Keterusan – Ep 22 – Bertemu Dimas

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Cerita Dewasa Indonesia Terbaru

38453236002B374F265A.jpg

Empat bulan berjalan tanpa arti sejak perpisahanku dengan Dio. Membuatku harus berpikir keras karena dengan tak adanya Dio, benar-benar membawa dampak yang cukup signifikan dihatiku. Terlebih, mengingat hubunganku dan dirinya yang sudah begitu akhrab dan serius. Bahkan saking seriusnya, beberapa bulan lagi aku sudah menetapkan hati untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Namun akhirnya kandas.
Aku tak bisa membayangkan, bagaimana cara Dio menyampaikan kepada orangtua dan keluarga dekatnya mengenai batalnya pernikahan kami. Apakah dia bilang jika aku adalah gadis binal?

Atau dia bilang aku adalah gadis yang sering ngocokin kontol banyak lelaki?
Atau dia bilang kalo aku suka mandi pejuh dan nyedotin mani kontol mantan-mantanku hingga kering.

Akan tetapi, Dio sepertinya tak mungkin mengatakan hal itu. Karena hingga saat ini pun, aku masih berkomunikasi dengan beberapa keluarga intinya. Hanya saja, memang aku sudah tak pernah mendengar kabar Dio lagi secara langsung.

Beruntungnya, setelah putusnya hubunganku dengan Dio, aku dipindah ke bagian lapangan. Yang bisa membuatku tak memikirkan tentang kontol lelaki. Karena jujur, selama empat bulan itu, aku sama sekali tak menikmati batang kejantanan lelaki manapun.

Di secuil hatiku pun, aku juga merasa agak trauma mengenai kelamin lelaki itu. Sehingga membuatku sedikit banyak harus agak menjaga diri dengan lelaki manapun yang ada disekitarku.

Meskipun jujur, aku benar-benar mati kutu karena kangen luar biasa dengan apa yang namanya seks.
Hingga suatu saat, aku bertemu dengan Dimas Mulyadi. Staf senior lapangan dari divisi di gedung sebelah. Lelaki hitam manis bertubuh tambun dan besar yang sangat baik hati. Yang meskipun banyak wanita lain tertarik padanya, akan tetapi menurutku biasa-biasa saja.

Dan seiring berjalannya waktu, mulai membuatku akrab, dan terkesan kepadanya

Dimas, menurutku tak terlalu ganteng jika dibandingkan dengan mantan-mantanku dulu. Akan tetapi wajah teduhnya membuatku nyaman saat berada di dekatnya. Dan lagi, ia kelihatan belum punya banyak pengalaman soal perempuan.
Sehingga membuatku merasa aman ketika berada di dekatnya.
Yah, meskipun itu artinya, aku harus memendam rasa ketika ingin bisa melampiaskan hobby cabulku padanya. Karena terhalang oleh sikapnya yang polos dan malu-malu.

38453236002B374477F3.Jpg

– – – – – – –

Suatu ketika, kantorku tiba-tiba mendapat pekerjaan luar kota yang mengharuskanku visit ke setiap cabang. Totalnya ada 24 cabang, dan beberapa diantaranya, benar-benar jauh dari ibukota.

Awalnya aku menolak karena itu berarti aku harus menghabiskan banyak waktuku ke tempat-tempat asing yang belum pernah aku kunjungi. Akan tetapi ketika aku tahu jika salah satu partner yang akan menemaniku visit adalah Dimas, aku langsung menyetujuinya.

Fasilitas yang kudapatkan saat visit, ternyata cukup lumayan. Karena hampir seluruh team yang bertugas, diberi fasilitas menginap hotel tak jauh dari kantor cabang. Tentunya, kamar yang kami tempati, disesuaikan dengan jenis kelamin masing-masing karyawan.

“Makan diluar yuk, Mel…” Pinta Dimas saat kami selesai audit salah satu kantor cabang.
“Aku capek, Mas… Palingan aku balik hotel dulu ya…” Ucapku menolak karena memang saat itu, tubuhku lemas karena terlalu banyak mikir. Terlebih, aku juga agak malas untuk makan diluar karena ingin segera rebahan untuk istirahat.

Sesampai di kamar, aku segera mengganti pakaian kerjaku. kemudian mandi. Setelah itu, beranjak tidur dengan daster bali kegemaranku. Dan seperti biasa, menyempatkan diri bermain sosmed, sembari menunggu kedua mataku mengantuk.

KRRINGGG KRRRRINNNGGG
Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Dan terdapat nama Dimas disitu.

“Ya, Mas…? Tanyaku bertanya dengan suara serak karena kantuk.
“Udah tidur…?” Sahut Dimas dari ujung telephone
“Kalo aku masih ngejawab, itu artinya apa…?” Ucapku sedikit jual mahal.
“Hehehehe…”

“Ada apa…?” Tanyaku lagi.
“Ummmm… Aku sedang ada di minimarket nih… Lagi arah balik… “ Ucap Dimas lagi, “Kira-kira kamu dibeliin cemilan apa…?”
“Aku udah kenyang, Mas… Nggak usah deh.” Jawabku malas, “Lagian malem-malem gini nyemil, bisa makin bulet aku nanti…”
“Hmmmm.. Gitu ya…? Kalo nggak, temenin makan dikamar aja yuk… Ngobrol sampe pagi…” Sahutnya lagi mencoba ramah.

Sebenarnya saat itu aku sudah begitu malas untuk keluar kamar. Akan tetapi karena yang mengajak adalah senior yang berperan penting di karir kerja aku, maka kupaksakan diri ikut ajakannya.
“Nggggg… Iya deh…. Tunggu sebentar….” Balasku mengakhiri panggilan.

Segera saja kubergegas beranjak dari kasur. Bangkit dari tidur dan mengambil hapeku. Kucatut penampilanku ke cermin di sudut kamar hotel, sambil berpikir. “Apakah aku harus mengganti pakaian yang lebih sopan…?” Tanyaku saat menyadari, dua bulatan mungil ditetekku terlihat jelas. Tercetak di kain dasterku yang tipis. “Pake cardigan ajalah… Males kalo harus ganti baju lagi…” Sambungku yang kemudian mengenakan pakaian tambahan guna menutup kepolosan tubuhku.

Aku merasa, masih harus benar-benar menjaga image ke Dimas. Karena tak mungkin sekali, menunjukkan sifat nakal dan liarku kepada lelaki yang baru dekat denganku itu. Bisa-bisa, setelah tahu jika aku suka kontol, Dimas langsung menjauhiku, seperti Dio.

TOK TOK TOK
Kuketuk pintu kamar Dimas. Dan tak lama kemudian, lelaki hitam manis itu membuka pintu sambil tersenyum lebar. “Masuk, Mel…” Ucapnya yang langsung membuka lebar pintu kamarnya dan mempersilakan aku masuk.

Kamar yang Dimas tempati, ternyata sama seperti kamarku. Hanya saja, dikamar ini menggunakan tempat tidur yang berbeda dengan kamarku. Kamar Dimas, menggunakan dua buah tempat tidur yang dipisahkan oleh meja nakas kecil di samping kepala dipannya.

Sementara dikamarku, tempat tidurnya hanya satu. Namun lebar sekali.

“Mau nyemil apa…?” Ucap Dimas yang dengan ramah, mengeluarkan seluruh belanjaannya dan meletakkan dimeja kecil dihadapanku.
“Aaaahhh. Apa aja, Mas…” Ucapku sambil melihat-lihat cemilan itu satu persatu.
“Eeeehhh… Ada Mbak Melati toohhh…” Ucap Teguh yang tiba-tiba keluar dari arah toilet. Sepertinya ia baru mandi karena keluar ruangan hanya dengan mengenakan handuk kecil yang menutupi setengah tubuh telanjangnya.
“SSSSRRRRRRRRRR….” Dadaku seketika berdesir saat melihat tubuh Teguh yang masih meneteskan sisa-sisa air mandinya. Ditambah aroma sabunnya yang semerbak, membuat hidungku nyaman karena mencium kesegaran yang menenangkan hati.

Melihat teman Dimas yang mondar mandi setelah mandi, secara perlahan membuat birahiku yang sudah lebih dari empat bulan tak tersentuh oleh lelaki, naik. Menatap jenis tubuh Teguh yang kurus kering, perutnya yang ramping mengotak, serta pahanya yang berotot, aku yakin jika Teguh itu memiliki kontol yang besar.

“Dimakan cemilannya, Mel…” Ucap Teguh yang menyadari tatapan mataku, “Ntar kalo ngeliatin aku mulu, lama-lama naksir loh…” .
“Eehh.. Iya…” Jawabku buru-buru mengalihkan pandanganku. KAMPRET.

“Wangi bener, Guh….” Ucap Dimas saat mendapati teman sekamarnya menyemprotkan pengharum tubuh secara berlebihan. “Mau keluar lagi…?”
“Mau kencan…!” Serunya sambil tertawa renyah.
“Sama Nuri…?” Tebak Dimas, “Dadakan banget…?”.

“Iya… Hehehehe… “ Jawab Teguh yang masih terus menyemprot parfum ke tubuhnya, “Gatau tuh… Mungkin karena dia lagi jauh dari lakinya…”
“Istri orang ituuuu…” Sahut Dimas lagi.
“Yeeeee…. Orang dia yang ngajak kok….” Balas Teguh santai.
“Pake kondom…!” Celetuk Dimas mewanti-wanti.
“Hehehehehe… Kalo itumah , udah selalu siap sedia… Aman…!!” Cengir Teguh sambil menepuk-nepuk kearah dompet yang ada dipantatnya. “Kamu juga, Dim… Jangan kasar-kasar kalo maen… Anak orang iiituuuuhhhh…” Sambung Teguh sambil melirik genit kearahku.

“Aaaahhh. Taaaeeeekkk… “ Sahut Dimas, yang secara reflek melempar bantal kearah Teguh.
“Hahahahaha… Yaudah, aku cabut dulu…” Ucap Teguh tertawa terbahak-bahak, “Kalo mau pake kasur aku, gapapa kok… Malem ini aku ga balik kamar… Jadi kalian bisa bebas mau ngapa-ngapain di kamar ini… ”
Hehehehe….”

CKLEK
Sepeninggalah Teguh, aku dan Dimas, terlarut dalam diam. Kami berdua bingung harus membahas topik apaan. Terlebih setelah mendengar kalimat celetukan Teguh yang begitu vulgar, membuat kami berdua sedikit malu.

Sembari berbincang, kulihat, lebih dari lima kali mata Dimas menatap terus kearah tetekku. Mencari tahu mengenai bulatan lembut yang kusembunyikan dibalik daster tipisku. Dan dari tatapan matanya yang selalu menghindar ketika berbicara, membuatku makin gemes melihat lelaki cupu satu ini.
“Pegang aja, Mas… Gausah penasaran gitu…” Ucapku yang entah darimana, mengamit tangan Dimas dan meletakkannya di kedua dadaku. Aku tak tahan lagi dengan sikapnya yang pasifnya. “Remes aja… Dia gak bakalan ngegigit kok…” Lanjutku sembari meraih kepala lelaki hitam manis itu dan kucium bibirnya pelan.

Perlahan, lelaki cupu dihadapanku itupun mulai bisa menguasai keadaan. Tangannya mulai meremas dadaku perlahan perlahan menyelusup kedalan dasterku, “Kamu ga pake beha…?”
“Ohhhh…Khan… Aku tadi mau tidur… Hhhh…” Lenguhku saat tangan besarnya mulai mempermainkan tetekku dengan kedua tangannya. .

Perlakuan Dimas pun mulai agresif, membuatku juga ikutan tidak tahan. Kudorong tubuh Dimas mundur hingga terlentang diatas kasur. Setelah itu, lalu kutindih tubuhnya sembari menciumi bibirnya yang tebal dengan nafsu. Dan dengan rasa malu yang sudah kabur kemana, mulai gesekkan memekku kearah selangkangannya yang sudah mengeras.

Tangan Dimas, tiba-tiba meremas pantatku. “ Kamu ga pake celana dalem juga…?”
“Khan… Aku tadi mau tidur… Hhhh…”
“Jadi dari awal tadi, kamu beneran udah ga pake daleman sama sekali…?” Kaget Dimas yang terus meremas dan menggoyangkan pinggulku, “Nakal banget deh kamu…”

Merasa birahi diantara kita sudah meninggi, langsung saja kubuka cardigan dan dasterku hingga telanjang bulat. Mata Dimas melotot. Jakunnya bergerak naik turun melihat tubuh telanjangku. Tanpa meminta ijin, kutarik kolor beserta celana dalam Dimas hingga lepas dan kulempar ke sudut ruang hingga terlihatlah kontolnya yang sudah ngaceng sepenuhnya.

“Besar…” Ucapku saat melihat kontol hitam berkepala merah yang sudah siap memberiku kenikmatan. Hampir mirip dengan kontol Dio, namun lebih gemuk. Hanya saja tak sebesar kontol Fadil. Lagi-lagi, kupanjat tubuh setengah telanjang Dimas dan kuciumi bibirnya dengan nafsu yang sudah begitu membara. Kutekan tetekku ke dadanya hingga gepeng, lalu kugoyang pinggulku lagi. Menggesekan memekku yang semakin basah, ke sepanjang batang kontolnya.

SLEEK SLEEK SLEEK SLEEEK.
Namun, aku harusnya tak boleh terlalu mengharapkan lelaki yang memang masih cupu, karena tak sampai dua menit memekku menggesek kontol Dimas, ia pun tiba-tiba meraung panjang.

CROOOTT CROOOTT CROOOCROOOTT CROOOTTT CROOOTTT
Air maninya menyembur kencang. Membasahi perut dan sebagian dada kami berdua.

“Ah… SIAL. Memekku diajak bercanda oleh kontol perjaka….” Kesalku yang merasa kembali tergantung oleh nafsuku yang terlanjur melambung.
“Memekmu enak banget, Mel… Hhhhh…. Hhhhh…. ” Ucap Dimas sambil mencoba mengatur nafasnya yang masih memburu. “Maap yaaa.. Aku gak kuat…”
“Iya… Santai aja, Mas…” Sahutku menyembunyikan rasa kecewa dan buru-buru ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku dari semburan pejuh lelaki cupu itu.

Setelah dari kamar mandi, kulihat Dimas sudah tertidur lelap. Sepertinya ia benar-benar kelelahan karena aktifitas yang kami lakukan seharian kemarin. Saking lelahnya, ia sampai tak sempat mengenakan pakaiannya kembali dan tidur dengan bibir tersenyum lebar.

Ingin rasanya kubangunkan lelaki tambun ini dan memintanya memberikan kepuasan serupa kepada memekku. Namun melihat dengkur halus dan ketenangan tidurnya, aku jadi tak tega. Terlebih Dimas mulai mengigau sambil menyebut-nyebut namaku, membuatku jadi terharu dan langsung menyelimuti tubuh setengah telanjangnya dengan selimut dari kasurku.

38453236002B3749D5B3.Jpg

– – – – – – –

Keesokan paginya, aku terbangun karena mencium aroma sarapan yang sudah tersaji lengkap di ujung kaki tempat tidur.

“Selamat pagi putri tidur…” Seru Dimas sambil tersenyum menatap kearahku, “Karena kamu tidurnya nyenyak banget, aku jadi ga tega bangunin kamu, Mel… Jadi… Kubawakan aja sarapan buatmu…”
“Emang bisa sarapan dibawa ke kamar…?” Tanyaku heran, karena memang sarapan hotel, kebanyakan tak bisa dibawa keluar dari resto.

“Lhaitu diatas meja apaan coba…” Jawab Dimas malu-malu, “Dan karena aku gak tahu kamu suka makanan apaan, aku pesenin aja semuanya buat kamu….”
“Kamu pesenin…? Tuh khaaaannn… Aku tahu, Mas… Karena gak mungkin sarapan segini banyak bisa dibawa kedalem kamar…” Kagetku melihat setidaknya ada 4 menu makanan utama, 6 makanan penutup dan 5 jenis minuman yang berbeda dimejaku, “Ihhhh…. Bukannya ngebangunin aja… Khan sayang, kalo kamu jadi beliin ini semua, Mas…?”

“Aku suka lihat kamu tidur, Mel…” Ucap Dimas sambil tersenyum.
“Aalaaaaah… Bisa aja bilang suka liat aku tidur… padahal.. Kamu suka khan… Lihat tubuhku yang telanj….” Aku baru sadar, jika tubuhku terbungkus selimut ketika aku bangun. Sehingga tak jadi meneruskan cibiranku.

“Aku khawatir kamu masuk angin. Jadi aku selimutin kamu aja…” Ucapnya sambil menyodorkan daster dan cardiganku yang sudah terlipat kepadaku, “Nih… Pake baju dulu gih… Nanti setelah ini kita makan bareng…”
“Hmmmm… Aku biasa sarapan di hotel… Sambil telanjang, Mas… Jadi biarin gini aja…” Celetukku sedikit berbohong, “Toh kamu sebelum nutupin badan aku pake selimut, aku yakin udah puas ngelihat tubuh telanjang aku khan…”
“Eeeehhh… Enggak.. Aku.. Aku…”
“Pasti juga, kamu udah photo-photo dan videoin badan telanjang aku dan menyimpannya di gallery handphone kamu khan…? Hayoooo.. Ngaku aja, Mas…” Godaku sambil turun dari tempat tidur dan mengambil cemilan dari meja saji.

“Enggak-enggak… Aku ga setega itu, Mel…” Jawab Dimas sambil dengan wajah pucat.
“Hahahahaha… Aku becanda kok, Mas…” Seruku lagi yang tertawa geli melihat kepolosan sikap lelaki dewasa dihadapanku ini.
“Ohhhh… “ Jawabnya singkat dengan wajah tersipu dan melengoskan pandangannya.

Huuu.. Dasar bocah lugu.

“Kamu udah mandi, Mas…?” Tanyaku setelah menghabiskan 3 cemilan dipiring.
“Ngggg.. Belom…” Sahutnya masih malu-malu.
“Aku numpang mandi dikamarmu yaaakk…?” Tanyaku yang tanpa menunggu jawabannya, buru-buru melangkah dengan tubuh telanjang bulat ke kamar mandi. Mencoba menahan senyum karena melihat tingkah kikuknya yang malu-malu melihat kepolosan tubuhku.

Melihat tingkah Dimas yang begitu cupu, entah kenapa hatiku jadi berdebar tak menentu. Bibirku tak henti-hentinya tersenyum melihat kebingungan lelaki super baik yang pastinya sedan gelisah didalam kamar hotelnya. Dan anehnya, aku jadi ketagihan untuk menggoda keimanan senior kantorku itu.

“Masss… Sabun habis ya…?” Tanyaku saat tubuhku sudah basah karena guyuran shower.
“Hmmmm… Dirak sabun, Mel… “ Jawabnya dari luar kamar mandi.
“Sini deh… Kayaknya udah… Habis…” Sahutku mencoba memanggil Dimas untuk masuk kedalam kamar mandi. Padahal, sabun cair itu sengaja aku buang semua, supaya ada topik pembahasan.
“Sebentar, aku coba telp resepsionis dulu deh…” Ucap Dimas sigap yang segera menghubungi pihak hotel.

”Nih… Sabun baru…” Ucap Dimas dari luar kamar mandi.
”Masuk aja, Mas….” Sahutku.
“Masuk…?” Ucap Dimas yang meskipun ragu, tetap memutuskan untuk membuka sedikit pintu kamar mandiku dan menjulurkan tangannya masuk. Menyodorkan botol sabun cair kepadaku.

“Sabunin aku sekalian ya… Tanganku gabisa gosokin punggung…” Ucapku yang kemudian menarik tangan Dimas kedalam kamar mandi.
“Eeeehhhh…?” Kagetnya saat melihat tubuh telanjangku yang mengkilat basah karena guyuran air. Matanya melotor saat menatap kearah tetek dan puting susuku yang sudah mengeras.

“Kenapa, Mas…?” Tanyaku sambil pura-pura menutupi tetekku memang sudah membesar dari dulu, “Kok ngeliatin aku kaya gitu…?”
“Sumpah, badanmu bagus banget…”

“Halaaaah bassiii…” Ucapku mencela sambil membuka baju lelaki didepanku, “Sini Mas, Sekalian mandi bareng aja yuk..”

Tanpa berkata-kata lagi, Dimas segera melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Namun, begitu kontolnya terbebas, ia buru-buru menutup kemaluannya itu dengan kedua tangannya.

“Iiihhh… Ngapain ditutup segala sih…?” Ucapku sambil menepis tangan Dimas dan menarik kontolnya yang sudah menjulang, mendekat kearahku.
“Eeeehhh…”
“Yuk… Sabuni punggungku….” Ucapku sambil menuangkan sabun cair ketangan Dimas, “Jangan bengong disitu aja…”

Dengan tangan gemetar, Dimas mengusap sabun dan mulai menggosok tubuhku. Mengusap pelan punggung, pinggang hingga ketiakku dengan malu-malu. Culun sekali perlakuan lelaki tambun ini. Malu-malu, namun berharap bisa mendapatkan kenakalanku lebih jauh.

“Sekarang… Depannya juga ya, Mas…” Pintaku yang tiba-tiba memutar tubuhku. Sehingga sekarang tetek telanjangku benar-benar menghadap kearahnya.
“De… Depannya…?” Kagetnya dengan wajah memerah. Dan jakun yang lagi-lagi naik turun.
“Iyalah… Tetek aku juga pengen disabunin…” Ucapku santai sambil menaikkan kedua tanganku. Memamerkan kebulatan dadaku beserta putihnya ketiak tanpa rambutku.

”Mmmm… I… Iya….” Sahut Dimas menjawab dengan gugup saat tangannya mulai mengusap-usap dadaku. Meremas pelan, dan mulai memilin-milin putingku hingga membuatku mulai terangsang.
“Sekarang, giliranku mandiin kamu ya, Mas… “ Ucapku yang tak tahan dengan ledakan birahi dalam dada, langsung mengusap tubuh lebarnya.
“Ga… Gausah, Mel…” Kikuk Dimas berusaha menyingkirkan usapan tanganku pada tubuhnya.

“Sssstttttt…“ Hardikku sambil sedikit melotot namun terus tersenyum kearahnya. “Udah… Kamu diem dulu aja ya, Mas….” Sambungku yang kali ini usapan tanganku mulai turun kearah selangkangannya.
“Ja… Jangan, Mel…” Pinta Dimas yang langsung mengamit tanganku saat kepala kontolnya yang sudah memerah itu tersenggol olehku.
“Sssstttttt…“ Hardikku lagi sambil mulai mengocok kontolnya lembut.

“Ngggghhh… Meeeelll… Uuuhhhhh… “ Lenguh Dimas merem melek saat tanganku terus bergerak naik turun di batang kontolnya.”Sssshhhh.. Ooohh…. Meeell… Geli… “
“Enak, Mas…?”
“Ho’ooohhh… Geli banget… Tapi… Oooohhhh… Eeennak….” Sahutnya malu-malu.

“Dasar. Semua tuh cowok sama saja…” Batinku yang kemudian jongkok didepan kontol lelaki polos ini. “Meskipun lagaknya malu-malu, tetap saja mau saat kontolnya kusepong…” Batiku lagi sembari Menyemprot sisa sabun di kemaluannya, kemudian kumasukkan semua bonggol kepala kontolnya ke dalam mulutku.

HAAAAPP
“AAAHHHHHH…” Lenguh Dimas dengan mata yang terus memperhatikan kontolnya keluar-masuk di mulutku. Merasakan kenikmatan sedotan mulutku saat kejantanannya kukemot pelan-pelan, “Enak banget Meeelll…”.

SLUUURRRRPPP.
Dengan ganas, kujilati seluruh batang kontolnya. Mulai dari kepala, hingga ke biji pelernya. Menyucup air mazi yang mulai keluar dari mulut kontolnya hingga habis. Dan akhirnya kutelan bulat-bulat seluruh kejantanannya hingga masuk kedalam mulutnya.

GAAAAGGGG… GAAAAGGGG… GAAAAGGGG…
Suara mulutku berdecak becek saat melahap habis batang kontol Dimas hingga hidungku menabrak kerimbunan jembutnya.

Namun, belum juga aku mengerahkan seluruh kemaluan mulutku, tiba-tiba tubuh Dimas mulai bergetar. Pahanya mengencang, dan biji pelernya mulai mengedut. Tanda jika organ kemaluannya ini mulai memompa sperma untuk segera disemburkan.

“Hmmmm.. Si CUPU ini sepertinya bakalan mau ngecrot nih…” Seru batinku sambil memperkuat hisapan mulutku. Kuremas batang kontol besar Dimas, memutar-mutar dan menggerakkan naik turun. Sehingga membuat pantat lelaki culun ini ikutan maju mundur layaknya orang bersetubuh.

CLAK CLAK CLAK CLAK
Suara decak mulutku saat diperkosa kontol Dimas.

Lalu..

CROOOTT CROOOTT CROOOCROOOTT CROOOTTT CROOOTTT
Air maninya menyembur kencang, kali ini, masuk seluruhnya kedalam mulutku.

“Aaaahhhh Meelaaattiiii… Aaaaahhh… Enak banget mulutmu, Meeeellll…” Erang Dimas dengan wajahnya merah padam pada saat pejuhnya keluar dalam mulutku. Tubuhnya mengejat berkali-kali. Sebelum akhirnya limbung, dan menyandarkan tubuhnya disudut dinding kamar mandi, “Wuuoohhh… Meeeelll…. Sumpah, sepongan mulutmu bener-bener nikmat…”

“Masa sih…?” Tanyaku yang kali ini mencoba mengulik pengalaman Dimas, “Sepongan mulut mah gini-gini aja, Mas… Dimana aja sama…“
“Tapi beneran loh… Enak banget…”
“Hehehehe.. Makasih… Ucapku sambil mengucup kepala kontol Dimas lembut, “Emangnya… Sebelum ini… Kontol kamu ini udah pernah disepong, Mas…?”

Wajah Dimas memerah, dan tersenyum, ”Hmmmm.. Adalah…” Jawabnya yang buru-buru mengambil alih kontolnya dari tanganku dan segera menyemprotnya dengan bidet.

“Wuiiihhhh… Ga nyangka loh… “ Jawabku sambil menggeleng-gelengkan kepala, “Ga ngira ya… Aku kirain kamu cowok alim. lohhh… Ternyata punya pengalaman ama banyak cewek juga…” Sambungku sedikit memuji supaya menyenangkan hatinya. Padahal aku kecewa dengan durasi Dimas yang tak terasa. Begitu singkat jika dibandingkan oleh Dio. Apalagi Fadil.

“Hehehe.. Ga banyak sih… Cuman, adalah beberapa…”
“Yaudah… Sekarang gantian ya, Mas…”Ucapku meminta giliranku yang minta kepuasan. Duduk diatas closet dan membuka lebar-lebar kedua pahaku. “Kamu mau khan jilat memek aku…?”

Dimas hanya mengangguk dan tersenyum lebar. Lalu, tanpa kuminta dua kali, ia jongkok didepan selangkanganku dan mulai menciumi kedua paha mulusku secara bergantian. Dicoleknya memekku yang sudah begitu basah, sambil mencicipi lendir yang tak henti-hentinya meleleh dengan jarinya.

“Memek kamu bagus, Mel…” Bisik Dimas sedikit tertegun saat menyibakkan dua bibir kemaluanku dengan jari-jarinya, “Ini memek tercantik yang pernah aku lihat… Dan lendir memekmu, juga enak banget… “ Sambungnya yang dengan tak sabaran, langsung menjilat memekku dengan senang hati.

“AAAAAHHHH…” Akhirnya, setelah penantian selama berbulan-bulan, aku bisa merasakan lagi kenikmatan seks dari lelaki lain. Yang meskipun belum sampai bersetubuh, akan tetapi lumayan-lah, aku bisa melampiaskan sedikit kenikmatan hasrat birahiku.

Setelah acara mandi bersama, aku dan Dimas pun akhirnya memutuskan untuk sedikit nakal. Iya. Kami berdua dengan sengaja membolos dari kantor. Demi bisa menuntaskan birahi kami berdua yang benar-benar butuh untuk dipuaskan. Sampai-sampai, Teguh, teman sekamar Dimas diminta oleh HRD untuk memeriksa kondisi rekannya yang sedikit diluar kebiasaan.

“Eeeeeehhhh ANNNJJIIIMMM…” Seru Teguh saat tiba-tiba balik ke kamar hotel dan mendapati rekan kerjanya sedang rebahan diatas kasur. Merem melek keenakan karena kontolnya sedang kugesek-gesek dengan celah memekku, “Si Kampret ini aku kirain sakit beneran… Eh ternyata sedang enak-enakan ama Melati…”

“Uhhhh… Iya.. Aku beneran sakit, Guh….” Seru Dimas yang tak menghiraukan ledekan rekan kerjanya yang tiba-tiba masuk kekamar, “ Ini…..Melati… Ssssshhh… juga sedang ngobatin aku… Oohhh….”

“Iya… Melati sedang ngompresss kontolmu yang sedang pilek khan…?” Ledek Teguh gantian menyindirku sambil melirik kearah tubuh telanjang serta memekku yang sedang menggesek kontol rekan kerjanya.

“Nitip kantor bentaran ya, Guh…” Pinta Dimas sambil terus meremasi kedua tetek besarku, ”Nanggung banget, lagi enak-enaknya…”
“Iyeee Iyeeeeee… “ Jawab Teguh yang hanya bisa tersenyum memaklumi, “Yaudah… Puas-puasin ajalah kalo gitu…”

“Thanks, Guh…”
“Jangan capek-capek ya, Mel…” Bisik Teguh sedikit memberiku nasehat, “Dan awas, jangan sampe hamil….” Sambungnya sambil melangkah keluar kamar, dan balik kekantor.

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *