usep dan Yadi. Biarlah cerita pemerkosaan itu hanya Citra dan mereka yang tahu.

“Heeehhh… KOk malah bengong….” Celetuk Citra, “Kamu daripada bengong… Mending bantuin Mbak buat mbersihin badan Mbak deh…” Pinta Citra sembari menyodorkan kotak tissu pada Muklis.
“Emang Mbak masturbasinya gimana sih…? Kok badan Mbak bisa sampe berantakan seperti ini…?” Tanya Muklis yang seolah belum puas dengan segala jawaban Citra.

“Hihihi… Tadi Mbak ngobel memeknya dibantu ama semprot-semprotan pake keran air Klis… ” Jelas Citra sembari menyisir rambut dengan jarinya.. “Eeh pas sedang asyik-asyiknya mainan memek… Mbak nggak tahunya kalo lantai toiletnya licin… Udah deh…. Mbak kepleset Klis…Hingga jadinya… Yya gini Klis… Baju dan badan Mbak basah kuyup kena semprotan air keran…”

Mendengar cerita Citra yang sepertinya mengada-ada, entah kenapa membuat dada Muklis menjadi berdebar-debar. Melihat lelehan lendir dari vagina dan anusnya juga membuat pembuluh darah penisnya semakin menggembung besar. Dan melihat cupangan di payudara Citra yang terlihat seperti baru, semakin membuat gejolak birahi Muklis semakin menjadi-jadi.

Dengan tiba-tiba, Muklis langsung merangsek tubuh Citra. Maju dan menubruk tubuh wanita hamil itu dari belakang.
“Rebahin badanmu kedepan Mbak… Trus nungging..” Pinta Muklis sambil mendorong punggung Citra maju, lalu tanpa basa basi, adik ipar Citra itupun segera menurunkan resleting celananya dan menarik batang penisnya yang sudah menegang keras keluar dari celananya.

“Heeeii….. Kamu mau apa Klis…? ” Tanya Citra bingung.
“Mau ngentotin kamu lagi Mbak… ” Ucap Muklis sambil menempatkan kepala penisnya pada liang senggama Citra. “Masa ini memek Mbak kok keliatannya gatel banget ya…? Baru juga aku entotin… Eeh udah sange aja lagi…”

“Eeeeh…. Nanti dulu ah Klis… Memek Mbak masih ngilu… ” Tolak Citra ketika kepala penis Muklis sudah mulai menyibak bibir vaginanya yang basah.
“Aku udah nggak tahan Mbak….. Kontolku udah pengen ngentotin memek gatelmu lagi…” Jawab Muklis tak menghiraukan penolakan Citra. Ia tetap merangsek maju dan membenamkan kepala penisnya dalam jepitan celah kenikmatan kakak iparnya.

CLEEEP.
“Oooh Klissss.. Pelan pelan…” Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.
“Sumpah… Mbak… Walau tadi baru aja aku entotin… Memek gemukmu ini masih aja berasa mantap… “ Puji Muklis sambil meneruskan dorongan pinggulnya maju. Hingga separuh batang penisnya terbenam ke dalam liang vagina Citra.
“Sssshhh… Jangan dalem-dalem ya Klis…” Pinta Citra. “Memek Mbak masih ngilu banget…”
“Haaa… Jangan dalem-dalem…?” Heran Muklis ketika mendengar ucapan Citra. “Kok tumben Mbak… ? Biasanya kamu khan pengen cepet-cepet disodok batang kontolku sampe mentok…?”
“Nggg… Anu Klis… Tadi khan Mbak baru keluar… Jadi memek Mbak… Nggg masih agak ngilu… ” Bohong Citra lagi, “Jadi kamu nyodokin kontolnya jangan dalem-dalem ya….”

Namun Muklis sama sekali tak mengindahkan larangan kakak iparnya. Buktinya, walaupun Citra udah melarang Muklis supaya jangan melesakkan batang penisnya lebih dalam lagi, remaja tanggung itu tetap saja memajukan pinggulnya. Walhasil, tak lama kemudian, seluruh penis berurat milik Muklis tertelan habis dalam vagina Citra.

“Ohhh… Mentok Mbak… Hehehe….” Tawa Muklis puas.
“Uuuuhhh… Kliiisss… buruan cabut Klisss…. Jangan dalam-dalam…” Erang Citra.

“Ehhmmmm…. Yaaah…. Udah terlanjur Mbak…. Aku nggak bisa nahan Mbak kalo cuman buat masukin kepala kontolku aja… ” Erang Muklis sambil mendiamkan sejenak batang penisnya dalam vagina Citra,
“Lagian khan sayang banget Mbak… Kalo memek sempitmu ini tidak disodok dalam-dalam… Hehehe….”

“Ooohh… Jangan klisss… Ayo sekarang kamu cabut ya sayang… Bener deh… Memek Mbak ngilu banget buat nerima kontol besarmu…”
“Hmmm… Masa sih Mbak….?” Tanya Muklis dengan nada menggoda, “Kalo ngilu… Kok memek Mbak makin banjir… ?” Heran Muklis yang menyadari kebasahan vagina kakak iparnya. Karena seiring dengan ditusuknya batang penis Muklis masuk ke rongga kenikmatan Citra, lendir-lendir kental berwarna putih keruh meluap keluar dari lubang vagina sempit Citra. Keluar dan melumuri batang kejantanan Muklis.

“Ooohh… Klisss… ” Erang Citra yang ternyata masih menikmati persetubuhan terlarangnya.
“Kenapa Mbak… Enak ya…?” Goda Muklis sambil terus menggoyang penisnya di liang vagina Citra.
“Ehhhmmmhhh…. Iya…. Enak…. Tapi ngilu banget Klis…. ” Desah Citra sambil kembali berpegangan pada bibir wastafel.
“Memekmu memang hebat ya Mbak… Walau sudah berkali kali aku entotin… Masih aja terasa begitu sempit…. Begitu legit…. ” Puji Muklis sambil mulai merabai payudara Citra dari arah belakang, ” Terasa peret banget lah Mbaaak… ” Erang adik ipar Citra yang segera menggenjot batang penisnya.

PLAK PLAK PLAK
Suara persetubuhan kedua insan yang masih ada hubungan saudara ini pun mulai kembali terdengar. Begitu nyaring dengan disertai desahan-desahan kenikmatan mereka berdua.
PLAK PLAK PLAK

“Uuhh… Uhhh….Kontolmu berasa penuh banget Klis… Memek Mbak berasa penuuh bangeeet… ” Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.
“Iya ya Mbak… Memekmu juga berasa sempit banget Mbak… ” Puji Muklis lagi, “Cuman Mbak… Ini lendir memek kamu kok sepertinya banyak banget ya….? Keluar mulu… ” Heran Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinngulnya dan menatap heran kearah batang penisnya yang berlumuran lendir keputihan..

“Masa sih Klis…?” Tanya Citra yang pura-pura tak sadar dengan kebasahan barang sempitnya..
“Iya Mbak… Kaya nggak abis-abis keluarnya…. ” Sahut Muklis lagi, “Dan lagi… Baunya Mbak…. Kok mirip… Mmmmm…. Mirip seperti bau pejuh aku ya Mbak…?”
“Hihihi…. Ya khan itu emang pejuh kamu Klis… Kau lupa ya… ? Kalo tadi pagi kamu khan ngentotin Mbak di kamar ganti…?” Ucap Citra mencoba mengingatkan, “Trus… Kamu juga buang pejuh kamu di memek Mbak… Masa lupa sih…?”
“Nggak lupa sih Mbak… Cuman aku sama sekali nggak nyangka kalo pejuh yang aku buang di rahimmu jadi bakal sebanyak ini …” kejarnya.

“Hihihi… Dasaar Muklis….Muklis… Kalo udah nafsu aja lupa deh ama pejuh sendiri… ” Goda Citra sambil terus menggoyangkan pinggulnya, mengulek penis Muklis yang masih tertancap erat di vaginanya.
“Hmmm… Iya kali ya Mbak… ” Jawab Muklis yang tiba-tiba mencabut batang penisnya keluar dari liang vagina Citra. Membuat celah kewanitaan istri kakak kandungnya itu menganga lebar dengan kulit bibir vagina yang merona merah.

PLOOOP…
Suara penis Muklis ketika tercabut dari jepitan vagina kakak iparnya. Dan seketika itu, sisa lendir kewanitaan Citra pun langsung merembes keluar. Mengalir deras menuruni paha dalamnya.

“Uuuuhhh…. Klis… Kok kontolnya dicabut…?” Heran Citra.
“Hehehe… Maaf ya Mbak… Bukannya aku nggak suka lagi dengan memekmu… ” Kata Muklis sambil menepuk-tepukkan batang penisnya pada vagina Citra, “Cuman… Ini kok sepertinya lendir kamu terlalu banyak ya…? Jadinya kontol aku agak berasa kurang nyaman mbak… Berasa licin-licin gimanaaa gitu…”
“Ooooohhh… Gitu….? Jadi…? Kamunya mau udahan nih…?” Tanya Citra.

“Hmmm… Belum juga sih… ” Jawab Muklis singkat sambil mengarahkan kepala penisnya pada liang anus Citra.
“Loohhh….? Eh ehh.. Klis… ? Kamu mau ngapain…?” Jerit Citra panik.
“Aku mau make lubang tubuhmu yang lain Mbak…Aku pengen ngentotin lubang pantatmu… Sepertinya lubang ini bakal terasa lebih kering daripada lubang memekmu…”
“Waduh…. Ehh… Eeehh… Jangan Klis… Mbak belum siap….”

Namun, sepertinya teriakan Citra agak sedikit terlambat. Karena Muklis sudah terlanjur melesakkan kepala penisnya untuk membelah liang anus milik istri kakak kandungnya itu.

CLOOOOP

“Ooohh Mbaakkk… Ini baru namanya enaaaakkkk…” lenguh Muklis sambil meremas erat kedua bulatan pantat Citra. Menjauhkan kedua daging semok itu kekiri dan kekanan. Melebarkan sejauh mungkin lubang anus Citra supaya bisa menerima tusukan batang penis Muklis lebih dalam lagi.
“Ssshh.. Kliss.. Jangan Kliiiiss.. Jangaaan…Bo’ol Mbak…. Maasiiih sereeeet…” Erang Citra dengan tangan yang menahan tubuh Muklis supaya tak semakin maju.
“Hehehe… Udaaah Mbaaaak…. Nikmatin aja entotan kontolku ini…. Pasti enak kok… Hehehe….” Kekeh Muklis yang kemudian mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Menggempur celah anus kakak Iparnya itu keras-keras.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK

Namun setelah beberapa kali tusukan, lagi-lagi Muklis mendapati hal yang sama. Alih-alih mendapatkan jepitan lubang anus yang kering, adik ipar Citra ini malah mendapatkan lubang anus yang juga penuh dengan lendir kental berwarna putih keruh. Lendir yang sama dengan lendir yang keluar dari vagina kakak iparnya.

“Mbak….? ” Tanya Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinggangnya.
“Ooohh…. Loohh… Kok berhenti Klis…? Kenapa….?”
“Nggg… Kok bo’ol kamu juga berlendir ya Mbak…?”
“Ehhh…? Berlendir…? Masa sih…?” Tanya Citra sambil menengok kearah Muklis.
“Iya Mbak… Nih lihat aja sendiri… ” Jawab Muklis sambil mencabut penis besarnya dari lubang vagina Citra.

PLOOPPP.

“Nih Mbak… Liat…. Kok kontolku berlumuran lendir yang sama dengan lendir yang ada di memekmu…?”
“Ooohh… Itu….? Anu…. Tadi Mbak… Mmmmm…. Tadi Mbak juga ngobel bo’ol Mbak Klis… ” Bohong Citra lagi. Ia benar-benar tak ingin jika adik iparnya itu tahu jika tadi lubang anus favoritnya itu, baru distubuhi oleh Yadi. Si penjaga kounter.

“Ngobel bool….?”
“Iya… Mbak tadi juga ngobel bo’ol Mbak Klis… Karena seret…. Mbak lumurin aja lubang anus Mbak pake bekas pejuhmu… Biar gampang ngobelinnya Klis…”
“Hmmm…. Gitu ya Mbak…?”

“Udah yuk… Gausah bahas itu lagi…. Sekarang… Ayo kamu sodok-sodok memek Mbak lagi Klis… Mbak udah ngerasa enakan kok…” Hibur Citra demi supaya Muklis tak lagi memikirkan tentang sisa sperma Rahman, Banu, Yadi dan Usep yang masih tertinggal di dalam setiap lubang yang ada di tubuhnya.
“Nggg… Oke deh Mbak…” Jawab Muklis yang kemudian menusukkan kembali batang penis besarnya pada lubang anus Citra

CLEP

“Uuuuuuhh… Klis..”
“Nggg… Tapi Mbak.. Masa lendir aku banyak begini sih Mbak…?” Tanya Muklis lagi. Rupanya pemuda satu ini masih saja sesulitan untuk menahan rasa penasarannya, “Kayanya… Aku cuman keluar sedikit deh Mbak… Jadi nggak bakal bisa bikin memek dan anusmu kebanjiran pejuh gini…”Jelas Muklis lagi penuh curiga.

“Mmmm…. Kalo tentang itu…. Nggg… Mbak ya nggak tahu juga ya sayang… Mbak juga heran…”
“Heran….?” Tanya Muklis, “Nnggg… Kamu tadi nggak selingkuh khan Mbak…?”
“Apa Klis… Se…. Selingkuh…?” Tanya Citra kaget ,”Selingkuh dengan siapa Klis…?”
“Ya nggak tahu Mbak… Khan bukan aku yang gejalaninnya….”

“Nggg…. Nggaklah Klis… Mana mungin Mbak berani selingkuh….?”
“Masa sih Mbak…?” Cecar Muklis lagi, “Kalo Mbak nggak berani selingkuh… Trus yang selalu kita lakuin selama ini apa…? Buktinya Mbak masih saja mau aku entotin…”
“Nnggg… Bukan gitu Klis…”
“Uudah Mbaak… Ngaku aja… Tadi Mbak selingkuh khan… ?” Cerocos Muklis, “Ini bukan pejuh aku khaan Mbaak…?

Merasa bingung, Citra tak mampu berpikir cepat untuk menjawab semua tuduhan Muklis, “Enngg… Sebenernya sih …. Tadi… Nngg…. Mbak cuman…..” Kata Citra putus-putus.
“Dengan siapa Mbak….??” Tanya Muklis lagi, “Soalnya nggak mungin banget deh Mbak sperma aku bisa sebanyak ini kalo kamu nggak selingkuh…?”
“Nngggg…”
“Ini pasti sperma orang lain Mbak… Iya khan Mbak…? Dan ini sperma… Sepertinya dikeluarin oleh kontol yang pemiliknya lebih dari satu orang…. Bener khan Mbak…??”
“Nggg.. Kok kamu mikirnya gitu sih Klis….? Emang Mbak wanita apaan…?”
“aaahh… Ngaku aja Mbak….? Dasar istri murahan….LONTE…”

Mendengar tuduhan-tuduhan Muklis, emosi Citra pun seketika meluap. Walau memang benar ia baru saja disetubuhi oleh Rahman, Yadi, Usep dan Banu, namun tetap saja, ia tak ingin persetubuhan tadi diketahui Muklis. Dan lagi, Muklis tak berhak menyebutnya sebagai wanita lonte.

“Kok kamu gitu sih Klis…??” Geram Citra, “Udah udah… Sekarang kamu maunya apa…? Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak… Nggak masalah kok ama Mbak… “Sewot Citra.
“Toh Mbak bisa ngajak ngentot orang lain….”
“Banyak kok kontol-kontol lelaki lain yang bisa ngentotin Mbak tanpa harus banyak omong…”
“Tinggal ngentotin memek gratisan aja kok kebanyakan bacot…”.

“Udah-udah… Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak… Mbak mau pake baju aja… ” Sewot Citra sambil bergerak menjauh dari Muklis, “Mbak mau ketemu ama mas Marwan… Mbak udah ditungguin suami Mbak….”

Melihat kemarahan Citra, emosi Muklis pun meledak-ledak. Ditambah mendengar Citra menyebut nama suaminya, entah kenapa, birahi Muklis semakin tak terkontrol.

“Kamu nakal Mbak… Kamu bener-bener nakal….” Bentak Muklis yang kemudian mendorong pundak Citra supaya lebih rebah kedepan dengan kasar. “Bini lonte kaya kamu memang harusnya dikasih pelajaran… Biini nakal kaya kamu memang harusnya dihukum… ” Tambah adik ipar Citra itu yang kemudian mencabut penisnya dari vagina Citra.

PLOOP
Dan cepat-cepat memasukkannya kedalam liang anus Citra.

CLEEP

“Ooooohh.. Kliss….” Desah Citra yang ternyata dalam kemarahannya, masih bisa merasakan kenikmatan yang tak terhingga.
“Ngapa panggil-panggil….? Kakak ipar binal sepertimu…. Memang harus dihukum…” Bentak Muklis lagi sambil segera melesakkan batang penisnya dan mengaduk isi liang anus Citra.

PLAK PLAK PLAK….
Tanpa basa-basi lagi, Muklis segera membombardir lubang pantat Citra dengan kecepatan tinggi.
PLAK PLAK PLAK….

“Oooohhh…. Cabut Klis… Cabut…. Mbak udah nggak Moodd… ” Erang Citra sambil berusaha mendorong tubuh Muklis yang bergoyang semakin cepat ketika menyetubuhi lubang pembuangannya, “Ooohh… Ohh… Mbak nggak mau Klis… Mbak udah nggak mood lagiiii…”

PLAK PLAK PLAK….
“Bodo amat…. Bini lonte sepertimu memang harus dihukum seperti ini Mbak…” Jawab Muklis yang kemudian kembali mencabut batang penisnya dari lubang anus Citra, lalu menghujamkan kuat-kuat ke dalam vaginanya.

PLOOOP…. SEECLEEEP….

“Wuuoohhh…. Uhhh.. Uhhh.. Uhhh.. enak banget Mbaaaak… ” Ucap Muklis sembari terus menggempur lubang vagina Citra kuat kuat. Tanpa henti. Tanpa ampun.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK….PLAK PLAK PLAK….

“Rasain hukuman akibat kebohonganmu Mbak… Rasain hukuman akibat kenakalanmu….”
“Ohh… Uhh… Uhhh… Uuhh… Ngentot kamu Klis… Udah-udah… Mbak ngga mau kamu entotin seperti ini lagi…. Cabut kontolmu Klis… Cabuuut….” Erang Citra yang terus berusaha mendorong tubuh Muklis menjauh.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK…. PLAK….
PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK….
PLAK…. PLAK
PLAK….

“Sshhh…. Bener nih nggak mau aku entotin lagi…?” Goda Muklis yang kemudian menggoyangkan tusukan penisnya dengan gerakan super pelan. Sengaja menggoda syaraf sensitif bibir vagina Citra dengan urat batang penisnya. Menggelitik pelan hingga membuat Citra mendesah-desah keenakan.

“Bener nih Mbak…? Nggak mau dientotin kontol besarku lagi….?” Goda Muklis sambil menggelitik lubang anus Citra yang licin, “Nggak ada loh orang lain yang punya kontol seperti punyaku…”

‘Oooohhh… Klisss… Ngentot kamu sayang… Jangan siksa Mbak seperti ini dooong…”
“Hehehe… Yaudah… Kalo nggak mau disiksa… Jawab dulu pertanyaan aku Mbak… ” Ucap Muklis sambil terus menggerakkan jemarinya, menggelitik liang anus Citra sembari menyodokkan batang penisnya perlahan. Masuk. Keluar. Masuk . Keluar
“Oooohhh… Jawab apaan Kliisss…?”

“Tadi Mbak selingkuh khan…?” Tanya Muklis.sembari terus menggelitik kedua lubang tubuh bagian bawah milik Citra dengan gerakan super pelannya
“Nngg… Jangan siksa Mbak seperti ini Klis… Mbak nggak kuat kalo kamu perlakuin seperti ini…”
“Hehehe… Makanya…. Jawab dulu… ” Pinta Muklis yang kali ini merabai titik kelemahan Citra yang super sensitif. Dengan tangan kirinya yang masih bebas, adik ipar Citra itupun mulai meremasi kedua puting payudaranya secara bergantian.
“Oooohh… Ngentttooot kamu Kliss… Ampuuunnn kliisss… Jangan siksa Mbak seperti ini… Udah dong sayang…. Goyangin kontolmu.. Memek aku udah nggak tahan niiih… Ayooo… Goyang yang cepeet…”
“Hehehe… Nggak mau sebelum kamu kasih jaawaaabannyaaa….”

Tak tahan dengan godaan Muklis. Citrapun akhirnya mengaku.
“Ooohhh… Iya Klis… Ssshh…. Mbak tadi selingkuh…?”
“Jadi bener Mbak…?”
“Ssshh…. Ooohh… Iiyaaaahhh… Mbak tadi ngentot dengan orang lain… Dan pejuh yang ada di memek Ssshh… Dan bool Mbak…. Itu milik orang lain….Ooohh.. Puuas Klis……?”

Mendengar pengakuan Citra, birahi Muklispun seketika meledak. Meluap-luap bak lahar panas. Matanya melotot dan mulutnya terkatup erat. Gigi-giginya gemeretak dan otot tubuhnya menegang.

“Aastaga Mbaaak… sempet-sempetnya ya…? Sumpah kamu nakal Mbak… Kamu nakal banget… ” Ucap Muklis dengan nada berat. Seolah kesulitan menahan emosi. “Kamu memang istri lonte… Jadi bikin… Kontolku… Pengen ngentotin tubuh hamilmu.. Terus teruan… Ohh Mbaak Citraaaa Aguuustinaaaa….

Dengan kecepatan tinggi, Muklis lalu mencabut penisnya dari vagina Citra dan kembali menghujamkan kelubang anusnya.

PLOOOP CLEEECEEP..
Tanpa mengucap banyak kata, Muklis segera menggoyangkan pinggulnya. Bergerak dengan gerakan super cepat.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK….

“Ooohh.. Ooohh…Mukliiiissss… Pelan-pelan Kliiiisss….”
“Ngentot kamu Mbak… NGENTOOOT….”
“OOOHHH… Pelan Kliiss… Bo’ol Mbak NGILUUUUUU…”

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK….

Tak peduli dengan desahan dan rintihan Citra, Muklis terus saja menggempur lubang pantat Citra keras-keras. Tanpa henti. Tanpa ampun..

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK….
“Kamu memang harus dihukum Mbaak… Harus disiksa…” Geram Muklis yang kembali memindah tusukan penisnya dari anus ke vagina Citra.

PLOOPPPOP… CLLEEEEEPPP….

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK….

“OHHHH… ANJRIIIITTTTT… Kliiisss.. pelan-peelaaannn…. ” Erang Citra. “Jangan ngawur nyodokin kontolnya Kliiisss….Saaaakkkiiiiitttttt… Pelan-pelaaaann…”
“Huuuoooohh… Sakit apa enak Mbak…? Ohh…” Goda Muklis sambil terus meremas pantat Citra, “Kalo sakit kok memek Mbak bisa ngempot-ngempot gini… Ohh… Ohh… Ohh…”
“Ooooohhh….. Muuuukliiissss….. Saaakiiitttt…. Tapi sekaligus Eeeenaaaakkkk…”
“HAHAHAHA….. Dasar bini LOOONTEEEEE….”

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK…. PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK

PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP

berulang kali, Muklis menusukkan batang penis jumbonya ke vagina dan anus Citra secara bergantian. membuat kakak iparnya yang sedang hamil itu berteriak-teriak histeris. antara kesakitan, juga keenakan.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK… LAK PLAK… PLAK PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK…. PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK

PLAK…. PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK…

PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK… LAK PLAK… PLAK PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK…. PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK
PLAK PLAK PLAK…. PLAK… PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK… PLAK PLAK….

Sakit, geli, enak dan super nikmat. Itulah yang dirasakan Citra pada kedua lubang tubuh bawahnya. Karena walaupun berkali-kali Muklis mengaduk vagina dan anusnya secara bergantian, pada akhirnya, Citra pun menyerah dalam kenikmatan. Perlahan-lahan, gelombang orgasme mulai kembali menyapa.

“Ooooh kliiiss… ENAK banget kliiiss… NGEEENTOOOTTT… Mbak mau keluar Muklis ngentooott…”
“Hiya Mbak… Aku juga mau keluar… Kita keluar bareng ya Mbaak… “
“Oooh… Terus Kliss.. Entot memek Mbak terus Kliiss… Entot dengan KONTOL BESARMUUUU… ENTOOOOT TERSU KLIIISSS…. Iya…. Iya Klis… Kita keluar bareng… NGENTOOOTT… Kita KELUAR BAAREEEEENG….
“Sekarang ya Mbak… AKU UDAH NGGAK KUAT LAGI….”
“IYA KLIS…. Sekarang… SEKARAAANG… OOOHH.. NGEEENTOOOOTT… NGEEENTOOOOOTTTT..

CREEET CREET CREECEEET CREEET…
CROOOT CROCOOOTTT CROOT CRROOOT…

Seketika, tubuh kedua manusian yang masih ada hubungan keluarga itu bergetar hebat. Keduanya mendapatkan orgasme yang begitu dahyat. Tubuh Citra melejit-lejit karena nikmat. Matanya melotot dan mulutnya menganga. Sepertinya hari itu ia mendapat orgasmenya yang paling hebat.

begitu pula dengan Muklis. Yang walaupun sudah mendapat orgasmenya, masih saja menghentak-hentakkan pinggulnya, guna menyemburkan persediaan spermanya hingga habis ke liang peranakan Citra.

“Oooohh… Ngeeentoooottttt…. Enak bangeeet Kliiiiisss….. Saaakittt… Ngiluuuu… Tapi… Enaaaaakkkk…”
“Hehehe… Iya Mbak… Aku juga ngerasain enaaak bangeeet…”
“Gila.. Kamu kuat ya Klis…. Bisa bikin Mbak sampe kelojotan gini…. Sumpah… Mbak sampe lemes…”
“Mbak juga hebat kok…. Hamil hamil tapi masih bisa bikin kontolku sange terus…Hehehe….”
“Hhhh.. Hhh… Kamunya aja yang nafsuan Klis… Hhh…” Balas Citra. “Kliiis… Makasih ya…. Enak banget kontolmuuuu…. Bikin kaki Mbak lemes…” Lenguh Citra dengan vagina yang masih penuh oleh penis adik iparnya tiba-tiba kehilangan kekuatan pada lututnya. Dan seketika itu pula, tubuh wanita semok itu merosot kebawah. Muklis yang ada dibelakang Citrapun dengan sigap menangkap tubuh semok kakak iparnya dan ikut menurunkan tubuhnya.

“Loohh.. Mbaak… Bentar Mbak.. Jangan duduk dulu… Bisa patah kontolku kalo kamu dudukiinn Mbaak… ” Protes Muklis yang buru-buru ikut menurunkan tubuhnya lalu merebahkan badannya diatas lantai kamar mandi yang dingin.
“Mbak nggak kuat Klis… Kaki Mbak capek bangeet… ” Jawab Citra sambil memutar posisi duduknya. Dari yang semula memunggungi Muklis, jadi menghadap kearah adik iparnya. Dan dengan hanya beralaskan tubuhnya adik iparnya, Citrapun duduk bersimpuh sambil mengatur nafas.

“Oooohh… Mbaak… Kontolku jangan dipelintir gittuuu… ” Erang Muklis yang merasakan jepitan vagina Citra seolah memeras batang kejantanannya.
“Hihihihihi… Maaf Klis… Kaki Mbak masih lemes kalo harus bangun…. Dan juga memek Mbak masih ngilu banget kalo harus ngelepas batang kontolmu…” Ucap wanita hamil itu mencoba mengatur nafasnya.

“Hhhhhh…. Mbaak mbaak…. Kamu tuh ya… Cantik banget kalo udah keluar…” Goda Muklis sambil meremas kedua payudara Citra yang bergoyang didepan tubuhnya. “Yaudah… Kalo gitu… Kamu istriahat dulu deh Mbak… Nggak apa-apa deh kalo kamu mau terus dudukin kontolku…”

“Makasih ya Klis… Makasih banget… ” ucap Citra yang kemudian memajukan tubuhnya dan mengecup bibir saudara iparnya itu, “Kontolmu memang jauh lebih hebat daripada kontol pria-pria tadi…”
“Iya Mbak.. Sama-sama… ” Jawab Muklis ,”Mbak udah puas khan…?”
“Hihihi…. Hiya Klis… Mbak selalu puas dengan pelayanan kontol besarmu…” Ucap Citra sambil mengejankan otot vaginanya, memberikan jepitan super ketat pada penis besar milik adik iparnya.
“Uuhhh…. Mantaaap.. ” Erang Muklis keenakan.

“Huuuooohh…. Badan Mbak sakit semua Klis… Apalagi memek Mbak… Ngilu banget…” Desah Citra sambil menggeliatkan tubuhnya.
“Waduh… Tapi kira-kira kandunganmu nggak kenapa-napa khan Mbak…?” Tanya Muklis, “Khan dari pagi sampe barusan… Memek Mbak kayaknya nggak brenti-brenti muasiinnn kontolku…. Hebat bener Mbak… Jadi mirip Lonte beneran… Hehehe….”
“Iiihhh… Muklis…. Masa nyamain memek Mbak kaya memek Lonte siiihhh….?”
“Hehehe… Ya khan itu misal Mbak… Kalo misalnya Mbak lonte beneran… Kira-kira duit mbak udah dapet berapa ya….? Hehehe….”

Tak menjawab kalimat Muklis, Citra terlihat sedang menghitung sesuatu.

“Enam kontol…. ” Bisik citra lirih pada dirinya sendiri
“Haaa….? Apanya yang enam kontol Mbak… ?” Kaget Muklis

“Eeh… Bukan… Anu… bukan Klis… Maksud Mbak…
“Enam… Memangnya Mbak tadi ngentot ama berapa cowok Mbak…?”

” Bukan Klis… Maksud Mbak bukan gitu…”
“JadiHari ini Mbak habis muasin enam kontol…? Gitu Ya Mbak…?” Tebak Muklis, “Kontol siapa aja Mbak… Tadi pagi memek Mbak muasin kontol Mas Marwan… Trus kontolku… Trus siapa lagi mbak…?”

“Hihihi… Apaan sih Klis…? Mbak tadi khan cuman becanda… Hihihihi….” Jawab Citra sambil cekikikan, “Mbak pengen tahu aja… Gimana reaksi kamu kalo misalnya tahu seumpama Mbak dientot ama orang lain…. Hihihihi…”
“Aaahhh.. Aku nggak peraya Mbak… Kamu pasti bohong ya…? Kamu barusan beneran dientot ama cowo lain khan…?”
“Hihihihi… Emangnya kenapa sih Klis kalo Mbak abis dientot ama kontol cowo lain…?”
“Ya aku pengen tahu aja Mbak…”
“Iihh kepooo deh kamu… Hihihi…”

“Iiiihhh Mbak gitu yaaa…. Main rahasia-rahasiaan segala…”
“Hihihi… Udahan yuk Klis… Kita makan…. Mbak udah laper… Mbak udah ditungguin ama Mas Marwan… ” Jawab Citra yang kemudian mengumpulkan tenaganya dan buru-buru bangkit. Menaikkan tubuhnya dan melepas cengkeraman vaginanya pada penis Muklis.

PLOOOPPP

“Uuuuhh… Klisss… Selalu aja ya… Kontolmu selalu bikin memek Mbak ngilu…. Bikin memek Mbak kalo habis kamu entotin jadi melompong lebar gini… Hihihihi…” Kata Citra

SEEEERRR… Seketika lendir kenikmatan Muklis mengalir deras ke paha dalam Citra.

“Jadi Mbak… Kamu tadi dientotin berapa orang…?” Tanya Muklis lagi yang masih penasaran.
“Hihihihi… Apaan sih Klis…? Masih aja yaaaa….?” Jawab Citra yang kemudian menyeka lendir dan sperma yang mengalir turun di paha dalamnya. Kemudian segera mengenakan dres baru pembelian Muklis.

“Eh Klis…. Kamu nggak beli celana dalam ya….?”
“Emangnya kenapa mbak…?”
“Celana dalam Mbak khan basah kena pejuh kamu Klis… Masa mbak pakai lagi…?”
“Hehehe… Ya kalo nggak mau pakai… Gausa sekalian Mbak…”
“Iiiihh… Bisa masuk angin Klis…?”
“Hehehe… Yaudah…. Terserah Mbak aja kalo gitu….”

“Hmmm… Dipake aja kali ya Klis…. Sekalian buat nahan sisa pejuh cowo- cowo yang masih tersisa di rahim Mbak…. Biar ga keluar mulu Klis…?
“Cowo-cowo…?” Kaget Muklis, “Naaah khaaan…. Kamu tadi beneran habis dientot banak cowo khan Mbaak….?”
“Hihihi… K…. E…. P….O…..”
“Ahhh… Mbak Citraa….Ayo Mbaak…. Jawab… Kamu tadi ngentot ama siap Mbakkk….?”
“Hihihi….Udah ah… Yuk kita makan…. Mbak udah laper banget…”
“Mbak Citraaaa… Jawab dulu Mbaakk….”

“Hmmm… Kayanya tadi Mbak dientot ama….. Tukang sapu… Tukang baju…. Tukang pentung…. Ama Tukang parkir…. Jawab Citra sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, “Gitu kali ya Klis…?” Tambahnya lagi tersenyum dan melangkah meninggalkan Muklis sendiri di dalam kamar mandi.
“Serius Mbak… Trus Ceritanya gimana…? Kok bisa seperti itu…?”
“Hihihi… Itu khan mungkin Klis… Mungkin….?”
“Haadeeeh… Mbaakk… Kamu bikin aku ngaceng lagi deeeeh….”
“Hihihi… Udah ah… Ayo makan….. Kamu tuh ya… Ngaceng mulu…”
“Mbak Citra Agustinaaa….. Ayo jawaaaab duluuu… Tadi ceritanya gimanaaaa….?”

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *