Keterusan – Ep 20 – Rangkuman Buku Harian

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Cerita Bokep Eksibisionis Terbaru

ungkin, aku memang bukan lelaki terbaik dalam hidup istriku. Yang bisa menuntun istriku kejalan yang menurutku lebih baik daripada apa yang ia jalani sebelumnya.

78_Yt Sukapink.jpg 77_Yt Sukapink.jpg 30_Yt Sukapink.jpg

Diary 219
#Perubahan
Semenjak Dio tahu jika aku sudah terbiasa menghisap kontol-kontol mantanku dulu, nafsunya seolah menjadi semakin liar. Jujur, sebenarnya ada rasa takut ketika masa laluku sebagai cewek nakal dalam berpacaran membuat Dio menjadi kehilangan rasa sayangnya padaku. Akan tetapi, ketika melihat hubunganku dan Dio menjadi semakin panas , membuat hatiku sedikit lebih tenang dan yakin.

Jika perilaku aneh Dio, sama sekali tak akan merenggangkan hubunganku dengannya.

Akan tetapi, meskipun awalnya aku menganggap perlakukan menyimpang Dio itu adalah sebuah hal yang biasa, akan tetapi secara perlahan aku mulai merasa risih juga. Terlebih ketika ia memintaku melakukan hal yang diluar kewajaran.

“Coba nanti pas kamu pulang kantor, gausah pake daleman…” Ucap Dio sesaat sebelum menjemputku pulang kantor.
“Haahh… Tapi aku hari ini pake kemeja putih…” Kagetku mendengar permintaan Dio.
“Halah… Putingmu khan warnanya pink… Jadi gak bakalan keliatan dari luar…” Sahutnya dengan nada entengi “Oiya… Sama… Gausah pake kancut juga ya, Sayang… Aku kangen kebinalanmu… “
“Tapiiii…”
“Udaaaahh.. Yuk buruan… Lima menit lagi aku sampe kantormu….”

Seperti itulah, permintaan aneh Dio yang harus kulakukan. Selain itu, saat Dio memintaku untuk berbuat nakal, ia sama sekali tak memberiku waktu untuk melakukan persiapan. Dio juga tak pernah memberiku kesempatan untuk menjawab atau memilih sama sekali.

Sumpah, makin kesini, Dio seperti orang yang tak sabaran.
Dan bodohnya, aku selalu menuruti setiap permintaan anehnya itu.

“Cewek Pinteeerrr…” Girang Dio ketika melihatku berjalan kearah parkiran dengan kemeja yang memperlihatkan dua titik menonjol ditengah payudaraku. Dan ketika aku masuk kedalam mobil, Dio langsung meremasi kedua tetekku dengan kasar karena gemes melihat keberanianku berjalan dimuka umum. Setelah itu, Dio juga meraba serta mengobel memekku, untuk sekedar memeriksa apakah aku mengenakan kancut atau tidak.

“GILA. Memang aku cewe apaan…?” Teriak batinku sedikit jengah, namun entah kenapa aku tetap saja melakukan semua arahan cabulnya.

“Biar makin seru… Buka rokmu juga dong, Mel…” Pinta Dio mengagetkanku.
“Haahh…? Dibuka..?” Tanyaku seolah tak percaya.
“Iya.. Buka aja…”
“Tapi Sayang… Diluaran masih banyak orang berseliweran…”

“Tenang kaca mobilku gelap kok… “ Ucap Dio santai.
”Ngggg… Agak maleman aja ya… Aku malu…”
“Udah… Buruan buka, Sayang… Pecaya deh… Keseksian tubuhmu tak akan terlihat dari luaran sana..”

Akhirnya, dengan jantung berdebar aku melepas rok panjangku dan melemparnya ke kursi belakang. Setelah itu, cepat-cepat kututupi memekku dengan ujung kemeja kerjaku.

Namun sial, ternyata hal itu sangatlah tak mungkin karena aku mengenakan kemeja bawahan pendek. Walhasil, sepanjang perjalanan, aku harus menahan bawahan kemeja itu dengan tangan agar tetap bisa menutupi ketelanjangan memekku.

“Gausah ditutupin gitu ah… Memek cantik gitu mah harus dipamerin….“ Ucap Dio buru-buru menepis tanganku, “Sekarang.. Naekin satu kakimu keatas….”
“Hah…? Tapi Sayang…”
“Naekin… !!” Seru Dio yang kemudian menangkup vaginaku dengan jari tangannya.

Sumpah, saat itu aku merasa benar-benar malu. Karena meskipun orang diuaran sana tak bisa melihat secara jelas kenakalan yang kulakukan, akan tetapi tetap saja. Aku merasa jika semua mata lelaki disekitaranku mampu melihat vaginaku yang tak tertutup apa-apa.

“Hehehe…. Tadi katanya malu.. Tapi kok udah basah gini memekmu, Mel..?”

CLEEEPPP
“Aaaaaaaahhh… “ Erangku saat jemari Dio mulai menggosok klitorisku yang sudah mengeras.
“Enak ya….?”

Sumpah, Aku tak mampu lagi untuk protes. Sensasi telanjang di tempat umum yang sedang kulakukan ini, membuatku belingsatan khawatir sekaligus terangsang hebat. Yang bisa kulakukan hanyalah mencengkram erat sandaran jok mobil Dio sambil berharap supaya matahari sore cepat menghilang dari cakrawala. Sehinga aku bisa lebih tenang menikmati serangan Dio di memekku.

“Hihihihi.. Memek nakal… Dikobel ditempat umum bukannya malu, eh malah makin banjir… “ Sindir Dio yang terus mengubek-ngubek memekku tanpa henti.

Dengan kasar, bibir memekku dibukanya dengan jari telunjuk dan jari manisnya. Lalu jari tengahnya menggosok itilku yang membuat tubuhku menggelinjang kuat. “Aaaaahhhh… Dioooo…” Erangku keenakan karena ingin diperlakukan lebih cabul olehnya.

Disaat memekku mengejar kenikmatannya, tiba-tiba Dio cubit itilku, lalu ia putar dan pelintir kuat-kuat hingga membuat tubuhku bergetar kesakitan. “Aaaaaaakhhh… Diooooo… Itilku kamu apain sihhh, sayaaaang…” Protesku yang meskipun kesakitan, namun entah kenapa terasa nikmat

Dio tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dengan mata yang masih tetap berkonsentrasi pada jalanan di depannya. Tangan terus mengobel memekku tiada henti. Menggelitik syaraf kenikmatanku hingga membuat tubuhku kelojotan dan menggelijang hebat.

“Aaaaaasssshhh…Diooo… Ohhh…. Enaaaak bangeeettt…” Erangku saat merasa jika sedikit lagi aku akan mendapatkan orgasme pertamaku.

Namun sesaat sebelum memekku meledak karena nikmat orgasmeku telah mendekat, tiba-tiba Dio menghentikan kobelannya.

AAAAHHHH KAMPREETT…!!!
Lagi-lagi, Dio mempermainkan orgasmeku.

Rupanya kami sudah sampai di tempat tujuan. Sebuah lapangan modern yang didalamnya terdapat banyak sekali area untuk beraktifitas. Bermain music, skateboard, speda bmx dan jejeran pedagang makanan yang tersebar disekitarnya.

Dio langsung memarkir mobilnya di tempat yang agak sepi dan terpencil. Membuka sedikit jendela mobil, kemudian mematikan mobilnya. Setelah itu, ia menyosor bibirku dengan penuh nafsu. Menyedot liurku dan mengajak gulat lidahku.

Birahiku yang sempat menurun, seketika naik kembali. Terlebih saat tangan Dio bermain lagi di tetek dan memeku.

Lagi-lagi, ketika nafsuku sedang naik. Tiba-tiba Dio memencet klakson mobilnya. Membuatku yang sudah melayang karena birahi, lagi-lagi harus turun secara paksa


TIINN…
”AMIIRRR…!!” Teriak Dio sambil melambaikan tangannya kearah pedagang batagor langganan yang sedang melintas didepan mobilnya. Tanpa memperduli dengan keadaan tubuhku yang masih setengah telanjang. “SINI MIRRR…”
“Dio… Kamu mau apa…?” Ucapku panik berusaha mencari penutup ketelanjanganku.

Tapi. Terlambat.
Kaca mobil Dio sudah terbuka lebar saat pedagang batagor itu mendekat. Secepat kilat, aku langsung menutupi area memekku dengan telapak tangan. Namun, Dio buru-buru memegangi tanganku dan menghalangi niatku untuk menyembunyikan auratku dari tatapan Amir, si pedagang batagor.

“Wuuiiihhh…. Cewek baru lu cakep banget, Bos…?” Puji Amir kearahku.
“Iya dong… Spek Bidadari…” Seru Dio sambil menarik tangan yang menutup memekku.
“Wuuiihhh… BOTAK…!” Seru Amir ketika melihat kearah kemaluanku. ANJIM.

“DIO…!!” Kesalku yang hanya dibalas Dio dengan senyumnya yang menyebalkan.
Dengan mata yang terus menatap keingahan tubuhku, Amir terus manggut-manggut sambil cengengesan saat mendengarkan pesanan Dio. Berkali-kali kulihat jakunnya naik turun karena kesulitan menelan liur sembari sesekali membetulkan selangkangan celananya.

“Ngaceng lu, Mir…?” Tanya Dio sambil melirik kearahku.
“Miring kanan dikit…!” Ucapnya singkat
“Hahahaha… “ Tawa Dio terbahak-bahak sambil melihat kearahku, “Yaudah sana, bawain makanan buat bidadariku ini…”

Sepeninggal Amir, Dio menutup sedikit kaca jendela mobilnya dan langsung merangkul tubuhku lagi. Melanjutkan hal yang tadi sempat tertunda. Bibirnya, menciumku dengan cara yang lebih ganas. Dan kali ini, Dio mulai mempereteli kancing kemejaku.

“Buka dikit ya, Mel…”
“Ihhhsss… Ntar aja aaahh. Abis selesai makan…” Protesku, “Ntar tukang batagor itu ngeliat kalo telanjang sekarang.” Sambungku berusaha mencegah Dio untuk menelanjangiku.

“Aaahh… Kalo jadi cewek nakal tuh gausah malu-malu gini aahhh…? Toh tadi juga, Amir udah liat memekmu, Mel… Yuk lah buka… “ Pintanya lagi sambil terus mempereteli kancing bajuku satu persatu hingga terlepas semuanya.

Setelah itu Dio menyibakkan kemejaku ke kiri dan kanan, hingga membuat tetekku yang sudah tanpa beha ini bergoyang-goyang. Terlihat jelas kebesarannya.

Melihat sikap malu-maluku, Dio langsung mencium lagi sambil sambil meremas bergantian kedua tetekku secara kasar. Sebenernya, aku risih dengan perlakuan Dio yang sembrono dan aneh seperti ini. Akan tetapi, entah kenapa pelan-pelan aku merasakan ada sebuah kenikmatan tersendiri yang menyeruak di relung hatiku.

Ulah cabul Dio yang seperti menghina dan merendahkanku seperti wanita murahan itu, justru membuat nafsuku semakin tinggi. Desahanku semakin keras. Putingku mengeras, dan lendir memekku semakin banjir.

TUK TUK TUK
Lagi-lagi, terdengar suara ketukan di kaca jendela.
Mengganggu kemesuman yang sedang kulakukan bersama Dio.

Ternyata, pedagang batagor itu sudah balik ke mobil sambil membawa semua pesanan Dio. “Mau dimakan sekarang, Bos…? Atau nanti saja…? Setelah puas menyantap cewek barumu…?” Tanya lelaki kurus sialan itu sambil menyunggingkan senyum ayang meremehkanku.

“Taruh kap mesin aja dulu…” Sahut Dio sambil menunjuk kearah depan kaca mobilnya.
“Siaaapp…!!” Ucap Amir menuruti permintaan Dio dan segera bergegas balik ke gerobaknya.

“Buka semua dong, Mel… “ Pinta Dio setelah melihat Amir menjauh.
“Kamu mau aku buka semua disini…?” Tanyaku khawatir saat celingukan melihat keramaian yang ada disekitaran mobil, “Duh… Masih banyak orang, Sayang…”
“Ayolah… Ga bakalan keliatan kok…”
“Ngggg… Kalo telanjanganya di jok belakang aja gimana…?”

Dio tersenyum mendengar ideku. Dan segera loncat ke belakang. Mendahuluiku.

Sesampai di belakang, Dio langsung melepas celananya. Menyisakan kaos putih yang masih menutupi tubuh atasnya. Curang sih, tapi saat melihat kontolnya sudah ngaceng sempurna, akupun jadi tak mempermasalahkannya. Lalu ikut menyusul ke jok belakang.

“Duduk di kontolku, Mel…” Pinta Dio saat ia menyandarkan diri di jok belakang. menepuk kedua pahanya sambil mengocok kontolnya yang keras.
“Tapi… Jangan dimasukin loh yaa…” Ucapku mewanti-wanti.
“Iyeee…” Jawabnya sambil tersenyum.

Karena nafsuku sudah di ubun-ubun, aku pun segera mengangkang dipangkuannya. Dan tak bisa dihindari, memekku yang becek, seketika itu langsung bersentuhan dengan batang kontolnya yang sudah berdenyut kencang.

“Uhhhh… Keras banget kontolmu, Sayang” Erangku spontan. Merinding saat merasakan batang panasnya menggesek belahan memekku yang semakin licin.
“Goyangin pinggulmu…” Pinta Dio sambil meremas kedua tetekku yang ada tepat di depan wajahnya.

CLEK CLEK CLEK
Suara goyang-goyangkan pantatku, menggesek kontol Dio yang ada di sepanjang belahan memekku.

HAAAPPP
Tiba-tiba Dio melahap serta menciumi tetekku. Menghisap pentilku kuat-kuat sembari menyentil dan menarik-narik daging di ujung tetekku dengan lidahnya.

“Aaaahhhh.. Dio…” Erangku sambil mempercepat goyanganku pinggulku.
“Kamu kaya Lonte deh, Mel… Kegatelan banget jadi cewek…” Ledek Pandu yang tiba-tiba menyebutku dengan kata perek.
“Ngggg… “ Seruku yang ketika mendengar ejekan Dio, menggerakkan pinggul dan gesekan memekku kearah kontol Di.

“Tuhhh.. Lihat… Makin sange ya kamu…? Enak ya…? Ngentot di tempat umum…?” Seru Dio terus melecehkanku sambil meremas bongkahan pantatku dan membantuku untuk memaju mundurkan pinggulku saat memekku menggesek kontolnya, “Iya… Kamu mirip Perek… Lonte kegatelan…!”
“Sssshhh… Hhhhhhhhh… Ooohhhhhh…” Ucapku tak membalas semua ledekan Dio. Terus menggoyang pinggulku lebih cepat dari sebelumnya. Sambil mendesah dan meremas kedua tetekku

“Wuiihhh… Gila… Goyangan perek makin semangat… Wah wah wah Memekmu juga makin becek aja, Mel…” Ledek Dio yang kali ini, mencolek lendir di bawah memekku dan naik menelusuri lubang lobang pantatku. Setelah itu, jemarinya mulai menggelitik lubang duburku.

”Oooooooohhhh… Diiooooo… Nggghhhh…” Jeritku buru-buru menggigit bibir bawahku. Menahan supaya teriakan suaraku tak terdengar keluar sana.
“Kenapa…? Enakkk, Mell…?” Goda Dio sambil melesakkan ujung jemarinya, masuk kedalam liang anusku. Menembusi lubang pembuangan tubuhku secara perlahan.

“Uuhhh.. Dioooo…”
“Suka Mel…? Anusmu aku maen-maenin seperti ini…?”
“Hhhhhh… Diiiooooo….”
Hehehehehe…Dasar LONTEE…”.

Sumpah, aku tak mengerti kenapa hinaan dan perlakuan Dio saat melecehan diriku , membuat lendir memekku jadi semakin banjir. Kedutan syaraf orgasmeku pun semakin jelas terasa. Aku menggila. Menggoyangkan pantatku dan menggesek-gesek kontol besar Dio dengan memekku. Secepat yang aku bisa.

Aku ingin cepat orgasme. Aku ingin cepat keluuaaaarrr…

Sampai akhirnya… ”AAAAHH… DIIOO… OHHH NGENTTTOOOTTT… AAAAAHHHH…” Aku berteriak kuat sambil memeluk dan membenamkan kepala Dio kedalam tetekku. Orgasmeku menyembur dengan derasnya. Diiringi dengan kedut dahsyat tubuhku yang mengejat lebih kuat dari biasanya.

CREEEETTT CREEETT CREECREETT CREEETTT CREEETTTTT

GILAAA
Nikmat sekali. Aku tak pernah mengira jika seks ditempat umum akan terasa menyenangkan seperti ini. Aku lemas. Tergolek kesamping tubuh Dio, dan mencoba mengatur nafas kenikmatanku.

“HEhehe… Enak nih…. “ Sindir Dio yang segera membuatku tersadar jika kontolnya masih berdiri tegak. Menunggu untuk mendapat kesempatan nikmat dariku, “Sekarang giliranku ya…?” .

“Isep aja ya…?” Sahutku yang langsung mengecup pelan ujung kontolnya. Kujilati seluruh permukaan kepala kontol Dio yang mirip jamur itu. Kubuka lebar-lebar lubang kencingnya dengan lidahku kucucup kuat-kuat sebelum akhirnya kumasukkan seluruh kontolnya ke dalam mulutku.

“Aaahhh…. Mulut Perek emang enak…” Ucapnya lagi melecehkanku.
Aku harusnya marah. Tapi biarlah. Mungkin dimata Dio, aku memang seperti itu.

Kubiarkan sejenak batang kontol besar itu di dalam mulutku sambil mempermainkan kemaluannya dengan lidahku.
Setelah itu, kulepas kontol itu dan berpindah kebawah, untuk menjilati kedua biji pelernya. Kumasukkan satu biji pelernya ke dalam mulutku. Kuhisap pelan sambil menggigitnya dengan bibirku.

Puas dengan biji zakarnya, kutelusuri seluruh batang kontolnya dengan lidahku. Menjilatnya habis hingga akhirnya kuhisap kuat-kuat lagi kepala kontolnya. Kumaju-mundurkan kepalaku supaya bisa mengocok kontolnya dengan mulutku.

CLOK CLOK CLOK
Suara kocokan basah liur dan mulutku saat memberikan kenikmatan pada kontol Dio. Tak lupa, aku juga mengocok-kocok kontolnya menggunakan tanganku dengan kecepatan tinggi. Dan tak sampai 5 menit kemudian, kurasakan kontol Dio semakin membesar dan berdenyut-denyut.

“Aaaaahhhhh… Melaaaaaaaattttttiiiiiiii….” Erang Dio yang sepertinya, akan segera keluar.

TEK TEK TEK TEK TEK TEK
Kukocok kontol besar Dio dengan cepat. Kuremas kuat sambil terus mengokop kepala kemaluannya dengan mulutku. Sampai-sampai.

CROOOT CROOTTT CROOOCROOOT CROOOTT CCRROOTTTTT
Ada sekitar enam sampai tujuh kali tembakan benih kejantanannya mendera dan masuk kedalam rongga mulutku. Rasanya asin, kental, dan sedikit manis.

“Aaaaaaaa….” Kubuka bibirku lebar-lebar untuk memperlihatkan genangan sperma Dio didalam mulutku. Kemudian kutelan bulat-bulat air mani lelaki rasanya selalu kusuka itu hingga habis tak tersisa. Masuk kedalam lambungku.
“Aaaahhh…. Memang deh… Aku tak salah pilih cewek… Kamu memang perekku yang paling sempurna…” Ucap Dio sambil tersenyum dan mengusap pipiku lembut.

“PEREKKU YANG SEMPURNA…?” Sumpah, mendengar Dio menyebutku dengan istilah yang selalu merendahkan seperti itu, ingin rasanya merobek bibir berkumis tipisnya itu kuat-kuat. Aku memang binal sih, tapi bukan berarti Dio bisa seenaknya menyebutku dengan istilah itu.

Dan yang membuatku semakin sakit hati, belum juga aku sempat istirahat untuk melepas lelah setelah memberinya oral seks, Dio memintaku keluar mobil. Mengambil makanan dan minuman di kap mobil yang telah ia pesan sebelumnya.

“Haahh…? Kamu gilaaaa, yaaa…?” Umpatku tak setuju, “Masih banyak orang, Dio..!!”

“Orang mana sih…?” Sahut Dio sambil celingukan kesekitarnya.

Memang, lokasi parkir mobil Dio agak tersembunyi dan tertutup oleh pepohonan. Akan tetapi jika aku harus keluar ke tempat umum dengan kondisi telanjang bulat seperti begini, itu adalah hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

“Ayo buruan, Mel… Kamu keluar mobil, ambil makanan… Trus masuk lagi… Udah gitu aja … Gak bakalan ada yang lihat kok…!” Sergah Dio dengan intonasi agak tinggi.
“Pake baju aja deh… “ Ucapku mencoba untuk bernegosiasi, “Paling nggak… Ada sedikit atasan buat nutup tetekku…”
“GAUSAH…” Bentak Dio. “Yuklah… Buruan… Aku sudah lapar…!”

Untuk beberapa saat, aku merasa kaget ketika mendengar nada bicara Dio yang menurutku tidak seperti biasanya. Tak ada lagi Dio yang lemah lembut, sopan, pengertian, dan gentlemen seperti dulu. Karena dimataku, sekarang hanyalah ada Dio yang mesum, tukang perintah, jahil, temperament, dan suka merendahkanku.

Dengan menahan rasa kecewa yang terus menumpuk, aku membuka pintu mobil Dio. Melangkah keluar mobil dengan tubuh telanjang bulat. Dan mengambil semua makanan dan minuman yang ada dikap mobilnya. Sumpah, saat itu aku merasa benar-benar dilecehkan oleh Dio. Namun anehnya, tetap saja aku tak bisa marah kepadanya.

Akhirnya, aku dan Dio menyantap batagor Amir didalam mobil. Namun, hanya aku yang bertelanjang bulat. Karena setelah Dio orgasme, ia langsung mengenakan celana. Dan Dio melarangku berpakaian sama sekali. Anjim memang. Malam itu pacarku memperlakukanku dengan cara yang benar-benar tidak adil dan merendahkanku serendah-rendahnya.

Dengan lahap Dio menghabiskan semua sajian batagor di piringnya seperti orang yang kelaparan. Ia juga menyikat batagor dipiringku karena mendadak aku tak merasa lapar. Yang kulakukan hanya meminum teh kemasan yang sudah tak lagi dingin.

TIIIIINNNN
“AMIIRRR UDAAAAHHH… “ Teriak Dio yang buru-buru menurunkan jendela mobil disebelahnya saat melihat Amir yang kembali lewat di depan mobil,”Mau bayarr…. Berapa totalnya…?”

Dengan sigap, Amir berjalan kearah Dio. Melirik sebentar kearahku yang masih telanjang sebelum akhirnya ia menjawab. “Empat puluh ribu…” Seru Amir sambil cengengesan karena melihatku yang berusaha menutupi tubuh polosku.
“Waduh… MIR… Aku lagi gak bawa dompet…” Seru Dio tiba-tiba.
“Nggg… Aku ada…” Ucapku sambil mencoba mengambil tas kerjaku yang ada dibelakang jok depan.

“Eeeehhh… Jangan-jangan…” Ucap Dio tiba-tiba melarangku, “Masa tega sih… Ngajak makan keluar… Tapi ceweknya yang bayarin….” Sambung pacarku yang tiba-tiba tersenyum aneh kearahku.
“Terus…? Bayar makanan tadi gimana…?” Tanyaku heran.

“Mir… Kalo aku bayarnya ga pake duit gimana…?” Ucap Dio yang tiba-tiba mencolek tetek kanannku.
“DIO…!” Hardikku sambil menepis tangan jahil pacarku.

“Maksudnya, Bos…?” Ucap Amir kebingungan namun terus melihat kearahku.
“Iya… Kamu aku bolehin maenin tetek pacarku, tapi makan dan minuman tadi kamu gratisin… “ Ucap Dio santai sambil kembali meremas tetekku.

“DIIOO…!!!”
“Yaelah… Santai aja kali, Mel… Kaya tetekmu ga pernah dimaenin cowok aja…” Ucap Dio santai. Seolah tak mengindahkan keberatanku, “Gimana Mir…? Mau gak…?”

“Ngggg.. Cuman remes aja…?”
“Yaaaa Iyalah… Empat puluh ribu mau minta apaan, Miiirrr…? Ngentot…?” Sindir Dio sambil melirik kearahku. Membuka paksa kedua pahaku lebar-lebar dan mengobel kemaluanku.
“Ihhhsss… DIOO…!! Apa-apaan sih kamu….!”

“Sssstttt… Perek…Diem aja napa…!!” Hardik Dio melotot kearahku. ”Ini memek masih perawan, Mir… Gak mungkinlah aku kasih memeknya yang masih kesegel ini buat kamu…”
“Ngggg…”
“Gimana…? Mau gak…?”

“Empat puluh ribu… Cuman remes tetek…?” Ucap Amir menimbang-nimbang.
“Iyalah… Cuman remes tetek kaya gini… “ Sahut Dio yang dengan kurang ajar, memperagakan tangannya saat mempermainkan payudaraku. Menarik-narik putingku dan tiba-tiba menyenyot tetekku dengan mulutnya “Gimana… Mau nggak…? Nih tetek premium loh Mirr… Empuk banget… ”

“Aaaahhh… DIIOOO….!!!” Protesku lagi
“Hehehe.. Keceplosan…”

“Boleh ngenyot…?” Girang Amir setelah melihat Dio memperagakan kemesumannya padaku.
“Enggaaaklaaaahhh… Enak aja…” Hardik Dio, “Cuman… Maenin… Teteknya aja….”

“Addduuuuhh.. jadi bingung nih…” Seru Amir sambil celingukan.
“Aaaaahhhh.. Kelamaan… !!!” Celetuk Dio tak sabaran “Kalo kamu gak mau, Yaudah… Aku ngutang dulu aja… Besok-besok aku bayar pas balik lagi kesini..” Sambung Dio yang membuatku sedikit lega,

“Hmmm.. Okedeh… Aku mau, BOS…” Seru Amir dengan mata membulat sambil menggerak-gerakkan jemari di kedua tangannya, “Kapan lagi aku bisa maenin tetek super montok seperti ini…” Sambung Amir tersenyum girang.

“Yaudah kalo gitu… Buruan gih… Pindah kejendela sebelah…“ Ucap Dio memerintahkan kepada tukang batagor itu sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya. Setelah itu ia mulai menyalakan camera videonya.
“Kamu mau ngapain…? Kok ngerekam aku….?” Tanyaku jengah.
“Buat kenang-kenangan, dong…. Hehehe…” Seru Dio tersenyum lebar, “Buka jendelamu, Mel…”

ANJIMMMM…
Sambil tertawa-tawa. Dio dan Amir mempermalukanku layaknya seorang wanita murahan. Demi melunasi uang makan seharga empat puluh ribu, pacar dan tukang batagor itu mempermainkan kedua tetekku dengan sepuasnya.

Malam itu, aku pulang kekosan dengan hati yang terasa begitu hancur.
Perih dan sakit, sesakit-sakitnya.

Dan yang bisa kulakukan hanyalah menangis.
Hingga pagi menjelang.

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *