Keterusan – Ep 24 – Detak di Dada

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Cerita Bokep Tukar Pasangan Terbaru

Selama tiga hari aku menginap dihotel, mendapatkan semua rekaman persetuhan istriku yang dilakukannya bersama fadil tanpa henti. Aku sadar jika aku bukanlah lelaki yang kuat. Melihat bukti yang telah mela lakukan dengan selingkuhannya. Adalah cukup.

Di hari keempat, aku memutuskan untuk pulang. Kembali kerumah tanpa memberi kabar sama sekali kepada Mela. Sekedar ingin tahu bagaimana sikap mereka ketika menghadapiku saat tiba-tiba hadir ditengah kemesraan Mela dan selingkuhannya.

Sepanjang perjalan pulang, aku tenggelam dalam lautan emosi. Yang antara satu dan lainnya saling bertentangan. Memilih dan memilah mana segala sesuatu yang bisa kujadikan alasan untuk mempertahankan pernikahan yang telah kujalin bersama istriku selama ini.

38453236002B3776D470.Jpg

“Hai…” Ucapku sambil memasukkan koper-koper besar kedalam rumah.
“Saaayaaaaaannngggg…” Sahut istriku sambil berlari menghambur kearahku. Memeluk tubuhku erat dan menciumi kedua pipiku secara bergantian. Dengan riang, Mela membantuku menarik semua barang bawaanku dan turut membawanya masuk

Bahasa tubuhnya benar-benar menunjukkan kegembiraan. Tanpa ada rasa khawatir yang terpancar diwajahnya. Begitu aku masuk kedalam rumah, aku celingukan. Mencari-cari dimana Mela menyembunyikan lelaki selingkuhannya itu. Namun nihil, tak ada siapapun disana.

“Sayang… Bakso urat pesenanmu, sudah habis… Adanya bakso telor… Isi kontol… Dan isi pejuh dari lelaki selingkuhanmu….” Ucap seorang lelaki yang tiba-tiba masuk kedalam rumah sambil bercanda. Karena tak menyadari kepulanganku yang sudah tiba mendahuluinya. “Eeehh… Ada… Hmmm… Kamu….?“ Buru-buru alisnya mengernyit. Mencoba mencari tahu siapa sosok diriku.

“Aahhhh… Kamu pasti Dimas ya…?” Sambung lelaki kekar yang kernyit alis tiba-tiba kembali seperti semula. Memasang wajah cerita, dan menjabat tanganku. “Aku Fadil… Teman lama istrimu.”

Untuk beberapa saat, emosiku meledak-ledak saat melihat kehadiran sosok yang dengan kuyakini adalah selingkuhanku.
Kugenggam erat tangan Fadil namun ia hanya tersenyum. Dengan wajah yang begitu tenang tanpa menghiraukan remasan tanganku sama sekali. “Dimas…” Ucapku singkat.

SIAL.
Kuat juga pertahanan lelaki bajingan ini.

“Sudah lama…?” Ucapku basa-basi.
“Aku disini dari hari kepergianmu….” Jawabnya jujur.
“Tinggal dimana…?” Tanyaku lagi.
“Ketika sebelum kerumahmu…? Atau setelahnya…?” Sahut Fadil dengan senyum ramahnya yang tak pernah hilang dari wajahnya, “Sebelumnya, aku tinggal di kota X. 2 jam perjalanan dari sini…” Ucapnya yang langsung berceloteh tanpa kusuruh, “Dan ketika di kota ini… Aku tinggal dirumahmu…”

AH KAMPRET.
Jujur sekali lelaki sialan ini.

“Kok kamu ga ngabarin aku, Dek…?” Tanyaku sambil meletakkan pantat disofa ruang tamu.
“Mmmm… Aku khawatir kehadiran Fadil disini… Bakalan ngeganggu konsentrasi kerjamu, Mas…” Jawab Mela dengan santainya

ANJIM…
Jawaban apapula itu. Jelas saja hal itu akan mengganggu konsentrasiku. Karena tak mungkin suami normal yang akan membiarkan teman lelaki istrinya, tinggal satu atap bersama saat suaminya sedang tak ada dirumah.

Melihat senyum menyebalkan yang terus terlihat diwajah Mela dan selingkuhannya. Aku berusaha berdamai dengan gejolak emosi yang ada didadaku. Berulangkali, aku harus menarik nafas panjang saat melihat canda dan tawa istriku dengan lelaki yang ada dihadapannya itu.

Meskipun ada sedikit kecanggungan yang terlihat pada cara bicara mereka berdua, akan tetapi Mela dan Fadil berusaha tak mempermasalahkannya. Malahan, seiring berjalannya waktu, kedua manusia sialan didepanku ini, makin terlihat akrab. Meskipun ada aku diantara mereka.

38453236002B377C352C.jpg

Berulang kali, Mela tertawa menanggapi cara becanda Fadil yang menurutku basi dan membosankan. Istriku juga sering menepuk-nepuk paha lelaki tinggi kurus itu saat ia tertawa terpingkal-pingkal. Yang membuat mataku, secara reflek, melirik kearah selangkangan selingkuhannya.

ANJRIIIITTTTT

“Akhirnya aku bisa melihat kebesaran kemaluan Fadil….!” Seruku yang mendadak bingung, harus terkagum-kagum atau murka. Karena dengan jelas, aku bisa atau mengamati kemaluan lelaki simpanan Mela dengan mata kepalaku sendiri.

Meskipun masih terbungkus celana bahan, akan tetapi aku bisa menyadari kehadirannya yang seolah mengintimidasi penisku. Batang kemaluannya benar-benar mampu mencetak gundukan siluet yang begitu jelas. Tidur miring dengan bonggol besar kepala penisnya yang besar. Terselip kearah paha kanannya yang kurus.

Kalah nih kontolku…
Kalah nih kontolku…
Kalah nih kontolku…

Mataku terpaku lurus menatap selangkangan lelaki sialan itu. Merefleksikan kegagahan penisnya ketika menjadi super besar ketika tegang, dipikiranku. Membayangkan keperkasaan kepala, urat, zakar, dan semburan pejuhnya saat membuahi rahim istriku, diotakku.

ANJIIIIMMMMMM
Aku benar-benar kalah. Sekalah-kalahnya.

“Sayang… Bisa tolong ambilin soda lagi…Di kulkas…?” Ucap Mela yang untuk sesaat, aku tak tahu ia memanggil siapa. Karena kata ‘Sayang’ yang istriku ucapkan, sudah tak berarti di telingaku. “Sayang… Bisa tolong ambilin soda lagi…?” Ulang Mela menepuk ujung lututku. Menandakan jika kalimat itu ditujukan untukku.

“Eee… Iya….” Ucapku spontan. Kemudian bangkit dari kursi sofa dan berjalan kedapur. Seolah bersyukur karena bisa melepaskan diri sejenak dari suasana yang menegangkan bersama istriku dan selingkuhannya. Atau paling tidak, mencoba menjernihkan pikiranku, walaupun sesaat.

Ketika di dapur, aku buru-buru mengambil soda didalam kulkas. Kutuang kedalam gelas dan menambahkan beberapa batu es. Setelah itu, kutenggak isi gelas yang ada di tanganku itu hingga habis tak tersisa. Berharap bisa segera memadamkan api cemburu yang semakin bergejolak didalam pembuluh darahku.

Namun, biarpun aku sudah mencoba untuk menenangkan diri didapur, rasa cemburuku kembali meledak saat aku kembali keruang tamu. Melihat keakraban mereka yang terlihat mesra saat menatap layar handphone istriku. Membahas kejadian jorok saat pernikahan Mila yang mereka hadiri beberapa waktu lalu.

Saat aku kembali duduk, aku bisa melihat jika ada sebuah rasa yang terpancar diwajahnya. Senyumnya yang tenang, dan lirikannya yang begitu manja, seolah mampu menggambarkan emosinya saat itu. Tenang, dan terlihat (sepertinyanya) bahagia.

Aku sadar, jika saat itu, aku sudah benar-benar kehilangannya. Aku merasa kalah, dan terpukul melihat kenyataan yang ada dihadapanku. Terlebih saat kulihat, ketika tangan Fadil mulai menarik pinggang Mela mendekat kearahnya, aku tahu, jika istriku sudah jatuh kedalam pelukannya.

“Nih, Dek… Sodanya…” Ucapku sambil meyodorkan sekaleng minuman karbonasi kepada istriku.
“Makasih, Mas…” Jawabnya sambil tersenyum sejenak kearahku. Namun buru-buru kembali ke menatap layar handphonenya dan membalas kalimat-kalimat Fadil.

Saat mereka sedang membahas photo-photo yang ada dihandphone istriku, tangan Fadil tak henti-hentinya bergerak dan mengusap punggung istriku. Meraba sambil mendiamkan sejenak, jemari tangannya tepat disamping payudara Mela yang masih terlihat olehku.

38453236002B378252Fa.jpg

ANJIMMM
“Berani banget nih bajingan….!” Ucapku yang tak mampu melarang perlakuan lelaki cabul yang mulai kurang aja itu.

“Nih, Mel… Dikolam ini… Inget nggak…? Behamu copot…!” Celetuk Fadil sambil meraba lagi sisi payudara istriku dari samping. Seolah tak memperdulikan kehadiranku yang sudah kembali diruang tamu ini. “Sampe Edward tersedak potongan apel loh… Gara-gara ngelihat putingmu yang sudah mengeras karena kedinginan…”

“Hahahaha… Iya bener…” Sahut Mela tertawa terpingkal, tanpa menghiraukan usapan tangan Fadil yang mulai terlihat jelas di payudaranya, “Kocak banget mukanya ya…”
“Kamu harus beruntung, Broo… Punya istri yang teteknya gede seperti Mela ini…” Seru Fadil santai. Sambil mengangkat kaleng soda ditangannya. Seolah memberikan salut kepadaku, “Karena ga semua wanita, bisa punya aset seindah tubuh istrimu…”

“Nnnnnggggg… “ Aku tercekat. Tak mampu menjawab kalimat Fadil barusan. Hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala dan senyuman yang pastinya terlihat begitu aneh diwajahku.

”Ihhhhssss. Mulai deh… Ngegombalnya….” Ucap Mela sambil mentowel hidung Fadil.
“Lohhhh… Beneran, Mel…” Seru Fadil meneruskan kalimatnya, “Coba deh, Dim…. Sebut satu cewek yang kamu kenal… Yang punya tubuh seindah Melati….?” Sambung Fadil bertanya kepadaku sambil merengkuh pinggang istriku lagi. Namun kali ini, ia seolah sengaja menyenggolkan tangannya ke samping payudara istriku yang begitu lembut. “Loh… Kok kamu ga pake beha…?”

Mendengar pertanyaan lelaki selingkuhan istriku itu, telingaku tiba-tiba memanas. Dan aku yakin, jika wajahku juga memerah. Aku benar-benar tak mengira, jika selingkuhan Mela itu berani menyentuh payudaranya, tepat di hadapanku.

BAAAJIIINNGGAAAAANNNN…!
Seruku dalam hati, dengan emosi yang hanya bisa meledak dan marah kepada diri sendiri.

Melihat kemesraan mereka, aku tak mungkin menganggap jika indera penglihatanku sedang berhalusinasi. Karena aku bisa melihat dengan nyata, sikap mesum bajingan itu terhadap tubuh istriku. Kepalaku, mendadak pusing. Seolah baru saja terkena efek alkohol yang begitu memabukkan.

Dalam waktu yang sama, aku pun merasakan adanya gairah, kecemburuan serta berbagai hal lain, yang membuat tubuhku serasa oleng. Dan membuatku buru-buru duduk kesofa yang ada disebelahku. Menenangkan sejenak pikiran, sambil menarik nafas panjang, setiap kali aku melihat perlakuan cabul pria brengsek yang masih memeluk pinggang istriku.

“Ngggg… Ada yang lapar…?” Tanyaku tiba-tiba. Yang secara tololnya ingin mendapatkan perhatian dari istriku dan selingkuhannya.
“Hmmmm… Mie instan enak nih, Mas…” Celetuk Mela menimpali pertanyaanku, “Kamu juga mau nggak…?” Sambung istriku yang setelah melihatku, langsung melirik kearah Fadil dan menawarkan jasa masakku ke tamu specialnya.

“Boleh….” Jawab Fadil singkat sambil tersenyum membalas tatapan Mela, “Pake telur kampung bakalan jadi lebih enak deh kayanya… ”
“Hmmmm… Aku ga punya stok telur kampung…” Sahut Mela, “Telur biasa aja mau…?”

“Bo…. Leh…. Cuman, kalo pake telur biasa, aku biasanya rebus 4 butir…” Sahut Fadil lagi.
“Banyak amat..?”
“Khan biar aku GREEENG terus… “ Celetuk Fadil sambil melirik penuh arti kearah istriku, “Lagian… Protein aku khan juga sering kamu nikmatin…”

BANGSAAAATTTT.
“Protein apa ini maksudnya…?” Geramku saat melihat wajah Mela yang tiba-tiba memerah karena ucapan selingkuhannya barusan. Yang polosnya aku, sama sekali tak menegur atau menimpali kalimat lelaki sialan yang dengan santainya mengobrak-abrik pikiranku.

“Yaudah… Kamu tunggu dulu, yaaa…” Ucap Mela yang kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan kearahku. ”Kamu temenin Fadil dulu ya, Mas… Aku masak bentaran…” Bisiknya sambil melangkahkan kaki kearah dapur.

“Ngggg… Oke…” Jawabku yang dengan kikuk, duduk dihadapan lelaki mesum yang terus tersenyum kearahku. Ia hanya diam, dan menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun. “Jadi… Sudah lama, kamu kenal Mela…?” Tanyaku yang seketika itu kehabisan topik.

“Istri-mu, benar-benar seperti bidadari…”
“Ehhh…?” Kagetku mendengar jawaban Fadil, “Mak… Maksudnya…?”
“Iya… Kamu beruntung mendapat wanita sepertinya…”
“Terimakasih….” Jawabku yang lagi-lagi, tak mampu menimpali percakapan lelaki sialan itu.

“Pertahankan dia, sekuat tenagamu, Dim…” Ucap Fadil seolah menasehatiku dengan bibir yang tak henti-hentinya tersenyum, “Karena kalo kamu tak mampu mempertahankannya.… Jangan salahin orang lain jika kamu bakalan kecewa…”

“Ehhh…?” Sahutku bingung.
“Karena bisa saja… Aku yang akan mengambil bidadari itu darimu…”

ANNNNJIIIIMMMMM
Sumpah, lelaki ini benar-benar kurangajar. Ia seolah tak peduli dengan apa status yang kumiliki dirumah ini. Dengan tanpa rasa sungkan atau takut. Ia menjelaskan niatan busuknya kepadaku.

Merebut Melati dari sisiku.

Selama kurang lebih lima menit, aku dan si brengsek itu, hanya duduk terdiam tanpa berbincang sama sekali. Aku yang biasanya bisa memimpin obrolan, pagi itu terasa seperti orang bisu yang tak mampu mengajak komunikasi lawan bicaraku.

Sepanjang waktu, Fadil hanya tersenyum. Sesekali melihat kearahku, kemudian sibuk membalas pesan dihandphonenya yang terus masuk. Sedangkan aku, hanya bisa diam. Dan tak tahu harus bersikap seperti apa.

“Hmmm… Sepertinya… Aku kebelakang dulu deh… Mau bantu Mela sebentar….” Ucapku yang kebingungan dan langsung beranjak kearah dapur. Membiarkan lelaki kampret, itu sibuk dengan handphonenya.

“Dia tuh ga punya sopan santun, ya…?” Tanyaku ke Mela ketika masuk kearea dapur. Membuka pintu kulkas lalu mengeluarkan es kopi kegemaranku. Kutenggak bulat-bulat cairan berwarna coklat muda itu tanpa melihat sekalipun kearah istriku,
“Emang Fadil kenapa…?” Tanya Mela seolah kaget dan buru-buru meletakkan handphonenya. Setelah itu, ia kembali memasak.

“Kamu chat ama siapa…?” Tanyaku sedikit curiga melihat gelagat kaget istriku
“Sama Fadil…”
“Kok…?”

“Iya… Dia bilang, kalo aku harus bersyukur dapat suami sepertimu, Mas…” Jelas Mela, “Fadil bilang… Kamu tuh orang baik… “
“Aaaahhh. Bisa-bisanya dia aja bilang seperti itu… Padahal aslinya… Dia nyumpahin aku cepet mati biar bisa dapetin kamu….”

“Ihhhssss.. Jahat banget kamu mas… Masa ngira Fadil seperti itu…” Bela Istriku yang makin membuat hatiku kesal, “Kalo kamu udah kenal Fadil… Kamu pasti bakal suka… Karena dia tuh orangnya baik banget loh, Mas…”
“Ya kali aja…” Ucapku yang secara reflek, mengambil alih posisi Mela didapur, “Udah-udah… Mending aku aja deh yang masak… kamu temenin aja si brengsek itu diruang tamu…”

“Beneran nih…?” Kaget Mela
“Iya sana… Ketimbang kamu bikin kesel aku disini…”
“Kok kamu kesel…?”
“Iyalah… Kamu bilang mau masakin mie… Tapi nyatanya… Kamu diem-diem chat disini ama tuh bajingan… “Gerutuku kesal, “Jadi ketimbang chat-chat’an ga jelas… Mending kamu langsung ngobrol aja ama si bangke itu didepan…” .

“Beneran, Mas…?” Ulang istriku lagi.
“Iyeeee….. Dah sana kedepan… Temuin lelaki yang bikin hatimu seneng…” Sindirku sambil mulai mengaduk mie instan yang masih keras, “Aku dan keburu laper duluan…”

“Iyadeh…” Seru Melati yang kemudian meletakkan peralatan masaknya dan berjalan meninggalkanku didapur sendirian. “Eh iya, Mas… Kalo bisa, mie untuk Fadil, cabenya agak banyakan ya… Dia suka banget masakan pedas…”
“IYAAA…!!” Jawabku kesal sambil menggeretakkan gigi gerahamku.

BAJINGAN
Entah kenapa, saat itu aku sama sekali tak bisa meledakkan emosiku. Aku hanya bisa memendam rasa panas didadaku saat melihat wajah Mela yang kembali ceria ketika ia ingin menemui selingkuhannya diruang tamu rumahku.

“Hhhhhhhhh…..” Kutarik nafas panjang. Dan kudiamkan sejenak didadaku. Kutatap rebusan mie instan yang air mendidihnya sudah bergejolak didalam panci.

“LELAKI BODOH…!”
Mungkin itu yang diteriakkan batinku saat melihatku sibuk membuat mie instan untuk istriku dan selingkuhannya itu. Dan begitu masakan cepat sajiku jadi, akupun langsung menyantap porsiku hingga ludes tak tersisa.

Setelah perutku terasa kenyang, tiba-tiba ada sebersit niatan dari hatiku yang ingin mengetahui kelakuan dua manusia sialan itu. Menebak-nebak, apa yang sekiranya mereka lakukan ketika aku tak berada disana.

Sambil berjingkat, kumelangkah kakiku keruang tamu. Seperti maling, aku tak ingin Melati atau Fadil mengetahui keberadaanku yang hendak mengintai kegiatan mereka. Dan begitu aku sampai diruang tamu, jantungku mendadak berhenti, karena melihat pemandangan yang begitu menyesakkan hati.

Mela duduk dipangkuan Fadil. Menghadap kearah bajingan tu dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Mengangkang tanpa malu didepan perut Fadil dan memperlihatkan kemulusan paha putihnya yang begitu menggoda. Kedua tangannya mengalung kepundak lelaki sialan itu dan menatapnya dengan penuh rasa kasih.

KAMPREEETTT.

Seumur pernikahanku dengan Mela, aku belum pernah melihat ekspresi seperti itu di wajahnya. Senyumnya, matanya, dan gerak-geriknya, benar-benar penuh perhatian. Dengan pipi yang memerah, serta bibir sedikit terbuka, sangat menggambarkan sebuah rasa yang terjalin diantara mereka.

Berbagai emosi tiba-tiba menghantam kencang kedadaku. Berkecamuk dengan serbuan perasaan yang membolak-balikkan ketetapan hatiku. Terlebih, saat Melati tertawa dan mengangguk-anggukkan kepala ketika bibir lelaki bajingan itu berbisik ke telinga istriku.

Ingin rasanya aku kembali kedapur. Mengambil pisau, dan menghambur kearah Fadil yang mulai membelai kulit paha istriku yang terbuka. Mencabik-cabik perut lelaki perebut istriku itu hingga semua ususnya terburai.

Namun, ternyata aku memang seorang lelaki yang lemah. Aku tak mampu melakukan semua kekejaman yang ada dipikiranku. Dan hanya bisa menatap dua insan yang sedang melakukan hal tabu nan cabul, tanpa mempedulikan perasaanku yang begitu pedih.

“Dimas… Sadar…!! DIMAS…. LAKUKAN SESUATU…!!” Gerutu hatiku saat kedua mataku terus merekam perlakuan tak senonoh kedua manusia dihadapanku, “SADAR DIMAS… ISTRIMU SEDANG DIAMBIL LELAKI BAJINGAN ITU…!!!”

Namun percuma, alih-alih marah, aku malah menyaksikan kelakuan mesum istriku bersama lelaki selingkuhannya itu dengan napas tertahan. Terlebih saat Fadil menempelkan jarinya di bawah dagu Mela, dan menarik istriku mendekat kearah wajahnya.

CUUUPPPPP
Suara itu, terdengar begitu renyah. Saat bibir Mela yang basah bertemu dengan bibir Fadil. Istriku mendesah, seolah mengekspresikan rasa lapar yang begitu nyata pada lelaki idamannya. Dan tanpa menjeda, Fadil pun menarik bibir Mela masuk. Menghisap kelembutan bibir serta lidah istriku dan mengunyahnya lembut. Hingga tak lama kemudian, lelaki brengsek itu mulai melumat bibir Mela dengan ciuman yang liar dan penuh nafsu

BANGSSAAAAAATTTTTTT
Aku marah pada diriku. Yang meskipun terkejut, akan tetapi merasa gairahku ikut bangkit dan berkobar. Melihat istriku mencium pria lain, aku merasa seperti sedang naik wahana kora-kora. Hatiku terlonjak, dan pusing kepalaku terasa begitu kuat. Seolah berusaha mengaduk-aduk perasaanku dengan emosi yang sangat memusingkan kepala.

Cemburu.
Marah.
Malu.
Lemah.
Lunglai.
Namun penasaran.

Aku harusnya tidak melihat ini.

Tidak , seharusnya aku tak mengizinkan ini. Aku harusnya marah dan menghabisi mereka berdua. Namun, nyatanya, aku hanya diam dan larut dalam sensasi aneh yang menggetarkan sanubariku. Karena secara tak sadar, penisku mengeras melihat kegilaan yang sedang istriku dan selingkuhannya lakukan, didepan kedua mataku.

Entah kenapa, aku sangat bergairah saat melihat, mulut Mela dan Fadil menyatu dalam ciuman yang dalam dan memabukkan. Kakiku seperti meleleh, dan menyatu dengan lantai rumahku. Berat dan tak mampu kugerakkan sama sekali. Aku seperti merasa terjebak. Tak mampu berpaling, berteriak, ataupun bernapas.

Yang bisa kulakukan hanyalah berdiri, dan menonton kelakuan cabul istriku bersama selingkuhannya. Dengan penis yang meronta karena mulai mendengar desahan suara cabul dari mulut mereka yang tak henti-hentinya keluar. Bersamaan dengan lumatan serta desahan yang makin menyulut api liar birahiku.

“Ohhh Melati…. Betapa seksinya dirimu, Sayang….” Ucapku yang secara reflek, mengusap penisku dari luar celanaku.

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *