
Keterusan – Ep 15 – Keinginan Bertiga
Cerita Dewasa Pesta Seks Terbaru
CLEEEEEEPPPPP
“Sempit sekali memekmu, Meelll…” Erang Dio terus berusaha menggerakkan kontolnya maju.
“Nggghhh… Ohhhhh.…Ssshhh…. ” Desahku ketika merasa liang memekku benar-benar penuh karena terisi oleh kontol besarnya. “Besar banget kontolmu…
SIAL.
Dio benar-benar terlihat begitu menawan dimataku. Perlakuan lembutnya begitu membuai perasaanku. Ganteng, tegap, kekar, kaya raya, dan punya kontol jumbo. Benar-benar senjata ampuh untuk dapat membuat wanita manapun klepek-klepek dibuatnya.
Sejenak, aku menahan nafas. Bimbang karena takut sekaligus penasaran akan kenikmatan yang akan kurasakan sebentar lagi. Aku khawatir akan rasa sakitnya ketika selaput daraku sobek karena tusukan kontol besar Dio, namun juga pengen tahu rasanya saat batang raksasa miliknya mengaduk-aduk liang peranakanku.
“Gesekin aja kontolmu… ” Erangku yang entah kenapa, lagi-lagi membuka lebar kedua pahaku. Aku merasa jika kali itu, tubuhku benar-benar mengkhianatiku. Hatiku menolak, akan tetapi memekku ingin mendapatkan kenikmatan yang lebih hebat lagi
PLEEEK
Dio menggesekkan kontol jumbonya maju mundur. Searah garis sempit memekku. Oh. Rasanya benar-benar enak. Gesekan kontol Dio seperti menggaruk memekku. Menghilangkan gatal yang terasa amat sangat enak.
Bahkan saking enaknya, ketika Dio dengan iseng menyelipkan kepala kontolnya lebih dalam lagi pada memekku, aku sampai tak menyadarinya. Alih-alih teriak, aku malah melebarkan bukaan kedua pahaku. Membiarkan tusukan iseng kontol Dio
“Dio… Ohhh….Jangan masukin kontolmu ke memekku…” Pintaku mewanti-wanti.”Sedikit aja ya…?” Goda Dio sesekali mengarahkan kepala kontolnya lurus, menembus memekku.
“Jangan.. Aku masih pengen perawan…” Erangku dengan mata melotot.
Dengan gerakan menggoda, Dio terus menggesek lubang memekku. Menjejali lubang kencingku yang sempit hingga memenuhi mulut memekku. Kepala kontol besarnya terus menggelitik itilku sambil sesekali turun lagi ke bawah dan guna mendorong lubang selaput daraku.
“Aaahh. Diiioooo….”
Sumpah. Aku benar-benar terlena akan kenikmatan persetubuhan ini. Aku seperti lupa dengan resiko kehilangan keperawananku karena berkali-kali membiarkan kontol Dio menembusi memekku. Terlebih, karena tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku, membuat birahiku naik dengan cepat, terbawa ke puncak nikmat yang tak berujung.
Tubuhku menghangat, dan nafasku menderu. Aku merasa terengah-engah karena desakan orgasme yang perlahan muncul. Bergelora seiring birahi didadaku yang juga makin meninggi. Hingga tiba-tiba, tubuhku bergerat. Aku menggelepar, mengejang, dan tanganku mencengkeram kuat-kuat di kedia lengannya.
Otot memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat kepala kontolnya yang semakin dalam masuk ke dalam liang senggamaku. Aku benar-benar merasakan puncak nafsu sekaligus desakan kenikmatan yang tiada tara.
CLEEEEEPPPP
Bersamaan dengan kepala penisnya masuk keliang senggamaku. Aku merasakan sebuah rasa pedih sekaligus nikmat yang tiada tara. Terlebih saat Dio meremas kedua tetek besarku secara kasar, membuatku seketika mengejat dan melenguh hebat.
“AAAAHHH… AANJJIIMMMM… DDIIIOOOOOOOO… AKU NYAMPEEEEE….” Teriakku lantang tanpa takut terdengar oleh orang disekitarku. “AAAAAHHHHHHHH…. AKU NYAMPEEEEE….”
Tubuhku mengelejat kuat karena kenikmatan ‘setengah persetubuhan’ yang baru saja kulakukan. Aku benar-benar lupa. Tak ingat dengan segala macam larangan dan aturan keperawanan yang kupegang karena kenikmatan yang kualami.
Bahkan, alih-alih kutahan dorongan kontol Dio yang makin menyelusup masuk ke lubang memekku, aku malah makin membuka liang senggamaku selebar-lebarnya. Seolah mempersilakan pacar baruku itu merusak selaput keperawananku.
“Aaaahhh.. Ngentooooooot…”
“Kenapa kamu nikmat sekali rasanyaaa…
“.……ANJIIIMMM…..!!!“
Erangku dengan nafas tersengal-sengal.
“Baru kena kepala kontolnya aja segini enak…”
“Apalagi kalo kontolnya udah mengaduk-aduk memekku…”
“Mungkin rasanya jauh lebih nikmat…!!!”

– – – – – – –
Langit sore itu terasa begitu cantik, dengan disertai oleh suara deburan ombak yang membuat pikiranku terasa begitu tenang. Angin hangat nan lembut, menerpa tubuh telanjang kami berdua. Membuai dalam cinta dan birahi yang masih tersisa
Setelah denyut nikmat memekku mereda, kurasakan tubuhku melunglai. Lemas namun juga lega. Dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat. Kubuka mataku. Melihat Dio tersenyum dan menciumku lembut, sembari terus mencoba menjejalkan kepala kontolnya pada memekku.
Iya, Dio dengan tak sabaran, berusaha menjejalkan kemaluannya masuk. Dan membelah sempitnya celah kewanitaannku.
CLEEEEEEEPPPPP
“JANGAN….!!!” Jeritku spontan. Seolah tersadar dari lamunan nikmat yang baru saja kualami. Buru-buru, aku mundur dan mengambil sikap waspada.
“Aayolah, Mel… Sedikit saja…” Sahut Dio sambil menangkap pergelangan kakiku.
“Nggak mau…!! Aku benar-benar pengen perawan…!!” Seruku kembali menarik diri, “Kalo memang kamu mau aku puasin… Nih pake mulutku aja…”
“Hhhhhhh… “ Dio menghela nafas panjang. Dan dengan berat hati, ia mengiyakan permintaanku.
Secara perlahan Dio menggeser posisinya dan jongkok di samping kepalaku.
“Aku isepin aja ya…?”
Dio mengangguk, pasrah.
Segera saja kuraih batang kontolnya telah berada persis di depanku. Kuremas kontol besar itu beserta buah zakarnya. Kemudian kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kontolnya hingga tubuh kekarnya bergetar menahan nikmat saat kujilati kepala kontolnya.
“Uhhhh…” Lenguh Dio sedikit menggeliat dan berdesis. Menahan kenikmatan pada kontolnya saat mendapatkan permainan lidahku.
Kusedot-sedot kepala kontol besar itu dengan semangat. Meskipun kontol Dio tak sebesar kontol Fadil, akan tetapi tetap saja kukeluarkan segala kemampuan mulutku untuk bisa memberikannya kenikmatan seks oralku dengan baik.
Kujilati batang kontolnya dari bawah sampai ke kepala kontolnya. Menyusuri batang kontol yang putih bersih itu hingga basah dengan air liurku. Tak lupa, aku juga mempermainkan kedua biji peler Dio. Kumasukkan ke dalam mulutku sambil terus kuhisap kuat secara bergantian.
Kunaik-turunkan mulutku di sepanjang kontolnya sambil terus membasahi kepala kontolnya dengan ludahku. Kukocok kontol itu sambil sedikit kuputar-putar hingga tak lama kemudian, tangannya meremas-remas pundakku dengan kuat.
Kurasakan denyut kontolnya semakin kuat. Berdenyut hebat dan makin memenuhi rongga mulutku. Setelah itu, tubuhnya pun mengejang dan menggelepar. Dan akhirnya, denyut kontol Dio tergantikan dengan semburan pejuh yang menyemprot kuat di dalam mulutku.
CROOT CROOOT CROOCROOT CROOOTT CROOOTTTTTT
Sumpah, banyak sekali pejuh kental dan hangat menyembur dari kontol Dio. Memenuhi mulutku hingga tak sedikit yang merembes keluar dari bibirku.
GLEEEEKKK
Dan dengan sekali telan, kuhabiskan semua pejuh di mulutku bulat-bulat. Sebelum akhirnya, aku membuka mulut dan memperlihatkan deretan gigiku yang sudah bersih tanpa menyisakan setetes pejuh sama sekali.
***
Jujur, mendengar kisah perselingkuhan Mela yang begitu detail bersama Fadil akhir pekan kemarin, membuatku merasakan sebuah perasaan aneh yang benar-benar tak bisa kujelaskan. Kecewa, sakit, marah, semua berkumpul menjadi satu kesatuan rasa yang bergemuruh didada.
Padahal, pernikahanku dengan Mela pun sepertinya masih baik-baik saja. Tak ada masalah sama sekali. Namun memang, akhir-akhir ini aku merasakan ada sesuatu yang hilang. Namun entah itu apa. Meskipun aku dan Mela masih tinggal satu atap dan saling bertegur sapa, akan tetapi rasanya tidak seperti dulu lagi.
Dalam beberapa hal, Mela memang masih menghormatiku sebagai seorang pemimpin keluarga. Akan tetapi dimataku ia seperti tak memandangku lagi seperti seorang suami. Sekilas, aku merasa menjadi orang asing di kehidupannya
Istriku masih memberikan kasih sayang sebagai seorang istri, membuatkanku sarapan, menyiapkan pakaian, dan berbicara ketika menonton film bersama. Tapi ketika kuperhatikan, Ia tak lagi memberiku pelayanan fisik yang menggebu-gebu, seperti saat diawal-awal pernikahanku dulu.
Aku yakin, biarpun Mela masih berusaha memberikan perhatian, kasih sayang, waktu serta pelayanan tubuhnya kepadaku, akan tetapi terkadang aku tak menemukan ‘dirinya’ ada disitu. Aku yakin jika pikiran dan perhatiannya sedang entah berada dimana.
Terkadang, Mela suka melamun. Menatap kosong kearah TV yang berisik, tanpa mampu menangkap acara yang sedang berlangsung. Bahkan tak jarang, kudapati Mela saat menjadi seperti istri robot. Yang meskipun melayaniku dengan sepenuh hati, namun tanpa adanya rasa dihatinya.
Begitupun saat kami berdua bercinta. Tak ada lagi kudengar desah lenguh liarnya, saat kemaluannya kusodok-sodok penisku dengan kasar. Ia hanya mengerang seperlunya tanpa memberikan goyangan tubuh ataupun perlawanan sama sekali kepadaku.

Kadang, aku suka istri yang penurut. Akan tetapi jika istri tersebut bertindak selayaknya boneka seks, membuat segala sesuatunya kurang terasa seru. Bagiku, boneka seks hanya mampu memberikan kenikmatan difisik saja, tanpa bisa memberikan kehangatan dihati.
Jujur, ulah tingkah Mela sekarang terasa hambar.
Dingin, dan kurang menggairahkan..
Aku yakin, ia masih memikirkan mengenai mantan sialannya itu. Terlebih, setelah beberapa kali kudapati Mela berkomunikasi secara diam-diam, aku yakin itu akan membuat hubungan mereka berdua semakin dekat lagi.
– – – – – – -
“Dek…?” Tanyaku pelan sambil mengambil nafas setelah pertempuran ranjang bersama Mela barusan. “Kamu masih sayang aku, Dek…?
Sejenak, Mela melirikku. Namun dengan tatapan kosong. Setelah itu, ia kembali menatap kearah langit-langit kamar.
“Dek…?” Ulangku.
“Ya…?” Sahutnya lagi, kembali menengok kearahku. Menjawab sekenanya dengan nada pelan. Seolah menghentikan lamunannya sebentar. “Kenapa Mas…?”
“Kira-kira… Kamu masih sayang aku…?” Tanyaku lagi .
Lama sekali Mela mencerna kalimatku. “Pertanyaan macam apa pula itu…?”
“Entahlah… Aku cuman nanya aja…”
“Gausah kamu tunggu jawaban dari mulutkupun… Kamu sudah tahu banget jawabannya aja…” Balas Mela sambil memamerkan senyum tipis yang dipaksakan.
“Aku cuman butuh kepastian aja… Kira-kira kamu masih pengen ngelanjutin pernikahan ini denganku…? Ataukan mau….” Tiba-tiba, aku merasakan sebuah emosi yang muncul dari diri Mela. Ditambah tatapan tajam matanya, membuatku seketika tak mampu melanjutkan kalimatku.
“Kamu… Mau bertanya seperti apapun, perasaanku ke kamu masih sama mas.. Aku masih sayang banget ama kamu…. Dan… Sampai kapanpun… Kamu masih aku anggap sebagai suamiku…” Jelas Mela dengan tatapan mata serius, “Tapi…” Ia menjeda sedikit kalimatnya. Sekali lagi lagi, Mela menatap langit-langit ruangan, dan menarik nafas panjang. “Aku hanya tak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi padaku akhir pekan kemaren… Itu saja…”
“Tentang lelaki sialanmu itu…?” Tanyaku meminta kepastian.
“Entahlah… Iya…. Mungkin…” Jawabnya gamang. “Aku hanya tak habis pikir, kenapa aku bisa larut kedalam nostalgia masa lalu yang begitu bergelora seperti itu…”
“Karena kamu tak pernah melupakannya…” Jawabku berusaha menyimpulkan.

Mela menggeleng.
“Itu hanya pergumulan fisik semata, Mas… Tak lebih… Dan aku bisa memastikan hal itu…” Jelas Mela lagi, “Tapi…” Lagi-lagi, istriku menjeda kalimatnya. Menatapku dengan wajah bingung, “Cara Fadil saat mencumbu dan meniduriku… Benar-benar membuatku merasa tidak berdaya… Dan anehnya, setiap kali aku mencoba menghentikan perasaan yang salah itu.. Aku malah jadi menginginkan hal yang lebih lagi darinya…”
Aku terdiam. Mela terdiam. Berdua, kami hanya membisu.
Seperti tenggelam dalam pemikiran aneh kami masing-masing.
Harusnya, begitu mendengar penjelasan Mela, emosiku langsung meledak. Namun, entah kenapa aku malah berlaku sebaliknya. Aku hanya mendengar semua cerita yang diungkapkan Mela dengan penuh perhatian. Meresapi setiap kata-kata mesum yang terlontar darinya.
Bahkan, aku sangat berharap, jika Mela bisa menceritakan hal yang lebih detail lagi daripada sebelumnya. Demi dapat menemukan sebuah kejutan baru dari kejujurannya. Dan pemikiranku mengenai obsesi tentang bagaimana Mela menghadapi persetubuhan kasar dengan selingkuhannya bisa menjadi makin tidak terkendali.
ANEHHH
“Menurutmu… Apa ya yang akan dibawakan selingkuhanmu itu besok ya, Dek…?” Tanyaku penasaran. Memecah keheningan yang terjadi diantara kami berdua.
Sungguh, itu adalah pertanyaan bodoh yang bisa kuucapkan saat ini. Mana ada, disepanjang sejarah hubungan pernikahan yang sehat, seorang suami akan menanyakan kepada istri yang dicintainya. Sebuah pertanyaan yang sepertinya hanya dilandasi oleh rasa penasaran dan nafsu yang benar-benar tak dapat ditahan-tahan lagi.
“Aku juga tak tahu, Mas…” Jawab Mela yang kali ini, membalik tubuhnya dan menatap kearah TV di sudut ruangan. Lagi-lagi dengan pandangan kosong.
“Sepertinya, besok aku ada ketemuan dengan investor, di kota X, Dek…” Ucapku pelan sambil menggeser tubuhku dan memeluk pinggang rampingnya.
“Hmmm… Terus…?” Jawab Mela ogah-ogahan.
“Ya gitu… Mungkin pertemuan dengan selingkuhanmu bakalan tertunda…”
“Ohhh…” Sahutnya singkat. Seolah tak mempedulikan ucapanku sama sekali.
“Kupikir.. Kamu senang dengan kepergianku…” Bisikku lirih sambil mengecup tengkuk jenjangnya dan mempermainkan payudaranya yang menggemaskan itu dari belakang.
“Kenapa harus senang…?” Lenguh Mela menjawab pelintiran jemariku pada putingnya.
“Entahlah…” Seruku lagi sambil menempelkan batang penisku pada belahan pantatnya. “Mungkin kamu bisa bersenang-senang dengan lelaki sialan itu selagi tak adanya diriku…”
“Hhhhh… Suami gila…” Jawab Mela mendesah sambil menyodorkan pantat bulatnya lebih jauh kebelakang.
“Bilang gila, tapi malah kasih pantat… ” Godaku sambil mencolek celah kemaluan istriku, “Hmmm… Kok udah basah juga, Dek…?”
“Aahhh… Ssshhh…. Udah-udah… langsung sodok aja, Mas… Gausah goda-goda gitu…” Seru Mela yang kemudian melepaskan dirinya dari pelukanku dan menunggingkan pantat bulatnya kearahku.
“Doggyy..?” Tanyaku sambil meremas bulatan pantat putih Mela.
“Iya…” Jawab istriku sembari menggoyang-goyangkan pinggulnya,
“Hmmmm… Sepertinya… Ada yang mau ngebandingin permainan kontol suami syahnya dengan gaya ngentot selingkuhannya nih…” Godaku yang kemudian bangkit dari tidurku dan berlutut di belakang bulatan pantat Mela
“Apaan sih, Mas…?” Jawab Mela ketus, “Biar kamu cepet puas…”
“Hehehehe… Kirain…”
“Ini kita mau ngentot…? Atau cuman ngobr…..”
CLEEEEEEEPPP
Kutusukkan kepala penisku yang sudah mengeras ini tanpa aba-aba sama sekali. Melesakkan batang beruratku yang sudah tak sabaran ini kedalam lubang senggama Mela yang begitu membanjir.
“Aahhhhhhh….” Lenguh Mela keenakan.
Akhirnya, di penghujung malam itu, aku kembali menyetubuhi Mela dengan buas. Menumpahkan seluruh persediaan spermaku yang masih tersisa di kantung zakarku ke dalam rahim hangatnya. Tanpa menghiraukan orgasme istriku yang entah ia dapatkan atau tidak.
“Kalo kamu sudah bosan menikah denganku, bilang ya Dek…” Ucapku sambil memeluk tubuh seksi istriku dan menarik nafas panjang. Sebelum akhirnya menutup mata dan menikmati kelelahan tubuh yang begitu nyaman ini.
Sengaja, aku membiarkan Mela terjaga malam itu. Sekedar memberinya ruang untuk berpikir mengenai kesimpulan apa yang bisa diambil pada hubungan pernikahan kami berdua. Padahal di isi kepalaku saat itu sedang memeras kemampuan otakku untuk berpikir.
“Bagaimana cara terbaik mengatakan kepada Mela jika kebahagiaanku saat ini adalah untuk bisa terus bersama dirinya, tanpa mempedulikan hubungan seks yang telah ia lakukan bersama selingkuhannya.
Bahkan yang paling parah, hati kecilku sedikit berharap, bisa menikmati hubungan seks bertiga antara aku, istriku, dengan selingkuhannya, tanpa adanya rasa cinta dihati…”
“Iya… Aku ingin threesome dengan istriku dan Fadil… Si pemilik kontol raksasa..”