Keterusan – Ep 21 – Lanjutan

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Cerita Bokep Cuckold Terbaru

# Akhir Yang Menyakitkan
Keesokan harinya, aku terbangun oleh paparan sinar matahari menerpa wajahku. Menembus kelopak mataku dengan sinar yang benar-benar menyilaukan. Ternyata, aku tidur dengan korden terbuka. Karena sepulang kencan semalam, aku tak sempat menutup korden jendela kamar.

Kugeliatkan tubuh diatas empuknya kasur kost-an. Merenggangkan otot-otot tubuhku yang serasa mengkerut karena rasa kesal akibat pelecehan Dio semalam. Kugaruk ketiakku sambil merasakan kekenyalan tetekku saat tersenggol oleh tanganku.

Astaga. Ternyata aku terbangun dalam kondiri masih telanjang bulat. Mukaku mendadak memerah. Panas dan malu karena menyadari ketololanku malam ini. Bahkan ketika aku melihat lampu kamarku masih menyala terang, seketika itu aku merasa menjadi wanita yang benar-benar teledor.

KAMPREETT…
Meskipun masih ada lapisan fitrase yang menghalangi pandangan mata secara langsung, akan tetapi jika lampu kamar tak kupadamkan, otomatis semua bayangan dan tubuh telanjangku bisa terlihat jelas dari luaran sana.

SIAL. Ini semua gara-gara Dio sialan itu. Semalam, saat pulang ke kamar kost-an, aku diminta keluar dari mobil dengan tanpa mengenakan pakaian sama sekali. Meskipun malam sudah larut, akan tetapi, masih saja banyak orang yang berseliweran disekitaran kost-an.

Apalagi, ketika aku hendak masuk kedalam kamar, kunci pintuku tiba-tiba hilang dari dalam tas. Membuatku harus kembali kemobil Dio dan mencari keberadaannya.

TENG TENG TENG
Dentang jam dinding berbunyi sembilan kali. Menandakan pagi sudah beranjak siang.

“Kruyuk kruyuk….” Suara caring lambungku berteriak kencang saat perutku terasa lapar. Dan aku baru ingat, jika semalam ketika kencan ditaman, aku hanya minum teh kemasan tanpa makan malam sama sekali.

Dengan langkah gontai, aku berjalan menuju dapur kecil diujung kamarku. Mengambil mie instan terakhir yang ada dilemari dan beberapa butir telur bisa kugunakan sebagai lauk tambahan. Namun sialnya, ternyata kemasan mie tersebut sudah berlubang, dan banyak sekali semut yang sudah memakannya duluan.

Akhirnya, kuputuskan untuk mengisi perutku di warung makan yang ada di sebelah rumah kost-an saja. Kuambil tas kerjaku yang terguling diatas meja rias. Mengambil handphone serta dompetku didalam sana, dan segera pergi keluar kamar. Tetapi, saat aku hendak membuka pintu, kulihat ada sebuah amplop yang teronggok diatas lemari nakasku.

Karena penasaran, segera saja kubuka lidah amplop tersebut, dan mengintipnya kedalam. ”Hah…? Duit siapa ini…?” Heranku saat mendapati adanya puluhan lembar uang berwarna merah dengan secarik kertas bertulis tangan yang juga ada didalamnya..

38453236002B366E55C9.Jpg

“Mela… Maap ya buat semalam. Sepertinya aku terlalu keterlaluan padamu karena membiarkan tukang batagor itu menjamah tubuhmu. Dan sebagai permintaan maafku, pake aja uang ini, biar bisa menceriakan hatimu lagi. Love, Dio.”

Ternyata, uang ini ternyata dari Dio.
Buru-buru, kukeluarkan setiap lembaran kertas didalam amplop itu. Dan setelah menghitungnya dengan seksama, paling tidak ada empat juta rupiah yang diberikan Dio padaku.
“Apa Dio bercanda…?” Pikirku mencoba mencari alasan kenapa pacarku yang menyebalkan itu memberiku uang sebanyak ini.

AH BODOAMAT
Seruku langsung menepis semua pemikiran dari kepalaku. Kubuang jauh-jauh semua prasangka aneh yang bisa membuat moodku jadi berantakan hari ini. Oleh karenanya, kuambil tiga lembar uang dari amplop itu, dan segera mengenakan daster tidur andalanku. Setelah itu kuberanjak pergi keluar kost-an untuk membeli makan diwarung bakso Mang Usop.

“Bakso telor sama urat… Gak pake bihun dan sayur… Putihan saja…” Ucapku memberikan arahan kepada lelaki setengahbaya yang melihat kearah tubuhku tanpa mengedipkan mata, “Sama tambah es teh manis… Dua gelas…” Sambungku sambil memilih tempat duduk paling depan yang menghadap kearah jalanan.

Saat baru menghabiskan setengah porsi baksoku, tiba-tiba, terdengar suara orang jatuh. Tepat dihadapanku. 
GUBRAAAAAKKK. Disusul oleh suara barang pecah dan teriakan seorang wanita yang terdengar begitu emosi.

“Makanya… Kalo jalan matanya kedepan…! Jangan jelalatan…!!” Ucap wanita bertubuh gemuk yang buru-buru menjewer telinga pacarnya karena ia terjatuh dan menimpa motornya. Sehingga barang bawaannya banyak yang pecah, karena jatuh terbanting di kerasnya beton parkiran.

“Aduuh aduuhhh.. Enggak kok, Yang… Aku ga ngeliat kemana-mana…” Ucap lelaki tersebut sambil buru-buru menegakkan motor dan memunguti barang-barang bawaannya yang berserakan. “Ini gara-gara standart motornya aja udah rusak… Jadi motornya jatuh sendiri…”.

“Haaalaaaahhh… Alesaaannn… Aku liat sendiri kok… Pake mataku sendiri, Mas… Kamu ngelihatin toket mbak itu sampe ga kedip sama sekali khan…? ” Seru wanita itu lagi sambil menatap sinis kearah tetekku. “Hayo ngaku…!”

Buru-buru, mataku mengikuti arah pandangan mata wanita gemuk itu. Dan ternyata, aku baru sadar jika daster bali-ku yang berbahan tipis ini, tak mampu menyembunyikan dua buah 
‘biji kelengkeng’ yang ada di ujung tetekku. Sehingga membuat mata pacarnya terus menerus menatap goyangan seksi tubuhku.

“Jadi perek kok keluarnya pagi sih mbaak, Mbak… Perek tuh keluarnya malem…! Habis maghrib… Bareng kuntilanak…!!” Celetuk wanita itu yang seolah bicara kepada dirinya sendiri. Akan tetapi aku yakin, jika saat itu ia sedang menyindirku.

Ingin rasanya kurobek mulut wanita gemuk itu. Karena sekilas, aku jadi teringat dengan ucapan Dio semalam yang sering menyebutku dengan istilah perek.

Namun ketika melihat raut wajah kekasihnya yang berulangkali mencoba menelan liur birahinya saat melihat tubuhku, entah kenapa emosi itu tiba-tiba menghilang. Tergantikan oleh sensasi bangga, karena merasa cantik dan seksi.

Dan dari tatapan iri wanita gemuk itu, aku jadi berterima kasih kepada Sang Pencipta karena telah memberiku tubuh yang sempurna seperti ini.
Tiba-tiba, aku ingin membuat situasi yang terjadi, menjadi makin panas. Seolah ingin menantang kejudesan wanita gemuk itu dengan cara yang berbeda.

Secara sengaja, kukibaskan leher dasterku berulangkali, menjadikannya seperti kipas guna menyejukkan dada dan tetekku yang terasa gerah. Dan benar, kekasihnya langsung melirik lagi kearahku. Membuat wanita gemuk itu mencubit pinggang kekasihnya kuat-kuat

Tapi aku masih merasa kurang. Setelah mengibaskan leher daster, sekarang aku menarik leher dasterku turun. Sambil meniup-niupi belahan tetekku yang tanpa beha, supaya semakin terlihat jelas oleh mata kekasihnya.

Kemudian, aku juga menyeka keringat yang mengucur di dahi dengan leher dasterku, sehingga membuat bawahan dasterku naik dan memperlihatkan kemulusan pahaku.

“Matanyaaaa…. Matanyaaaaa….” Seru wanita gemuk itu marah. Karena lagi-lagi, pacarnya menatap tajam kearahku secara sembunyi-sembunyi.
“Ehhh.. Enggak, Yang… Enggak…” Jawab kekasih wanita itu beralasan sambil buru-buru mengalihkan pandangan matanya dari tubuhku.
“Aahhh… Bohong mulu kamu, Yang… Udah aaahhh.. Kita pulang aja….” Kesal wanita gemuk itu sambil berjalan kearah motornya, “Aku gak mau makan disini… !”

Melihat perdebatan antara sepasang kekasih didepanku, aku jadi semakin ingin menggoda keduanya. Dengan sengaja, kerentangkan kedua kakiku yang benar-benar mengarah kearah mereka.

Kunaikkan dasterku dan memamerkan pahaku serta celah selangkanganku yang putihku mulus tanpa rambut kearah mereka.

GUBRAAAAKKK. Lagi-lagi, kekasih wanita gemuk itu jatuh dari motornya. Membuat wanita gemuk itu mencari penyebabnya. Dan saat ia tahu penyebab lelakinya jatuh karena masih mencuri-curi pandang kearah selangkanganku yang terbuka lebar, wajahnya mejadi benar-benar merah padam.

“Aayaaaaaannnngg..!!!!” Jerit wanita gemuk itu makin emosi, namun hanya berani melampiaskan ke pasangannya. Tanpa berani mendampratku sama sekali.

Belum juga satu pertengkaran muda-mudi didepanku selesai, dari arah samping, seorang bapak terpeleset dan menabrak meja dengan kencang.

GGEDEBUUUGGG BRAK… KLONTANG-KLONTANG…
Membuat tumpukan gelas dan botol saos dimeja, jatuh berantakan karena ia tak hati-hati saat melangkahkan kaki. Dan setelah kuamati, bapak itu terjatuh gara-gara ikut melihat kearah paha dan celah di selangkanganku.

HAHAHAHAHAHAHA…
Senang sekali hatiku pagi itu. Bisa mendapatkan hiburan dari lelaki-lelaki hidung belang disekitarku tanpa harus keluar banyak uang. Ternyata memang hampir kebanyakan lelaki memiliki sifat yang sama.

Mata mereka selalu tertarik dengan penampilan wanita yang bening dan bohay. Tak peduli meskipun mereka tua, muda, single ataupun sudah berkeluarga, mata mereka tetaplah sama saja.
Mata keranjang.

38453236002B36Fafb28.Jpg

– – – – – – –

Sesampai di kamar kost-an, kuhempaskan tubuhku di kasur kamarku. Menatap kearah langit-langit kamar dan sedikit melamun. Juga memikirkan mengenai kejadian yang banyak terjadi padaku, akhir-akhir ini.

Kutatap lembaran uang yang berserakan diatas kasurku. Menimang-nimang uang yang begitu mudahnya kudapatkan dari pacarku. Yang membuatku berpikir, “Apakah Dio mengangagpku seperti wanita bayaran…?”.

“Tapi. JIka Dio semudah itu memberi uang segitu banyak, apakah hal itu tak sia-sia…” Batinku sedikit bertanya-tanya. Karena seharusnya Dio bisa dapat memek perek sungguhan yang siap memberinya kepuasan. Bukan denganku. Cewek ‘sok’ perawan sepertiku yang selalu memberinya banyak syarat, demi bisa memasukkan kontolnya ke memekku.

Oh Dio…
Sumpah. Kau membuatku bingung.

38453236002B36F57C40.Jpg

***

Keesokan paginya, aku mendapati pintu kamarku diketuk sesaat sebelum aku berangkat ke kantor. Dan begitu kubuka, Dio berdiri sambil menyungingkan senyum tipis diwajah. Ditangannya ada dua buah kantung plastik berisi sterofoam, yang kuyakini adalah sarapan untukku.

Belum juga sempat menyapa atau berkata-kata, Dio mendorong tubuhku masuk kembali ke kamar. Menutup pintu kost-an kemudian menguncinya. Setelah itu, ia meletakkan kantung makanan itu didapurku dan langsung memeluk tubuhku.

“Dio… ? Ada apa pagi-pagi dateng kesini…?”
“Serangan fajar…” Ucapnya sambil melepas baju, celana pendek, serta kancutnya. Setelah itu ia melemparnya semua kearah tempat tidur.
“Aku mau berangkat kerja iniiihh…” Tolakku
“Udah… Dikost-an sini aja… Temenin aku…” Ucapnya santai dan tersenyum kearahku sambil membuka kancing kemeja kerjaku. “Minta ijin sakit atau apa gitu…” Sambungnya sambil terus membuka rok pendekku hingga menyisakan beha dan kancutku.

“Enggak aaahh… Aku dah kebanyakan ijin…” Protesku berusaha mempertahankan sisa pakaian dalam yang masih melekat ditubuhku.
“Bisalaaahh… Khan kalo sering ijin… Itu tandanya kamu udah biasa…” Ucap Dio yang dengan kasar, memaksaku supaya segera menelanjangi diri.
“Yaaaa…. Ga gitu juga kalii…”Protesku sambil terus memegangi pakaian dalamku sebisanya.

“Kok kamu gak mau aku telanjangin sih…?” Seru Dio yang akhirnya menarik behaku hingga kaitnya hampir putus. “Telanjang gak…?!” Sambungnya dengan mata melotot sambil menurunkan paksa celana dalamku hingga hampir robek.
“Ihhhhsss.. Kasar banget sih…” Balasku yang meskipun ingin protes, akan tetapi menuruti permintaanya. Terlebih karena birahiku mulai menggeliat karena mataku sudah tertuju kearah kontol besar Dio yang sudah ngaceng dan berdiri tegak.

“Aku kangen…” Seru Dio yang setelah berhasil melucuti seluruh pakaianku, langsung menubruk wajahku dan menciumi bibirku dengan brutal.
“Mppphhhhhfff…” Erangku pasrah saat menerima perlakuan kasar kekasihku. Membiarkan lidahnya yang mulai mengajak gulat lidahku. Menjilat daguku. Mengecup leherku dan terus bergerak turun kearah kedua tetekku.

Sejenak, Dio memandanginya dada telanjangku. Kemudian, ia remasnya kencang dengan kedua tangannya. Ia juga menarik-narik pentil tetekku hingga mengeras, tanpa sama sekali mempedulikan rasa keberatanku.

“Aaaaahhh… Sakittt… Dioooo!!” Jeritku protes
“Ihhhhhsss…. Gausah jual mahal deeeeh….!!” Hardik Dio yang secara tiba-tiba menurunkan tubuhnya kebawah. Dan mendorongku mundur hingga terjengkang kebelakang dengan posisi telentang diatas tempat tidurku, “Khan semalem juga kamu dapet enaknya…”.

BRUUUKKK
Melihatku sudah rebah diatas tempat tidur. Dio segera membuka pahaku dan mengecup lubang kencingku. Menjilatnya dari bawah keatas. Dan membuat tubuhku seketika gemetar karena rasa geli yang teramat nikmat.

CUUUPP SLUUURRRPPP
“Aaaaahhhhhh…” Erangku saat lubang kemaluanku mulai mendapat siksaan dari lidahnya.
“Udah becek aja nih memek…” Seru Dio tersenyum kearahku, “Kegatelan ya…?” Sambungnya sambil kembali merojoh rojoh memekku dengan lidahnya.

Untuk beberapa saat, aku merasa seperti sedang diperkosa. Jujur, aku kaget dengan perlakuan kasar Dio pagi ini saat mendapat jilatan lidanya yang beigtu ganas di memekku. Membuat rasa kesalku berubah menjadi gelijang yang begitu nikmat.

“Aaahhh… Dio… Geliiii… Tapi Ooohhh… Enaaakkk… “ Erangku yang secara jujur
“Tumben… Memekmu pesing…? Kamu semalem abis ngelonte lagi…?” Ucap Dio yang membuatku sedikit kaget dan sakit hati.

Karena seumur-umur, aku tak pernah mendapati adanya aroma di kurang sedap di kemaluanku. Dan anehnya lagi, meskipun Dio berkomentar seperti itu, tetap saja ia melahap memekku tanpa henti.

Terlebih, saat Dio mengorek-ngorek lubang kencingku dengan jarinya, membuat pertahananku melunak. Memekku semakin banjir, dan pinggulku makin bergoyang. Seiring dengan gelitikan jemarinya yang terus mencongkel-congkel liang senggamaku.

“Aaaaaahhhh…. Enaaaaakkkk…” Lenguhku kelojotan karena rasa geli-geli nikmat yang kurasakan. Saking enaknya, aku terus-terusan membuka pahaku lebar-lebar. Seolah mempersilakan Dio untuk mengobel dan menjilati memekku lebih jauh. Pinggulku ikut maju mundur. Mengayun gerak jemari Dio yang menggesek lubang pipisku semakin dalam.

Hingga.

CLEEEEEPPPPPP
Dua jari Dio tiba-tiba menyeruak masuk kedalam memekku.

“AAAAAAAHHHHHHH…. SAAAAYYYYAAAAANNNGGGGG….!!!” Aku mengerang. Menjerit kencang karena merasakan perih yang cukup menggigit dari lubang kemaluanku. Dengan spontan, kujambak rambut Dio dan berusaha menarik jari tangan kekasihku itu dari lubang memekku.

Akan tetapi karena Dio buru-buru menjilat dan menyucup biji itilku, membuatku kembali terlena dengan kenikmatan oral seks darinya.

SLUURRPP… SLUURRPP… SLUURRPP…
Lagi-lagi, aku mendesah keenakan. Seolah melupakan rasa pedih dan perih yang beberapa detik lalu baru kurasakan. Lidah Dio, menggaruk-garuk memekku yang benar-benar gatal. Melahap bibir memekku seperti sedang mencium bibirku.

Menyedot-nyedot hebat itilku sembari terus mempermainkan jarinya didalam lobang memekku. Dan karena mendapat kocokan jari Dio di dalam memek, membuatku lupa untuk mempertahankan keperawanan.
“Masa bodoh dengan keutuhan selaput daraku….” Pikirku sambil terus menikmati perlakuan kasar Dio pada memekku, “Rusak atau enggak… Itu bisa dipikirkan nanti….”

Tiba-tiba, tubuhku mengejang dan pantatku terhempas naik turun. Aku menggila karena kenikmatan ini. Punggungku melengkung, dan kepalaku terdongak ke atas. Memekku benar-benar terasa gatal karena perlakuan cabul Dio yang tak kunjung berhenti.

CREEET CREEET CREECREETT CREEETTT CREEEETTTT
Kupejamkan kedua mataku rapat-rapat. Sambil berteriak histeris, “Aaagghhhhhh… DIIIIIOOOO…!!!”

Kurasakan, memekku mengejan. Otot kemaluanku mengedut. Dan disusul dengan cairan aneh yang selalu menyembur saat memekku berkontraksi.

SEEEERRRR… SEEEERRRR…SEEEEEEEERRRR…
Cairan memekku benar-benar menyembur dengan kuat. Dan membuat tubuhku sedikit kejang dalam posisi melengkung. Sampai pada akhirnya, aku terhempas hebat ke kasur dengan nafas tersengal dan keringat yang membasahi tubuhku.

“Enak Sayang…?” Senyum Dio yang sekilas terlihat mengejekku.
“Hhhhh… Enaaaakkkk…. Hhhhh… Hhhhh… “ Jawabku sambil berusaha mengatur nafas.

“Yuk…! Sekarang giliranku….” Ucap Dio yang tanpa aba-aba, menarik jarinya dari dalam memekku. Menarik tubuhku yang masih telentang lemas tak bertenaga, untuk segera jongkok didepan kontol besarnya, “Gantian… Sekarang buruan…. Buat kontolku ngecrot…”

Meskipun aku merasa jika tubuhku masih merasa lemas, kupaksakan saja diriku bangkit dan duduk menghadap kontol kekasihku. Kuraih batang kontolnya yang berurat itu, lalu kuremas-remas gemas. Kemudian, kumasukkan kontol keras itu ke dalam mulutku.

HAAAAPP
Kugerakkan kepalaku naik turun. Mengocok kontol Dio dengan mulutku. Sesekali, kuhisap kuat-kuat mulut kontolnya sebelum kukocok lagi dengan mulutku. Kujilati kepala kontolnya , lalu kuhisap dengan lidah yang ikut berputar-putar mengitari leher kontolnya.

CLOK CLOK CLOK
Suara kocokan kontol Dio dalam mulutku.
“Aaaahhh… Mulut lonteeee… Memang bener-bener enaaakkk…” Pekik Dio keenakan. HIngga tak lama kemudian, kurasakan kontol itu makin mengeras dan mengedut hebat. Menandakan jika orgasmenya mulai mendekat.

Buru-buru, kumasukkan kontol dio ke dalam mulutku, supaya semburan pejuhnya tak memancar kemana-mana. Namun saat Dio hendak orgasme, tiba-tiba ia merebut kontolnya dari tanganku. Mencabut kontolnya dari mulutku dan mengocoknya dengan kecepatan tinggi.

“Oooohhh… Sayang… Ssshhh.. Aku mau keluaaar…!!!” Ucap Dio tak tahan lagi. Tubuhnya melengkung-lengung. Sambil terus mengarahkan kepala kontolnya kearahku. “Buka mulutmu, Sayang… Oohhh ANNJIIIMMMM…. Terima semburan pejuhku…. LONTE CANTIKKUUU…!!!”

CROOOTT CROOOT CROOOCRRROOTT
Lima semburan cairan lengket hangat nan licin, menerpa wajahku. Di dahi, di mata, di hidung dan mulutku. Setelah itu, Dio tiba-tiba mendorong tubuhku hingga tidur telentang sambil terus mengocok kontolnya.

CRROOOTTTTT…. CRROOOTTTTT… CRROOOTTTTT
Enam semburan pejuh Dio berikutnya mengarah ke leherku. Tetek dan berakhir di pusarku. Sepertinya Dio sengaja menjeda orgasmenya karena ingin menyiram sekujur tubuhku dengan air maninya.

Jujur, aku kaget dengan kelakuan Dio yang seperti ini. Meskipun aku juga mendapatkan kenikmatan dari cara bersetubuhannya yang kasar, akan tetapi pikiranku terus bertanya-tanya didalam hati. Berbaring lemas, melihat Dio yang hanya tersenyum melihat kekacauan ditubuhku.

“Udah ahhhh.. Aku pulang dulu ya Sayang…” Ucap Dio yang kemudian buru-buru bangkit dari kasurku. Meraih baju kerjaku dan membersihkan kontolnya dengan santai.
“Dio.. Iiihhh…. Kok kamu ngelap kontol pake baju kerjaku, siiiihhh…” Kesalku yang segera menyambar kemeja itu dari tangan Dio

“Hehehehe.. Yaudah.. Nanti aku beliin lagi…” Jawabnya tak mengindahkan kalimatku. Sekarang ia menyambar rokku, dan menggunakannya lagi untuk membersihkan kontolnya.
“Diiioooo…!!! Kok kamu sekarang nyebelin banget sih…!!” Hardikku. Yang lagi-lagi menyambar rok kerjaku, “Kamu tuh makin kesini… Makin aneh deh…”

“Aneh…?” Ucap Dio seolah tersinggung.
“Iya aneh… !!! Kamu tuh sekarang kaya ga nganggep aku pacarmu lagi…” Kesalku akhirnya meledak.
“Trus…? Kalo aku kaya gini… Kamu mau apa…?” Balas Dio yang tiba-tiba ikut kesal, “Kamu mau kita udahan…? Kamu mau kita putus…?”

Aku kaget mendengar kalimat Dio. Buru-buru bangun dan menatap wajahnya yang penuh emosi.

“Kenapa liat-liat…?” Tantang Dio yang segera mengenakan pakaiannya lagi.
“Nih… Denger ya, Mel… “ Ucap Dio mulai menjelaskan, “Jujur… Sebenernya pacaran sama kamu tuh seru. Menyenangkan, dan mendebarkan. Cuman… Akhir-akhir ini, aku merasa jika kita tuh lebih baik temenan saja… “
“Haaahh…? Temenan saja…?” Ulangku kaget, “Terus…? Rencana menikah kita…? Pertemuan keluarga kita…? Uang yang udah disetor untuk pesta dan acara…?”

“Justru itu… Berhubung kita jadi temenan… Sepertinya kita gausah menikah…” Ucap Dio dengan nada yang mulai santai, “Karena kalo dipikir-pikir…. Kamu tuh cuman enak buat dicabulin… Bukan enak buat dinikahin…”
“Mak…Maksudnya…?”

“Iya… Biarpun aku merasa cocok denganmu… Aku merasa kok kamu agak-agak serem ya buat aku jadiin istri….” Jelas Dio tak masuk akal, “Bayangin… Sebelum kenal aku, kamu tuh udah nyobain banyak kontol… Terus kalo aku lihat, kamu gampang banget sange… Dan yang paling mencurigakan, memekmu gak berdarah saat kutusuk pake jari tanganku…”

“Itu artinya… Kamu sudah gak perawan lagi khan, Mel…? Kamu cuman cari lelaki yang kontolnya cocok buat masuk kedalam memekmu…” Sambung Dio panjang lebar, “Meskipun kuakui, susah banget nyari perempuan yang bisa bikin aku dan kontolku enak kayak kamu… Akan tetapi, beneran deh… Aku gak bisa nikah dengan wanita sepertimu…“

“Kok…? Bisa-bisanya kamu mikirnya kaya gitu…?” Tanyaku dengan bibir gemetaran. Mataku memanas. Dan hidungku mulai berasa gatal, “Aku gak mau dientotin, bukan karena aku pilih-pilih kontol, Dio… Itu karena, memang memekku masih perawan..!!”.

“Hehehe… Iyaaaa… Kamu bebas kok bilang perawan ke cowok mana aja…” Balas Dio, “Tapi hal itu gak berlaku lagi untukku…”
“Terus…? Kamu maunya gimana…?” Tanyaku lagi, “Kamu mau ngentotin memekku sekarang…?”
“Nggggg… Pengen banget sih… “ Jawab Dio, “Cuman sayangnya… Rasa penasaran ke kamu, udah gak adalagi… Beneran.. Sekarang aku pengen nikah dengan wanita yang belum pernah kenal kontol sama sekali, Mel… Bukan menikah dengan wanita yang udah sering bergelimang pejuh kaya kamu…”

DEEGGG.
Jantungku mendadak berhenti. Paru-paruku menyusut. Dan otakku berhenti berpikir. Kubuka pintu kost-anku lebar-lebar dan berdiri disampingnya. Setelah itu, kuteriak dengan lantang, tanpa mempedulikan tubuhku yang masih telanjang.

“BANGSAAAAATTTT…!!! KELUAR LU SEKARANG JUGA DARI SINI, ANJIIIMMMM…!!! GW GA PENGEN KETEMU LU LAGI…!!!

Mendengar jeritanku, Dio buru-buru melangkah keluar kamar. Meninggalkanku yang seketika menangis kencang. Air mataku berlinang. Bercampur dengan pejuh Dio yang masih membasahi wajahku.
Kubanting pintu kost-anku, dan kembali menangis sejadi-jadinya…

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *