
Keterusan – Ep 18 – Voyeur
Cerita Seks Voyeur Terbaru
Sesampainya di bandara, aku langsung menuju restoran terdekat. Mengisi perut kosongku dengan sedikit kudapan. Meredam suara rontaan cacing-cacing kelaparan didalam sana. Aku harus menjaga staminaku. Karena semenjak berangkat, aku merasa jika ada kelainan di dalam kepalaku.
Aku mendadak merasakan pusing yang begitu mengganggu. Entah karena pusing akibat terlalu lama terpaku menatap layar handphone, ataukah pusing karena memikirkan perselingkuhan istriku yang sebentar lagi akan terjadi.

Sial. Aku tak mengira jika hubungan Melati dan lelaki sialan itu akan berlanjut didalam rumahku. Emosi dan hatiku, tentu saja terasa begitu panas. Akan tetapi aku juga merasakan sebuah sensasi penasaran yang begitu menggebu.
Mungkin, aku memang sudah terlalu SAKIT dengan apa yang akan terjadi pada Mela dan selingkukannya. Dan sepertinya, aku mulai menikmati rasa sakit ini.
– – – – – – -
“Ini kuncinya ya, Pak… Kamar VIP nomor 512…” Ucap mba receptionis saat menyerahkan kunci kamar hotel kepadaku, “Kalau sekiranya nanti masih ada yang diperlukan lagi, silakan langsung telpon kami ya, Pak…” Sambungnya sambil tersenyum manis.
“Makasih, Mba…” Sahutku singkat.
Sesampainya dikamar, aku langsung melepas sepatu dan lompat keatas kasur. Memikirkan apa yang akan dilakukan Mela bersama lelaki bajingan itu. Sejenak, aku juga merasa bodoh, kenapa aku menginformasikan kepada istriku mengenai kepergianku. Harusnya, aku bisa saja bilang padanya untuk pergi sesaat, karena toh aku juga masih bisa mengawasinya dari CCTV yang kupasang di seluruh penjuru rumah.
Ahhh. SIAAAALLL
Aku salah perhitungan.
Aku tak menyangka, jika tiga hari kepergianku itu, akan terasa begitu lama.
Dan aku tak bisa berpikir, apa yang akan dilakukan oleh kedua manusia sialan itu disaat aku tak ada disekitar mereka
Aku juga tak pernah membayangkan akan berada di situasi yang membingungkan seperti ini. Situasi dimana aku harus memilih, antara menceraikan istri yang sudah secara terang-terangan berselingkuh dibelakangku. Dan situasi dimana aku tetap menjalani hidup bersama wanita sialan ini demi bisa melampiaskan keingintahuan dan rasa penasaran anehku.
Namun jujur, untuk sesaat aku merasa begitu muak melihat wanita yang sudah kunikahi selama lebih dari 4 tahun ini. Akan tetapi rasa gelora didada ini tak dapat kutahan lebih jauh lagi. Buat apa aku menghabiskan dana puluhan juta rupiah jika tidak untuk menyaksikan kemesraan istriku dengan selingkuhannya itu.
Rasa aneh ini benar-benar menggerogoti pikiran, hati, serta perasaanku. Aku tahu, jika rasa aneh ini tak dapat diperbaiki. Dan aku juga tahu jika ingin memuaskan dahaga penasaranku, aku harus melihat Melati bercinta dengan Fadil.
AAAAHH BAJINGAN.
Aku seperti menjadi terobsesi dengan hasrat anehku ini.
Bahkan, satu hal yang tak dapat kupungkiri adalah, batang penisku sudah mengeras dengan maksimal. Tegang sempurna dengan ujung penis yang menjulang tinggi, meskipun aku belum menyaksikan Mela disetubuhi oleh lelaki berpenis jumbo itu.
“TING TONG…. TING TONG….”
Suara bel rumahku terdengar begitu nyaring. Membuyarkan lamunan anehku, dan mengembalikanku kepada realita yang lebih mendebarkan dada.
Buru-buru, kuarahkan monitor laptopku ke camera teras rumahku. Disitu kulihat ada sesosok lelaki tinggi besar berkacamata hitam yang menunggu dibukakan pintu. Tubuhnya ramping, dengan kaos putih ketat yang tak mampu menyembunyikan kekekaran otot dadanya.
“Sebentar lagi, aku bisa melihat Mela ngentot…”
“Sebentar lagi, aku bisa menyaksikan memek sempit Mela disesaki kontol selingkuhannya…”
“Sebentar lagi, aku bisa menonton desah lenguh Mela, saat dipuasi pejantan sialan itu…!”
“Hai, Nona yang cantik jelita…” Sapa sesosok lelaki itu, ketika Mela membukakan pintu rumahku untuknya, “Apa benar, disini adalah surga…?”
“Surga…?” Heran Mela sambil memiringkan kepala.
“Iya… Apa benar ini tempat tinggal bidadari kesepian yang jarang dijamah suaminya…?”
“Ahhh.. Iya, Mas… Benar…” Jawab Mela yang langsung tersenyum lebar, “Masnya cari aku…?”
“Enggak Nona… Aku cari bidadari yang biasa saja… “ Sambung selingkuhan istriku lagi, “Bukan Ratu Bidadari seperti Nona…”
“Ratu Bidadari…? Emang kenapa kalo ama aku…?”
“Karena kalau dengan Nona…” Fadil menjeda kalimatnya. Mengharapkan rasa penasaran Mela lebih jauh, “Aku khawatir…Bbidadari lainnya jadi terlihat jelek kalo disandingin denganmu…”
“Aaaaiiisshhhh… “ Seru Mela buru-buru menutup senyum dimulutnya. Aku yakin, saat itu wajah Mela pasti merah karena mendengar gombalan laki-laki sialan itu, “Heeehh.. Ingat… Ratu Bidadari ini sudah punya suami…!” Sambung istriku berusaha mengingatkan.

“Maafkan ketidaksopanan kata-kataku Nona… Karena dengan melihat kecantikanmu saja, mataku mendadak buta… “ Sahut Fadil sambil menaikkan kacamata hitamnya keatas dahi, “Tertutup oleh bara api asmara dan birahi yang menggebu-gebu…”
Mendengar kalimat terakhir Fadil, Mela langsung menarik masuk lelaki asing itu kedalam rumah. Memeluk tubuh rampingnya kuat-kuat sambil memegang erat kedua pipinya. Lalu, seolah tak ingin menyia-nyiakan waktu lebih lama, Mela langsung membungkam bibir lelaki itu dengan serbuan kecupan yang begitu buas.
CUP CUP CUP CUP
“Ohhh.. Sayang… Aku kangen banget ama kamu…” Lenguh Mela disela-sela cumbuannya.
“Kangennya sama aku aja…?” Sahut lelaki itu, “Sama yang ini enggak…?” Tanyanya sambil mengarahkan tangan istriku ke tengah selangkangannya.
“Uhhhh…. Kalo ama ini… Aku bukannya kangen lagi…” Sahut Mela dengan senyum menggoda sembari meremas selangkangan selingkuhannya itu
“Uuhhh…. Bener….?”
“Iya dong… Aku punya banyak rencana dengannya… Hihihihi…” Jelas Mela sambil tertawa lebar.
Merasa tak tahan dengan godaanan istriku, Fadil pun langsung menarik lepas daster yang dikenakan Mela. Hingga memperlihatkan payudara bulatnya yang sudah tak terbungkus oleh beha. “Dimana kamar tidurmu…?” Tanyanya Fadil lagi.
“Kamu mau ngapain…?”
“Aku kangen… Pengen ngentotin kamu di kamar pengantinmu…”
“Emangnya harus dikamar…?” Goda Mela lagi, “Diruang tamu ini juga bisa khan…?”
“Aaaahhh. Kamu tuh memang bener-bener menggairahkan…”
“Hihihi… Gausah terlalu bersemangat gitu, Sayang… Santai saja…” Bisik Mela lagi, “Mas Dimas ga akan pulang dalam waktu dekat ini kok…”
“Hmmmm.. Berarti….”
“Iya… Kamu bebas ngentotin tubuh istrinya ini, sesukamu….”
AAANNJJIIIIMMMM
Melati benar-benar seorang pelacur. Wanita murahan yang tak pernah tahu, dimana letak harga dirinya. Dengan santainya, ia mempersilakan lelaki lain untuk menikmati tubuhnya. Dan meskipun aku telah sering melihatnya telanjang sebanyak ribuan kali, aku tak pernah mengira jika kali ini, ia terlihat lebih seksi dan mengundang.
“Kenapa Mela bisa menjadi secantik itu ya…?” Heranku saat melihat setengah ketelanjangannya dinikmati oleh mata lelaki lain.
Pinggangnya yang tipis, pinggulnya yang meliuk, serta payudara besarnya yang mempesona, bener-benar membuatnya begitu istimewa. Terlebih saat tangan besar selingkuhannya mulai meremas kedua payudaranya, membuat penampilan tubuh Mela menjadi terlihat semakin mahal dan menggoda.
Dengan gerakan perlahan, Mela mulai merebahkan tubuhnya di atas kasurku. Membaringkan tubuh dengan pasrah sembari mempermainkan kedua payudara bulatnya. Menggoda kekasih gelapnya supaya terus masuk kedalam kamar dan dan mulai menjamahinya.
“Kok kamu malah diam aja…?” Goda Melati.
“Bener nih…? Suamimu sedang tak ada dirumah…?” Tanya Fadil sedikit antisipasi.
“Iya… Dia sedang keluar kota… Memangnya kenapa…? Bukannya kamu yang punya keinginan, bisa ngentotin memekku ini sambil ditonton oleh suamiku…?” Tanya Mela sambil membuka tutup selangkangannya yang masih tertutup oleh G-string mini, “Lagian… Adanya Mas Dimas disini, tak menjamin keselamatan diriku untuk bisa terlepas dari ancaman kontolmu, Sayang…. Toh, meskipun suamiku ada dirumah… Kamu juga pasti bakalan ngentotin memek mungilku ini…”
BAJINGAAAANNN.
“Kamu memang LONTE Dek…” Seruku sambil terus mengamati gerak-gerik binal istriku.
Satu persatu, Fadil mulai melucuti pakaiannya sendiri. Gerakannya begitu tenang dan tanpa terburu-buru. Hingga akhirnya, ia pun telanjang bulat dengan penis yang masih lemas, menggelantung panjang di tengah kedua kakinya.
“Haaalllooooo jagoan cintaku…” Seru Mela yang ketika melihat penampakan penis selingkuhannya itu langsung melonjak dari atas tempat tidur dan meraihnya dengan girang. “Kamu kangen nggak ama aku…? Kamu kangen nggak ama isepan mulutku… Kamu kangen nggak ama memek aku…? Yuk sini-sini… Buruan entotin aku sini….”

KAMPREEEEET. SUPER DUPER KAMPREEETT
Mela benar-benar lupa daratan. Istriku seperti sudah terkena hipnotis ketika melihat penis jumbo itu. Betapa tidak, Melati lebih terlihat egitu riang saat melihat penis lelaki lain ketimbang saat melihat penisku. Yang meskipun aku tahu, penisku memang tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penis selingkuhannya itu.
Dan tololnya aku, entah kenapa, aku juga menzoom adegan dimana Mela sedang melepas rindu dengan penis selingkuhannya itu. Mengamati setiap detail batang kemaluan berukuran jumbo yang menjadi sainganku itu dari berbagai sudut camera.
“Astaga Sayang… Kenapa kontolmu bisa selalu sebesar ini sih…?” Tanya Melati sambil menciumi kepala penis selingkuhannya tanpa henti. Membuat penis yang semula lemas itu perlahan-lahan mengeras dan memanjang.
“Kontolku khan besar-gara-gara sering dicelupin ke memek kamu, Sayang…” Jawab Fadil santai sambil mengusap-usap kepala Mela yang sibuk diselangkangannya.
“Hihihi. Bisa ajaa deh kamu Sayang…” Kekeh Mela terus mengecupi penis selingkuhannya, “Tapi kok…?” Kontol Mas Dimas ga bisa sampe segede ini ya…? Padahal sering nyelup ke memekku…” Sambung istriku yang tiba-tiba membandingkanku.
“Itu… Karena kontol Dimas, udah disunat… Jadi saripati yang didapet, ga diserap maksimal oleh kontolnya… Hahahaha…”” Jawab Fadil lagi sambil menekan belakang kepala istriku kearah selangkangannya. “Sekarang Isep kontolku, Sayang…”
HAAP..
GAAAGGG
Aku tidak percaya apa yang terjadi didepan mataku.
Aku melihat Mela-ku yang cantik dipaksa melakukan seks oral pada pria lain. Mela memasukkan kepala penis berukuran besar itu kedalam mulutnya yang mungil. Menghisap penis yang berurat dan kemerahan itu dengan begitu agresifnya.
Jari tanyannya yang tak mampu menggenggam keseluruhan batang jumbonya pun terlihat lincah. Meskipun Mela kesulitan memegang batang panjang itu dengan satu tangan, ia terus berusaha menggerakkannya naik turun. Membelai poros penis selingkuhannya itu sambil memutar-mutarnya dengan cepat.
SLUUURRPP SLUURPPP SLUURRPPP
Tanpa berkedip sedikitpun, kutatap terus menerus monitor laptopku yang sedang menayangkan siaran langsung oral seks istriku. Selama kurang lebih 10 menit, aku terdiam dan terpaku menatap keseksian istriku dalam memberikan pelayanan mulut kepada batang kemaluan selingkuhannya itu.
Dengan cepat, Melati mengocok penis itu naik turun. Menggerakkan kedua tangannya yang mungil sambil terus memeras kedua kantung zakarnya. Mulutnya juga tak henti-hentinya menghisap. Sampai-sampai aku bisa melihat jika pipinya sampai kempot saat mengenyot kemaluan itu.
Namun, Luar biasa. Aku tak melihat adanya tanda-tanda jika penis Fadil itu akan orgasme.
Meskipun kulihat seluruh batang penis itu basah dan licin oleh liur istriku. Namun Fadil masih terlihat santai dan tenang. Berbeda sekali denganku, yang mungkin sudah meledakan spermaku dalam mulut Mela jika diperlakukan hal yang sama olehnya. Hingga menit ke 20, Mela pun akhirnya menyerah.
Karena ia merasa jika kedua tangannya mulai capek.
***
Diary 218
#Sebuah Pengakuan
“Tak ada asap, jika tak ada api. Dan tak ada pejuh, jika tak ada kontol…”
Mungkin, itu yang sedang kualami saat setiap kali selesai bermain cinta bersama Dio. Semenjak tusukan terakhir kontolnya yang sempat menembus memekku. Membuatku sedikit menjauh. Karena jujur, aku masih belum sanggup jika keperawananku hilang ketika masih pacaran.
Namun, karena Dio adalah seorang pejuang wanita sejati, dengan mudah ia mengetahui perubahan pada sikapku. Dan seperti seorang yang paham akan seluk beluk wanita, Dio langsung menghujaniku dengan segala macam perhatian dan perlakuan gentle seorang lelaki.
Ia tak henti-hentinya memberikanku hadiah. Mengajakku makan ke tempat mewah. Membelikanku gadget terbaru. Dan berbagai macam kesenangan duniawi. Ia memberikan itu semua dengan tulus. Tanpa sedikitpun menyinggung mengenai memek dan kontol. Dio benar-benar ingin mendapatkanku kembali. Dan oleh karenanya, ia berjanji untuk tak mengulangi perbuatan kasarnya kemarin.
“Jika ingin terus bisa bersamaku, NGENTOT adalah hal terakhir yang bisa ia dapatkan… Karena dengan seks oral yang kulakukan dengan mulutku, ia sudah cukup terpuaskan.”
– – – – – – –
“Emang kamu udah sering ya ngisep kontol…?” Tanya Dio saat kami berdua baru saja orgasme. selesai bermain kelamin. Melontarkan pertanyaan yang tiba-tiba membuatku tenggorokanku tersedak.
“Kok kamu nanya gitu…?”
“Nggaakk… Aku cuman nanya aja… Kamu udah sering ya ngisep kontol…?”
“Ngggg… Nggak kok… “Jawabku singkat, “Ini… Kamu nanya atau nuduh ya…” Sambungku pelan penuh kehati-hatian. Tak ingin membuat Dio curiga.
“Karena aku heran sih… Kalo gak pengalaman, kok kamu bisa sejago gitu ya ngisepnya…?” Ucap Dio sambil mengusap-usap bahuku.
“Hmmm.. Kok kamu bisa menilai…? Kalo aku jago ngisep…? Emangnya kamu ngebandingin isepan mulutku dengan mulut siapa…?” Sahutku mulai membalikkan situasi
“Heeeei… Aku tadi tuh nanya kamu, Sayang… Kok sekarang malah jadi gantian kamu yang nanya aku sih…?” Balas Dio mulai ketus.
“Ya aku juga nggak tau… Aku cuma ngisep kontol berdasarkan naluri aku aja sih…”Jawabku sedikit berbohong. Aku tidak mungkin mengakui jika sebenarnya hampir semua kontol mantan pacarku pasti pernah aku hisap, “Lagian tumben-tumbenan kamu komentarin cara ngisep aku…?”.
“Yaaaaa aku tuh cuman pengen tahu aja kok… “ Jawab Dio klise, “Kalopun kamu memang udah pengalaman, aku juga tak masalah… Malahan enak kan, kalo aku punya pacar yang jago banget buat nyenengin kontol pasangannya….” Sambung Dio sambil terus tersenyum lebar.
“Apaan sih..? Aku ga punya pengalaman…” Sahutku terus mengelak.
“Ayolah… ceritain ke aku, Sayang… “ Pinta Dio terus mendesak, “Beneran deh… Aku gak apa-apa kok… Aku ga bakalan marah kalo ternyata kamu memang udah pengalaman ngisep kontol…”.
Mendadak, aku merasa sedikit bimbang.
Apakah aku harus jujur padanya…?
Ataukah aku tetap dengan pendirianku yang polos ini…?
Sebenarnya, aku sama sekali tak takut kehilangan Dio. Karena lelaki di dunia ini tidak dia saja bukan?
Kekhawatiran terbesarku hanyalah dari sisi kedekatannya dengan keluargaku. Yang membuat hati kurang tenang jika nantinya, ia akan menyebarkan cerita nakalku ini ke orang-orang rumahku. Selebihnya, aku masih merasa biasa saja.
Namun, dengan sabar, Dio terus mencoba meyakinkanku. Dengan kalimat-kalimat manisnya, ia terus membujukku, hingga akhirnya pendirianku mulai goyah.
“Udah berapa kontol yang pernah kamu isep?” tanya Dio lagi tetap tanpa ekspresi yang berlebihan. Dia tetap dengan gaya tenangnya sambil mengusap-usap bahuku.
“Iih… udah ah. Jangan bahas yang begituan.” aku menghindar dari pertanyaannya. Sulit bagiku untuk menjawab pertanyaan yang satu ini.
“Gak apa-apa, sayang. Aku pengen tau aja. Gak akan ada pengaruhnya buat aku. Aku tetep sayang kamu kok.” terus saja Dio membujukku untuk mengaku.
“Ya ampir semua mantan pacarku pernah aku isep.” jawabku akhirnya.
“Kamu udah berapa kali pacaran sih?” taya Dio lagi.
“Entahlah.. aku lupa… ”
“Kamu isep semua…? Semua kontol mantan-mantanmu…?” Tanya Dio lagi. Sepertinya dia benar-benar penasaran ingin tahu yang sebenarnya.
“Ya enggak lah… Gila aja kalo semuanya aku isep.” Sergahku.
“Sebentar… Memangnya… Mantanmu ada berapa…? Terus…? Dari semua mantanmu itu, berapa kontol yang udah pernah kamu isep…?” Tanya Dio terus-menerus tanpa kenal putus asa.
“Beneran deh.. Aku lupa Sayang…”
“Yaaa… Kira-kira aja… Seinget kamu ajalah…”
“Hmmmm… Mantan aku… Kira-kira…. Lima belas orang…”
“Apaaaa….?” Kaget Dio dengan wajah yang mendadak sumringah, “Banyak bener…? Kamu pertama kali pacaran umur berapa…? Itu semua kamu inget orangnya…?”
“Udah aaahhh.. Jangan nanya kaya gitu… Aku malu….” Seruku dengan wajah polos namun pura-pura.
“Heheheh… Iya deh iya…” Sahut Dio sambil mengusap-usap pundakku, “Aku ganti pertanyaannya deh… Kira-kira, ada berapa kontol yang udah kamu ijinkan masuk kedalam mulutmu…?”
“Hmmmm… Kalo dengan kamu…. Kayanya….. Dua belas…?” Jawabku masih berpura-pura ragu.
“Wooow… BUSYEEETTT… Dari 16 pacar yang keinget… Kamu isep 12 kontol…?” Seru Dio yang entah kenapa, makin girang mendengar jawabanku.
“Kamu ga marah…?” Tanyaku sambil menundukkan kepala karena malu.
“Kenapa harus marah…?” Ucap Dio sambil mengangkat wajahku. Tanpa menunjukkan emosi ataupun amarah sama sekali. Ia hanya tersenyum dan mencium bibirku dengan penuh nafsu, “Kamu hebat…. Ternyata pengalamanmu tentang kontol, bener-bener jauh lebih hebat dari yang kubayangnkan…”
“Hah…?” Kagetku mendengar kalimat Dio.
“Sumpah… Ngebayangin kamu sedang ngisep kontol mantanmu, membuat kontolku jadi ngaceng lagi nih, Sayang…” Jelas pacarku lagi, “Ayo, sayang… Puasin kontolku lagi…. Keluarin semua ilmu ngisep kontolmu, Sayang… Perlakuin kontol aku seperti kamu perlakuin semua kontol-kontol mantanmu…”
“Beneran kamu pengen diisep?” tanyaku berbasa-basi.
“Iya donk, Sayang… “ Seru Dio yang langsung menjejalkan kepala kontolnya kemulutku dengan tak sabaran.” Ayo, Sayang…. Puasin kontolku…!”
Segera saja, kugenggam kontol Dio yang sudah ngaceng penuh itu. Mengurut batang gagahnya yang penuh dengan urat-urat yang bertonjolan. Kujilat pelan kepala kontolnya yang mulai mengkilap kemerahan sembari memutar-mutar lidahku di ujung mulut kepala kontolnya. Kubuka lubang kencingnya dengan ujung lidahku dan mencoba menyucup saripati kemaluannya yang terus merembes keluar dari kepala kontolnya.
Tak lupa, kujilati juga kedua bijinya. Bergantian kiri dan kanan. Lalu kumasukkan salah satu bola pelernya yang kenyal itu ke dalam mulutku. Kusedot pelan sambil menggigit-gigitinya pelan.
Kemudian lidahku menjilat seluruh permukaan kulit kontolnya. Mulai dari biji pelernya dan perlahan naik ke atas hingga ke ujung kepala kontolnya.
“Uuuhhh.. Saaayaaannnggg…” Erang Dio keenakan ketika aku memperlakukan batang kontolnya dengan kasar.
Jika aku perhatikan, sepertinya Dio jadi lebih sange saat mengetahui jika aku sudah memiliki banyak pengalaman soal kontol. Dan sepertinya nafsu Dio juga terasa makin menggebu saat mendengar ceritaku mengenai kontol mantan-mantanku.
“Uuuuhhhh Sayaaanngg… Mulut cewek yang sudah sering ngisep banyak kontol memang terasa lebih enak banget ya, Sayaaaang….. “ Teriak Dio sambil mengejang-kejangkan otot pinggulnya, “Oohhh.. Melatikuu… Saayaaanngg…”.
Semakin Dio meracau tak jelas, semakin semangat aku mengocok dan menghisap kontolnya. Sampai akhirnya kurasakan denyutan-denyutan kecil di pangkal kontolnya. Yang menandakan jika Dio akan keluar sebentar lagi.
Segera saja, kukocok batang berurat Dio sembari melahap kepala kontolnya. Dan,
CROOOOTT CRROOTTT CRROOCROOTT CROOT CROOTTTT
Enam semburan, terasa menabrak pangkal tenggorokanku. Disusul oleh rasa asin, masam, dan sedikit manis yang terasa di indra perasaku.
“Aaaarrrrrrrhhhh…” Kubuka mulutku dan kupamerkan genangan pejuh Dio yang begitu banyak dimulutku.
“Aannnjimmmm… Kamu memang mirip perek beneran Sayang…” Seru Dio kaget melihat kebinalan yang kuperlihatkan padanya.
GLEEEKKK
Kutelan semua air mani yang ada dimulutku dan kembali menyedot-sedot kontol pacarku itu terus sampai tidak ada lagi pejuh yang keluar dari kontolnya.
Merasakan kenikmatan orgasme yang baru saja kuberikan, Dio terkapar dalam nikmat. Kontolnya melemas lalu mengecil. Seperti krupuk yang tersiram kuah sayur. Hingga perlahan, kulihat mata Dio perlahan-lahan terpejam dengan senyum yang mengembang lebar. Meninggalkanku nafsuku yang sepertinya tak akan tersalurkan dalam waktu dekat ini.