
Keterusan – Ep 23 – Pernikahan
Cerita Seks Pesta Seks Terbaru
Sejak tugas lapangan dari kantor usai, hubunganku dengan Dimas pun semakin dekat dan intim. Tak ada lagi rasa malu ataupun kikuk saat kami berdua di kantor. Karena selain seluruh karyawan dikantor sudah tahu, para kepala divisi pun seolah mencoba mengerti hubungan kami. Itu karena, jabatan Dimas dikantor baru saja menduduki posisi yang cukup tinggi, sehingga membuatnya cukup disegani oleh mereka.
Sekarang, karena Dimas sudah memiliki ruangan sendiri, ia sudah tak malu-malu lagi untuk minta sepong kepadaku setiap kali aku masuk keruangannya. Entah pagi sebelum karyawan datang, siang ketika rekan keluar makan siang, ataupun malam ketika kami lembur, Dimas tak henti-hentinya memintaku untuk memuaskan nafsu birahinya.

Melihat gejolak nafsu Dimas yang sering menggebu terhadapku, membuatku harus memutar otak. Memikirkan gimana caranya supaya semua kebutuhan kami berdua bisa tersampaikan. Jika Dimas mau aku turuti semua permintaannya itu. Maka, dia juga harus mau menerima permintaanku.
Tentu saja, aku tak memperlihatkan sisi binalku yang lebih parah ketimbang Dimas. Meskipun birahi dan kegatelan memekku selalu meronta untuk bisa dipuaskan, akan tetapi sebisa mungkin aku harus mempertunjukkan sosok Melati yang masih polos.
“Nafkahi aku, Mas… Maka bisa kubantu mendapat kepuasan birahimu….” Ucapku memberikan satu permintaan. Selain permintaan untuk menjaga keutuhan memek perawanku, tak peduli sekuat apapun nafsu yang sedang ia rasakan. Diluar permintaanku untuk bisa
Seperti yang sedang ia rasakan malam ini. Saat aku harus membuat laporan rekap bulanan, Dimas tiba-tiba memanggilku untuk datang ke ruangannya. Aku tahu, jika saat itu nafsu Dimas sedang meninggi. Dan aku juga tahu, jika itu adalah saat dimana aku harus memuaskannya nafsunya.
“Melati… Segera keruangan aku ya… Tinta pulpen aku macet…” Ucap Dimas dari ujung telephone.
“Mau aku bawain yang baru, Mas…?”
“Gausah… Kamu jilat aja… Pasti langsung bisa keluar lagi tintanya…” Jawab Dimas

“Kok dijilat…?” Tanyaku
“Iya… Pulpen diselangkangan aku…”
“Terus…?”
“Bantu aku ngelancarin tinta pulpen aku dong, Mel…”
“Ihhhhssss.. Kalo yang agak gede seperti itu, namanya bukan pulpen, Mas…” Ucapku meralat.
“Lalu…?” Seru Dimas
“Itu mah spidol…” Ucapku yang buru-buru menaruh gagang telpon kantor, dan segera berjalan keruangan kekasihku.
Membayangkan seks dikantor, membuat memekku langsung basah. Karena selain dengan Dimas, aku belum pernah melakukan seks ditempat kerja. Dan beruntungnya, Dimas memiliki ruangan sendiri, sehingga kami berdua bisa melampiaskan nafsu birahi masing-masing dikantor.
Begitu masuk kekantornya, aku langsung mengunci pintunya. Merangsek kearah Dimas dan buru-buru menciuminya dengan penuh rasa nafsu. Dimas yang berusaha mengimbangi birahiku, langusng meraba memekku dari bawah rok lebarku. Menyelipkan jemarinya yang besar ke celah di tengah selangkanganku yang masih bercelana dalam.
“Wuihhh… Kok memekmu udah becek gini, Sayang…?” Ucapnya saat menyadari kelembaban selangkanganku dibalik rok kerjaku. “Kamu sange kenapa…? Kok udah basah banget gini…?”
“Nggggghhhhh…” Erangku terus mencumbu Dimas tanpa menjawab pertanyaannya. Mataku merem melek keenakan dan nafasku mulai menderu cepat. Terlebih saat ujung jari tengah Dimas menyelip dan menyentuh selangkanganku. Membuat desahanku makin menggema, “Ahhhh… Masssss… Ooohhh… Geli….Uuuuhhhhhh….”
”Nakal kamu ya, Sayang…. Masuk ke kantor bos pake kancut yang udah basah gini…” Goda Dimas terus menggelitik celah basah memekku, “Pengen dihukum ya kamu…?”
“Hoo’oooohhhh… Ssssshhhhh… Emmhhhh….” Jawabku dengan anggukan kecil.
BRUUKKK.
Dimas tiba-tiba menubruk tubuhku. Mendorongku hingga pantatku menabrak meja kerjanya. Setelah itu, ia mendorong tubuhku dan membuatku merebahkan diri diatasnya.
Dibukanya seluruh kancing kemajaku dan dan ditariknya beha penutup tetekku keatas. Sehingga payudaraku yang selalu Dimas kagumi akan kemontokannya, terbebas dan langsung jatuh kesamping tubuhku.

“Tetekmu memang juara, Sayang…” Seru Dimas yang kemudian memajukan bibirnya dan menyucup putingku yang sudah mengeras.
“Aaaaahhhhhhhhhh… “ Seruku sambil memejamkan mata. Menikmati gelitikan bibir tebalnya saat mempermainkan putting tetekku.
Tiba-tiba, satu jari Dimas, makin masuk kedalam memekku. Membuat desahanku makin terdengar keras. Membahana disepinya ruangan kantor. Dengan nakalnya, jari Dimas melewati celah celana dalamku dan mulai mengelus bibir kemaluanku.
“Gilaa… Becek banget, Sayang…” Bisik Dimas lirih sambil menggesek-gesekkan jarinya di biji itilku yang sudah menyembul keras. Oughhhh… Maaasssss…. Sssshhhh… Geeelliiiii…… Aaaahhh…. “ Erangku dengan tubuh yang melenting-lenting keenakan.
Merasa tak mau kalah, aku pun langsung melepas gesper dan ikatan celana kerja kekasihku. Kubuka resletingnya dan segera kupelorotkan celana kerja beserta celana dalamnya hingga sebatas paha. Setelah itu, kuremas batang kaku di selangkangan Dimas, dan mulai kukocok perlahan.
“Aaaaahhhh.. Karyawan nakal…!” Seru Dimas yang sepertinya juga sudah nafsu sekali. Ia raih celana dalamku dan membalasnya dengan melepasnya paksa. “Memekmu wangi banget, Sayang…” Ucapnya begitu melihat selangkangan gundulku tak tertutup apa-apa.
“Terus…?”
“Aku jadi pengen masukin kontolku kesini deh, Mel…” Serunya sambil melirik ke arah selangkanganku dan kembali menggelitik liang senggamaku dengan jemarinya.
“Nggghhhh… Jangan dulu ya, Sayang…” Seruku sambil menggelengkan kepala.
“Sumpah… Aku pengen banget nyicipin jepitan memekmu ini…”
“Jangan, Mas…”
“Diiiiiiikiiiiiit aja deh… Boleh yaaaaa… ? Aku udah pengen banget…”
“Enggak boleh….”
“Kepala kontol aja, deeeeehhhh…”
“Nikahin aku dulu… Baru kamu bisa nikmatin memekku…”
“Oke… Segera kunikahin kamu, Sayang…”
Dimas tahu, sekeras apapun ia berusaha membujukku, hasilnya adalah nihil. Dan satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan nafsu birahinya, adalah dengan cara menyodorkan kontolnya maju kearah mulutku.
Sebenarnya aku merasa kasihan melihat raut wajah Dimas yang sudah putus asa setiap kali ingin sekali melesakkan kontolnya kememekku. Akan tetapi, aku harus tetap menjaga prinsip keutuhan keperawananku.
Dan karena tak tega melihat wajah melasnya, aku pun segera turun dari meja kerjanya dan berjongkok didepan selangkangannya.
HAAAAAPPPPP
Dengan sekali lahap, kumasukkan kepala kontolnya. Kukulum batang kemaluannya yang sudah begitu tegang. Mengecup serta menjilati batang besarnya bulat-bulat, sambil menyucup cairan precum yang mulai meleleh keluar.
“Uuuuuhhh.. Melaaaaaa…” Erang Dimas saat aku mulai mengocok kontolnya naik turun. Sambil terus menghisap kemaluannya hingga seluruh kemaluannya tenggelam masuk kedalam mulutku. Hingga tak terasa, waktu sudah berjalan selama 15 menit-an.
Dan kurasakan kontol Dimas mulai memanas serta berkedut-kedut, tanda jika biji pelernya mulai menyiapkan seluruh pejuhnya untuk segera meledak.
Segera saja, kupercepat gerakan tanganku untuk mengocok batang kontolnya. Kumasukkan kepala kontol Dimas dalam-dalam ke mulutku. Kuhisap kuat-kuat sambil terus menelannya bonggol kemaluannya hingga masuk kedalam tenggorokanku.
“Anjiiiimmmm. Meeeeellll…. Aku mau keluaaarrr…” Erang Dimas yang secara kasar memegang kepalaku dan memaju mundurkan pinggulnya secara berulang kali. Menghajar mulutku dengan tusukan kontolnya.
Dan, beberapa menit kemudian, Dimas tiba-tiba mencabut kontolnya dari mulutku. Mengocok kemaluannya didepan wajahku dengan kencang sembari memintaku membuka mulut lebar-lebar.
“Buka mulutmu, Sayang… Aku pengen keluaaarrr…” Raung Dimas sesaat sebelum pejuhnya muncrat kemana-mana, “Ooooohhh Melaaaattiiiiikuuuuuu…. “
CROOOTTT CROOOTTTT CROOCRROOTTTT CROOOTTT CROOOTTTTTTT
Semburan demi semburan, keluar dengan cepat dari mulut kontolnya. Mendarat sesukanya di seluruh wajah, tetek, dan sebagian rambutku.
GILA.
Meskipun Dimas seringkali mengeluarkan pejuh, aku merasa sepertinya tak ada habisnya.
Dan jika kubanding-bandingkan, biarpun Dimas memiliki kontol yang ‘hanya’ lebih besar sedikit daripada kebanyakan mantanku, akan tetapi ia memiliki biji peler yang paling besar.
Aku yang merasa birahiku tak tertahankan, segera saja duduk di kursi kerjanya. Menaikkan kedua kakiku dan membuka pahaku lebar-lebar. Membuat Dimas bisa melihat celah memekku yang sudah begitu merah karena basah. “Jilat memekku, Mas… Aku udah sangat basah…”
Dimas yang mengerti keinginanku pun segera membenamkan wajahnya ketengah kemaluanku. Menjilat liang senggamaku yang sudah mengidamkan orgasmenya dengan rakus, hingga aku orgasme berulang kali dalam waktu cepat.
Saking serunya kami bercinta (meskipun tanpa persetubuhan alat kelamin), aku dan Dimas tak pernah mengira jika setiap kali kami terpuaskan oleh nafsu birahi masing-masing, hari sudah berganti tanggal. Karena kami sering pulang sekitar pukul satu atau dua dini hari.
“Lembur yang bermanfaat…” Istilah yang kami berikan setiap kali aku dan Dimas, melakukan perbuatan cabul di kantor. Yang meskipun aku tahu, jika perbuatan kami ini suatu saat bakalan ketahuan, akan tetapi aku sama sekali tak khawatir. Karena aku yakin, jika kekasihku ini adalah laki-laki yang tepat untukku, karirku, serta hidupku.
Bagiku, Dimas adalah lelaki alim ternakal yang membuatku nyaman. Dan bagi Dimas, aku adalah wanita pendiam yang binal. Berdua, kami saling melengkapi kekurangan masing-masing dan berusaha memberikan pengalaman baru dalam menjalin kasih.
– – – – – – -
Akhirnya, setelah beberapa lama menjalin masa penjajakan, Dimas pun melamar dan menikahiku. Ia menjadikanku seorang istri yang membuatku harus mengakhiri petualangan cintaku dalam mencari kepuasan dari kemaluan laki-laki yang ada disekitarku.
Tiga bulan kemudian, kami menikah. Dengan pesta pernikahan yang cukup mewah. Dengan alasan, supaya mantan-mantanku tahu, jika sekarang aku sudah punya pendamping hidup dari kalangan yang cukup berada.
Sekaligus ingin memperkenalkan ke mereka, sosok lelaki yang nantinya akan mengambil keperawanan memekku.
Acara pernikahanku berlangsung cukup meriah. Dan banyak dihadiri keluarga, kerabat, teman, juga mantan. Dan setelah acara sakral tersebut, kami berdua tak ingin mensia-siakan waktu untuk segera pergi berbulan madu ke negara tetangga.
– – – – – – -
Malam ini, adalah malam pertamaku dan Dimas sebagai suami istri. Dan inilah malam, dimana aku akan melepas perawanku kepada lelaki yang telah menikahiku.
“Yuk, Sayang… SIni… Nikmatin istrimu ini… ” Ucapku yang hanya tersenyum melihat Dimas. Karena meskipun ia sudah sering melakukan oral dan peting, tapi tetap saja, lelaki tambun itu masih saja terlihat kikuk dihadapanku.
“Nggg… Iya…” Jawabnya malu-malu. Matanya yang penuh cinta, tak hentinya menatap sayu kearahku. Sementara jemarinya yang tebal membelai lembut tanganku tak henti mengusap dadanya.
Suasana kamar hotel yang romantis, ditambah dengan deburan ombak dikejauhan, membuat birahiku mulai naik. Dimas memelukku dan mengecup keningku. Dari kening, ciuman Dimas pun perlahan turun ke mata. Hidung lalu ke bibirku.
Ciuman kami berdua, semakin lama semakin bergelora, intens dan basah. Disusul dengan jilatan lidah yang mulai melumat dan diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu.
Tangan Dimas mulai menjalar ke gundukan tetekku. Membuka dasterku dan seluruh pakaian dalamku. Mengusap bulatan dadaku yang indah menggoda dengan ukurannya yang begitu besar.
Membulat sempurna, lengkap dengan puting yang mungil kemerahan yang sudah mengeras.
Suamiku, lalu melanjutkan ciuman bibirnya ke leherku. Turun ke tetek dan dengan perlahan, mengecup putingku dan menjilati bulatan bukit payudaraku dengan lidahnya. “Aaahhh… Sssshh.… Sayang…” Desahku saat lidah Dimas menjilat dan mengulum pentilku penuh nafsu.
“Tetekmu memang selalu menggiurkan, Sayang…” Ucap Dimas sambil menggigit pelan putingku yang sudah mengacung keras dan menegak tak karuan.
”Hhhhoooohhhh… Saayang…” Erangku meracau. Mataku terpejam, saat tangan Dimas terus mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi.
Mulutnya berpindah dari tetek kiri, dan kananku secara bergantian yang membuatku membisikkan kalimat pamungkasku “Entot aku sekarang, Sayang… Ambil perawan memekku dengan kontol besarmu ini…”
Dimas tersenyum mendengar kalimat nafsuku. Ia kemudian kemudian membuka kancing piyamanya, melepas celana panjang beserta celana dalamnya, dan memperlihatkan kontol hitamnya yang sudah mengacung tinggi.
“Beneran…? Kamu mau… Memekmu… Aku entot sekarang…?”
“Iya, suamiku…. “
“Beneran kamu bolehin kontol ini masuk keliang senggamamu…?”
“Iya, Cintaku… Entot memek milik istri syahmu ini…” Balasku sambil membuka lebar kedua pahaku dan menyibakkan bibir kemaluanku, “Ambil hak-mu, Sayang… Pecahin selaput keperawanan memekku yang sudah begitu kau nantikan…”
Dimas membelai kedua tungkai kakiku. Mengusap paha dalamku dan terus naik hingga kearah tengah selangkanganku. Sedangkan aku yang juga sudah tidak sabar, segera menangkap batang kontolnya. Kugenggam dan mulai kukocok benda yang sudah begitu hangat itu dengan jemari tanganku.
”Uuuhhhh… Sayaaanngg… “ Lenguh Dimas nikmat.
Karena tak sabaran lagi, Dimas segera melepas kuluman putingku. Bergerak kebawah dan segera melahap bibir memekku yang sudah membasah. Dengan lihai, Dimas mulai menyelipkan lidahnya guna menguak lubang kemaluanku.
Menyucup lendir cinta yang makin meleleh tak terkendali dengan nikmatnya. Mempermainkan biji itilku sembari menggelitik saluran kencingku dengan jemarinya.
“Aaaahhh. Ngentooootttttt…” Erangku yang karena tak tahan dengan geli-geli nikmat di lubang memekku, membuat tanganku mulai menjambak-jambak lembut rambut suamiku sambil berteriak kencang.
Sumpah, entah kenapa, teriakan yang kulantangkan terasa begitu lega. Tanpa adanya khawatir ketahuan karena persetubuhanku kali ini, dilakukan dengan cara yang aman.
Bodo amat jika orang disekitarku mendengar jeritan nikmatku. Toh saat ini, aku sudah menikah. Jadi aku sudah bisa bercinta dengan lelaki yang syah. Jadi terserah saja, aku mau mengekspresikan kenikmatan seks yang kuterima dengan cara apa saja.
CREEETT CREEETT CREEECREETT CREEETT CREEETTTTT
Cairan kenikmatanku langsung menyembur keluar saat memekku berkedut dengan hebat. Tanpa sanggup menahan lagi ledakan yang membuncah di liang senggamaku. Kutancapkan kuku jariku ke pundah suamiku, sambil menghentakkan pinggulku kuat-kuat.
“Hhhhhh…. Hhhh…Hhhh…Hhhh…” Desahku saat mendapatkan kenikmatan orgasme setelah aku resmi menjadi istri seorang suami.
“Duh… Cantik banget istriku kalo abis keluaar… Hehehehe…” Goda Dimas sambil mengusap perut rampingku yang terlihat naik turun karena kenikmatan yang diberikan.
Melihat senyum Dimas yang begitu lebar, tiba-tiba aku ingin berbakti secara penuh kepadanya. Aku ingin, saat ini juga, memberikan tubuhku kepada dirinya. Dan oleh karenanya, cepat-cepat kutarik wajahnya. Lalu kucium dengan penuh nafsu yang menggebu.
“Yuk Sayang…. Aku ga tahan lagi… Ooohhh…. Hhhhh… Yuk, Mas… Entot memek aku sekarang…”
Dimas menatap mataku dalam-dalam, seolah mengulang permintaanku dalam hati.
“Ayo, Maaasss… Entot memek istrimu ini… Buruan masukin kontol besarmu… Lalu ambil perawan memekku ini…”
Mendengar permintaanku, Dimas tak menjawab. Ia hanya tersenyum dan bergerak kebawah tubuhku. Dengan wajah yang begitu ceria, ia tatap lubang kemaluanku. Dan mengusap bibir memekku yang sudah begitu basah sambil memutar-mutarbiji itilku dengan ibujarinya.
JUUUUHHH…
Dimas meludahi kaerah kontol dan memekku. Setelah itu, ia membalurkan liur kentalnya di seluruh bonggol kepala kontolnya. Lalu dengan perlahan, ia mengarahkan ujung kontolnya tepat diantara celah liang memekku. Menggosok-gosoknya pelan supaya lendir kemaluanku bisa melumuri seluruh kepala kontolnya.
“Melati Putri Anggaeni… Aku ijin ambil perawanmu, ya, Sayang…” Ucap Dimas yang kemudian memajukan pinggulnya. Menekan liang senggamaku dengan ujung kontolnya yang begitu panas, sebelum mendorongnya masuk. Untuk membelah dan menyatu dengan tubuhku.
“Iya, Sayang…” Ucapku yang memaksakan senyum diwajah khawatirku.
CLEEEEEEEEEPPPPPPP
Kontol Dimas mendorong bibir memekku dengan kuat. Menyeruak maju dan mulai terbenam disempitnya celah kewanitaanku.
“Heeeeggghhhh….” Erang Dimas terus mendorong pinggulnya.
“Aaaaaahhhhhhhhhhh… Sssssssaakittt….“ Balasku dengan rintihan yang cukup keras. Alis mataku bertaut dan memejamkan mata erat-erat.
“Tahan sebentar, Sayang….” Pinta Dimas yang kemudian memundurkan pinggulnya, dan memajukan lagi dengan kekuatan yang lebih besar.
CLEEEEEEEEEPPPPPPP
“Aaaarrrgghhhhh….” Raungku lagi sambil menggigit bibir kuat-kuat. Menahan rasa perih yang begitu nyata pada dinding serta tengah memekku.
“Bentar lagi tembus, Sayang… Tahan sebentar …”
PRREEEETTT
“AAAARRRGGGHHHHHHHH… Saaakit Masssssss….” Jeritku yang secara spontan, terucap lantang. Aku pun secara reflek, memukul pundak Dimas keras-keras. Membuat wajah lelaki tambun yang berusaha menjebol memek perawanku, seketika kaget. “Aaaahhhhhh… Hiks hiksss.. Sakiittttt….” Sambungku yang secara tiba-tiba merasakan adanya air mata yang mengumpul disudut mataku. Menggumpal dan mengalir jatuh, membasahi kedua pipiku.
Melihatku menangis, Dimas pun mengendorkan dorongan pinggulnya. Mengurangi tenaganya saat mendorong kepala kontolnya maju. Ia berhenti sejenak. Menatap reaksi tangisku. Dan, dengan sikap kesatria, Dimas mengusap air mata di wajahku, dan menghentikan dorongan pinggulnya.
“Maafin aku ya, Sayang…” Serunya yang kemudian, menarik kepala kontolnya dari memekku hingga terlepas seluruhnya.
PLOOOOPP.
Dengan sigap, Dimas langsung memeluk tubuhku erat-erat. Mencium bibirku yang masih terisak sembari terus mengucapkan kalimat permintaan maafnya.
“Aku yang minta maaf Sayang… “ Ucapku yang juga mencoba membesarkan hatinya. Aku tahu, Dimas kecewa terhadapku. Karena aku juga tak mengerti, kenapa aku yang sudah siap untuk memberikan tubuhku secara penuh kepada suamiku, malah menjadi secengeng ini.
“Iya gapapa…”
“Hiks… Maafin aku, Sayaaannggg… Hiks hiks… Aku minta maaf… “ Balasku sambil terisak, “Mungkin… Aku begitu ketakutan… Jadi otot memekku menegang dan ga mengijinkan kontol besarmu ini untuk masuk… Hiks hiks hiks…”
“Ssshhhh… Udah-udah… Jangan nangis gitu ahhh… Khan kita ga keburu-buru juga…” Ucap Dimas sambil tersenyum dan mengusap air mataku, “Sekarang… Kamu istirahat dan tenangin hatimu aja dulu, nanti kita coba lagi…”
“Hhhhhhhhhh… Iya Mas…” Sahutku yang mencoba menenangkan emosiku serta kekecewaanku.
Saat emosiku mereda, akupun kembali mengajak Dimas bersetubuh kembali. Meminta suamiku supaya bisa menjebol selaput keperawananku. Namun, saat kontol suamiku kembali mencoba maju, lagi-lagi tubuhku menolak. Bergetar hebat karena merasa kesakitan yang amat sangat.
Dan ujung-ujungnya, persetubuhan resmiku pun kembali gagal. Karena tubuhku yang meskipun sudah merasakan birahi yang begitu menggelora, tetap saja tak mau disetubuhi Dimas. Aku yang begitu ingin merasakan kenikmatan persetubuhan pertamaku, kembali harus pasrah. Karena aku tak sanggup menahan perih yang kurasakan pada lubang memekku.
Kupikir-pikir, situasi bersama Dimas ini terasa begitu berbeda jika dibandingkan saat aku bersetubuh dengan mantan-mantanku. Entah kenapa, saat bersenggama dengan mereka, aku merasa begitu tenang. Meskipun persetubuhan yang kulakukan dulu hanya sebatas petting, akan tetapi beberapa kontol mereka sepertinya bisa dengan mudah masuk dan terselip kedalam lubang memekku.
Sedangkan dengan Dimas, jangankan masuk. Untuk sekedar terselip dan membelah bibir memekku saja, sepertinya aku sudah merasakan perih yang amat sangat. Sehingga, meskipun Dimas berusaha untuk menjebol selaput daraku, kemungkinannya tembusnya benar-benar kecil. Karena kontolnya selalu terpeleset dan menjelepat, setiap kali ia memaksakan untuk mendorong kontolnya masuk lebih dalam ke liang senggamaku.
Walhasil, malam itu pun aku hanya bisa memberikan seks melalui mulut. Dan setelah itu, kami mencoba tidur berpelukan dengan tubuh yang sama-sama telanjang. Dimas, yang hasih penasaran, hanya bisa memberiku senyum lebarnya. Akan tetapi aku tahu, jika ada kegusaran yang begitu hebat dalam pikirannya.
“Maaf suamiku… Aku belom bisa menyerahkan keperawananku…” Ucapku lirih sambil mengusap perut bulatnya yang kekar. Menatap kearah wajah suami beserta batang kontolnya yang sudah kelelahan dan tertidur lelap.
“Zzzzzzzz….Zzzzzzzz….Zzzzzzzz….” Jawab Dimas dengan dengkurnya.
Melihat Dimas yang sudah terlelap, aku hanya bisa merenung dalam diam. Sambil sedikit memikirkan, apa penyebab memekku hingga selaput daranya, benar-benar tak bisa ditembus kontol suamiku.
Namun, hingga menjelang pagi, aku tak kunjung menemukan jawabannya. Akhirnya, akupun memutuskan untuk menyusul tidur. Melupakan segala macam penat dipikiranku sambil berharap pagi bisa cepat datang.
“Hhhhh… Meskipun aku ‘mungkin’ sudah tak perawan… Paling tidak… Dimas bisa merasakan jika selaput memekku masih tersegel…” Batinku yang kemudian memejamkan mata. “Melati… Pintar sekali dirimu membawakan peran sebagai gadis perawan…”
***
Keesokan paginya, aku terbangun karena merasakan kegelian yang begitu luar biasa, dari celah kemaluanku. Dan saat kubuka mataku, kulihat Dimas sudah ada dibawah sana. Membuka pahaku lebar-lebar sambil menjilati lubang memekku dengan wajah ceria.
“Hai Sayang, Selamat Pagggiiiiii… “ Ucap Dimas menghentikan jilatan lidahnya. Mulutnya belepotan, mirip seperti anak kecil yang berantakan saat memakan ice cream, ”Ternyata, memekmu benar-benar rapat ya Sayang…!” Sambungnya lagi.
“Ihhhsss.. Jangan diliatin gitu… Aku malu…” Seruku berpura-pura dan mengatupkan kedua pahaku.
“Heeeiii… Jangan ditutup…. Memek cantik gini kok malu….” Ucap Dimas menyibakkan kembali pahaku kesamping, “Lihat deh… Ketika aku melihat lebih jelas, aku baru tahu kalau biji itil tuh ternyata mirip seperti kelamin laki-laki ya…”
“Aaaaaaahhhh….” Lenguhku keenakan saat Dimas kembali mempermainkan kemaluanku.
Lagi-lagi, Dimas kembali menciumi memekku. Memainkan klitorisku dengan lidahnya yang basah, sambil menyodokkan jarinya kedalam memekku. Sepertinya, ia sengaja merojoh kemaluanku dengan jari, supaya bisa merenggangkan otot memekku lebih lebar lagi.
“Sssshhhh… Sayang….” Erangku mengejang. Merintih keenakan. Yang secara spontan, menjepit kepala suamiku dengan kedua kakiku, “Kok pake jari…? Sssshhhhh….”
“Biar melaran dikit… “ Ucap Dimas yang terus memilin, menyedot, dan memainkan klitoris beserta lubang memekku.
“Nggggghhh… Kamu mau nyoba masukin kontolmu lagi, Sayang…?”
“Iya dong….”
“Yaudah… Yuk… Coba lagi….” Pintaku yang kemudian menarik kepala suamiku dan memintanya memposisikan diri ditengah selangkanganku.
Dengan penuh harap, Dimas menuntun kepala kontolnya menuju lubang memekku. Melihat kearahku sambil menurunkan pinggulnya pelan-pelan.
CLEEEEEEEEEPPPPP
“Aaaahhhh….” Erangku mencoba menahan rasa sakit yang masih saja terasa.
“Sakit…?”
Aku tak menjawab. Hanya menggelengkan kepala sambil meminta pinggulnya maju lebih jauh lagi.
“Tahan bentar ya Sayang…” Sahut Dimas yang kali ini, menekan pinggulnya lebih rendah lagi dan mencoba memasukkan kontolnya sedikit demi sedikit.
“Hhheeeegggggghhhh….” Kepalaku terangkat ke atas. Melihat kontol besar suamiku yang perlahan menghilang, masuk kedalam memekku.
“Tahan ya Sayang…” Ucap suamiku sambil mengangkat lagi pinggulnya.
Lagi-lagi, air mataku menitik diujung kelopak mataku. Namun, buru-buru kuseka, dan tersenyum kearah Dimas yang mulai menyadari ketakutanku. “Langsung sodokin aja kontolmu, Sayang…”
“Bener…?”
Aku hanya mengangguk. Sambil menggigit bibir bawahku.
CLEEEEEEPPPPPPPPPPP
BREEEEEETTTTT.
“HHHEEEEGGGHHH…AAAAAAAARRRGGGGHHHHHH…” Jeritku spontan saat Dimas menekan kepala kontolnya dan menyodok lubang memekku dengan tiba-tiba.
CLEEEEEEPPPPPPPPPPP
BRRREEEEEETTTTT.
“Heeeeggghhhhh… Sayanggggggg….” Erangku sambil menggeretakkan gigiku.
“Uuuuhhh…. Kontolku… Bisa masuk Sayang…” Girang Dimas.
“Hhhhhhhhhh…. Udah-udah, Sayang… Udah….” Erangku saat merasakan kontol Dimas semakin lama, semakin dalam menembus memekku. “Hhhhhh….Hhhhhh….Hhhhhh….Hhhhhh….
Hingga akhirnya.
PLEEEKK
Pangkal kontol Dimas, menabrak bibir memekku.
Menandakan jika kontol besarnya, bisa masuk seluruhnya di lubang kenikmatanku.
GILAAAAAAA
“Ternyata, batang kontol sebesar itu, bisa masuk kedalam memekku…!!” Jerit batinku saat melihat hilangnya kemaluan Dimas dari pangkal pahanya, “Berarti… Sekarang aku sudah tak perawan lagi…?”
Seketika itu, akupun merasa lega.
Bangga.
Sekaligus terharu.