
Keterusan – Ep 14 – Alasan
Cerita Seks Cuckold Istri Terbaru
“Fadil tuh sepertinya terobsesi denganku… Setiap saat… Dia selalu berkata jika ia bisa membuatku untuk bisa kembali kepadanya… Kapan saja, Mas… Tak peduli aku sudah menikah.. Atau belum…” Ucap Mela dengan nada lirih, namun mampu mengejutkan lamunanku.
“Owwhh…” Jawabku seperti kehabisan reaksi karena tenagaku seolah sirna setelah orgasme.
“Iya… Dan ia selalu memintaku untuk meninggalkanmu…”
“Lalu…? Kamu jawab apa…?” Tanyaku tak bersemangat, “Kamu meng-iya-kan permintaannya…?”
“Entahlah… Aku lupa…” Jawab istriku yang kemudian memejamkan mata, “Tapi mungkin… Aku menjawab iya…”
“Jadi kamu akan meninggalkanku…?”
“Dia menanyakan hal itu sesaat sebelum orgasme, Mas…” Jelas Mela, “Dan kamu tahu sendiri khan…? Setiap kali saat aku mau keluar… Aku pasti mengiyakan apapun permintaanmu…”
“Ngggg…..”
Memang benar, Melati adalah tipe wanita yang heboh ketika orgasme. Dan jika Melati hendak mencapai puncak pendakian kenikmatannya, ia akan melakukan apapun yang aku perintah. Termasuk menjawab semua rahasia yang ketanyakan padanya.
“Fadil… Seperti bisa berkomunikasi dengan kontolnya…” Ucap Mela lagi,
“Berkomunikasi seperti apa…?” Tanyaku.
“Iya… Kontolnya bisa selalu nurut gitu… Setiap kali Fadil berkata keras, kontolnya pun mengeras… Tiap kali harus bangun setelah orgasme, kontolnya juga langsung ngaceng lagi…”

AHHH
“Itumah bisa-bisanya kamu aja Dek…” Batinku yang merasa tak percaya dengan perkataan istriku.
“Jadi… Itu sebabnya kamu membohongiku…? Dengan tak memberiku kabar sama sekali saat sedang bersama laki-laki sialan berkontol besar itu…?”
Melati menatapku dengan wajah yang terlihat begitu ambigu.
Antara ingin mengangguk dan tersenyum dalam satu waktu.
“Sebenernya… Fadil memang sialan, Mas… Dia selalu memberiku tantangan setiap kali aku ingin menggunakan hapeku saat hendak memberimu kabar…”
“Tantangan apa…?”
“Nggg… “ Ucap Mela yang tiba-tiba menundukkan wajahnya. Seolah berusaha menampilkan rasa malunya padaku.
“Dek…? Apa tantangannya…?”
“Dia bilang… Aku boleh ngabarin kamu… Kalau…..” Jeda Mela lagi sambil menatap kearahku.
“Yaaa…? Kalau apa Dek..?” Tanyaku penasaran, “Udah langsung bilang aja kenapa sih…? Pake malu-malu segala…”
“Yaa… Bagiku sih ini memalukan, Mas…”
“Semalu apa…?”
“Ya malu-lah….” Sahut Mela sedikit ketus, namun kembali melanjutkan kalimatnya, “Kalo aku bisa membuatnya keluar duluan… Maka aku baru boleh ngabarin kamu…”
“Heeehh… Kok gitu…?” Kagetku mendengar jawaban istriku, “Berartii…? Selama weekend kemarin….”
Mela mengangguk-anggukan kepalanya.
“Kamu selalu kalah…?” Tanyaku lagi.
“Habisan… Fadil sangat perkasa, Mas… Setiap kali aku mencoba membuatnya keluar… Eh malah aku yang keluar duluan…” Sahut Mela seolah tak merasa malu ataupun bersalah.
“Tapi khan… Katamu cara ngewe lelaki sialan itu kasar…?”
“Justru itu… Aku juga tak tahu, Mas… Karena setiap kali Fadil ‘menyiksaku’ dengan kontolnya… Entah kenapa aku selalu kalah…” Jelas Mela dengan nada datar, “Bahkan… Saat aku mencoba membuatnya terkapar dengan gaya doggy…. Aku yang jadinya dijambak sambil terus ngentotin memekku secara kasar… Dan ujung-ujungnya, aku yang menyerah dan angkat tangan… “
“Fadil benar-benar beda denganmu, Mas… Meskipun ia kasar… Akan tetapi gak tau kenapa… Aku suka dikasari olehnya…”
AAHHHH TAHIIIKKK
– – – – – – – -
Wow.
Aku tidak percaya Mela memberitahuku semua ini.
“Mas… Tahu gak…?”
“Kenapa Dek…?”
“Wanita tuh akan selalu merasakan sesuatu yang membuatnya lebih dekat dengan pria yang menyetubuhinya loh…. Karena saat bercinta, ada hormon wanita yang terlepas seiring dengan orgasme yang mereka dapatkan…” Jelas Mela berusaha meyakinkanku.
“Hmmm… Gitu ya…?” Sahutku mencoba menelaah kalimat istriku
“Iya dong… Oleh karenanya, meskipun awalnya aku dan Fadil bercinta dengan tanpa adanya cinta ataupun komitmen yang menyertai… Entah kenapa.. Pada akhirnya aku merasa akan ada sebuah rasa yang tumbuh diantara kami berdua…”
“Dan itulah yang aku coba hilangkan mas… Karena jujur, selama ini aku mencoba tak memikirkan hal itu…” Ucap Mela sembari mengusap dadaku.
“Bukannya kamu dan Fadil sering dapat orgasme yang bertubi-tubi…?”
“Justru karena itu, mas… Aku khawatir… Ketika sering mendapatkan orgasme darinya… Akan membuat rasa dihatiku… Makin menggebu-gebu.

KAMPREEEETTT
“Aahhh… Bisa-bisanya ucapanmu aja itu Dek…” Celetukku dalam hati yang sedikit tak percaya dengan penjelasan istriku, “Gausahlah kau sertakan alasan hormon dan orgasme… Bilang saja terus terang… Kalo kamu mulai cinta dengan lelaki keparat itu…”
“Makanya… Aku benar-benar menjaga supaya aku dan dia… Jangan sampe mempunyai rasa diantara kami berdua… Karena jujur, bagiku… Ini tak lebih dari sebuah permainan aja Mas… ”
“Bener…?” Ucapku sedikit mempertanyakan.
“Iya dong… Khan kamu juga bisa membuatku orgasme, Mas… ” Seru Mela yang tersenyum dengan manisnya, “Jadi terus cintai aku ya, Mas… “
“Makanya… Entot aku terus ya, Mas… Buat aku orgasme berkali-kali dengan kontolmu ini…” Sambung Mela sambil mengusap batang penisku yang masih terkulai lemas, “Jangan sampe kalah dengan kontol Fadil… Hihihihi…”
GILA
Mungkin Mela sudah sedikit tak waras.
Mendengar kalimat Mela barusan, sepertinya Ia masih mengingkan untuk bisa berhubungan lagi dengan lelaki bangsat itu. Yah, meskipun istriku membungkus kalimatnya dengan kata-kata manis, yang tak mengarah ke hal tersebut, akan tetapi aku bisa mengetahui niatan akal bulusnya.
SIAAALLL
“Mana mungkin aku menandingi kehebatan lelaki kampret itu…. Kena doggy istriku aja, kontolku sudah muncat dan tak bisa berkutik lagi…” Sungutku kesal sambil melihat senyum istriku.
Sumpah, untuk sesaat aku ingin bangun dari tidurku. Menjambak rambut panjang Mela. Menyeretnya keluar ruang dan menjedotkan kepala istriku ke dinding secara membabi buta. Aku benar-benar merasa jijik melihat senyuman tulus namun terlihat mengejek itu.
Namun, aku hanya berani di pikiranku saja. Karena pada kenyataannya, aku hanya bisa diam. Menahan gejolak panas emosi didada sambil memaksakan diri untuk ikut tersenyum saat menatap kearahnya.
AHHH. PENGECUT…!!!
Umpatku pada diriku sendiri.
LELAKI PENAKUT…!!!
Kesalku karena tak mempu menyuarakan isi hatiku.
BOCAH BERKONTOL KECIL SEPERTIKU, MANA SANGGUP NGELAWAN LELAKI BERKONTOL BESAR SEPERTI FADIL
“Arrrrgggggggggggggghhhhhhhhhhhhh…….”
Meskipun ukuran penisku masih diatas ukuran rata-rata kemaluan pria disekitarku, akan tetapi, entah kenapa aku selalu merasa minder jika batang kejantananku ini dibandingkan dengan penis lelaki sialan itu. Karena mendengar cerita Mela, ukuran penis selingkuhannya itu hampir dua kali ukuran penisku.
Dan lagi, jika mendengar cerita Mela yang lain, stamina bercintaku pun kalah telak jika dibandingkan. Sehingga aku langsung bisa memutuskan jika aku memang kalah telak dari awal. Kami aku dan Mela tahu jika aku tidak bisa memberikan jenis seks sama, seperti yang dapat dari selingkuhannya.
TAPI
Kenapa saat mendengar ‘kejujuran yang menyakitkan’ itu aku merasa senang?
Bahkan, ketika aku merasa dipermalukan seperti itu, aku merasa ada gejolak aneh didada yang membuat birahiku perlahan meletup-letup.
Asli. Aku perlu waktu. Untuk bisa memikirkan, apa arti dari ini semua. Selain itu, aku juga harus mendapatkan alasan, kenapa aku bisa selalu terangsang saat mendengar istriku bercerita mengenai selingkuhannya.
***
Diary 205
# Perkenalan
Pagi-pagi buta, HP-ku berdering begitu kencang. Membuatku langsung terbangun dan terjaga dari tidur nikmatku.
Kurenggangkan tubuhku, melemaskan otot-ototku yang kaku. Lalu celingukan mencari handphoneku yang lupa kuletakkan dimana
Kuraih Hp itu lalu kubaca nama pemanggilnya.
“Tante Yanti…” Nama yang tertera dilayar handphoneku, “Mau apa dia telephon pagi-pagi begini..?”
“Halo Tante…Pagii…“ Sapaku dengan suara serak karena nyawaku belom terkumpul sepenuhnya.
“Pagi…? Astaga Melaaaa… Ini udah jam 1 siang loh… Masa segini dikata pagi…? Gimana sih…? Anak perawan jaman sekarang kok males banget…!” Cerocos Tante Yanti yang memang terkenal cerewet itu tanpa henti.
“Hari ini kamu ada rencana kemana…? Lagi ga ada acara khan…? Tante niat mau kenalin kamu ke anaknya temen tante, jadi please ya hari ini kamu kerumah tante…”
Seperti hal yang sudah bisa kutebak, Tante Yanti, adik Ibu, sekaligus mak comblang kebanggaan keluargaku, ingin menjodohkan aku. Keponakan cantiknya yang dikira tak punya pasangan ini dengan salah seorang putra temannya.
Sepanjang telephon, aku hanya mendengarkan omelan Tante Yanti dengan malas-malasan. Karena inti percakapan kami itu adalah, ia memintaku untuk bolos kerja hari ini supaya bisa menghadiri acara pertemuan nanti.
“Pokoknya Tante jamin, kamu pasti bakalan suka. Orangnya ganteng, tegap, dan kekar. Finansialnya juga udah mapan, dan yang paling penting orang tuanya kaya. Jadi, semisal kamu cocok dan akhirnya bisa menikahinya, Tante jamin hidupmu dan keluargamu, gak bakalan susah….”
Ya. Tipikal sales produk ketika menjelaskan barang dagangannya. Tak ada kekurangan sedikitpun.
“Gimana…? Mau yaa…?” Tanya Tante Yanti lagi
“Iya deh…”
“Nah gitu dong…” Jawab Tante Yanti dengan nada riang, “Yaudah. Tante tunggu dirumah ya…”
***
“Hai, Dio…” Ucap seorang cowok sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya padaku.
“Mela…” Jawabku malu-malu dengan wajah yang memerah.
“Gimana…? Ganteng khaaaannnn….?” Senyum Tante Yanti melihat rasa gugup diwajahku, “Ga salah khan pilihan Tante…?”
Mendengar kalimat tanteku, aku hanya bisa menunduk. Jujur, aku tak menyangka jika lelaki yang dikenalkan kepadaku ternyata begitu ganteng, putih, tinggi, dan terlihat seperti anak dari keluarga orang berada.
Dio orangnya memang pandai berbicara. Ia juga dengan mudah membuatku larut dalam keseruan cerita-ceritanya. Karena meskipun kami baru berkenalan, entah kenapa aku merasa begitu akrab dengannya. Sehingga tak terasa, perjumpaan yang singkat itu harus diakhiri karen hari sudah sore.
“Besok sore aku jemput ke kosanmu…” Ucap Dio sambil mengecup lembut punggung tanganku. Setelah itu, ia pun pergi. Meninggalkan aku dan Tante Yanti yang tak henti-henti tersenyum kearahku.

– – – – – – –
Keesokan harinya, Dio benar-benar datang ke kosan. Ia datang dengan mengendarai mobil besar berwana putih tahun keluaran terbaru.
“Hai cantik…” Sapa Dio yang lagi-lagi mengecup punggung tanganku, “Kita jumpa lagi…”
“Kamu laper gak, kita makan dulu yuk?” ujar Dio.
“Terserah kamu deh, aku ikut aja.” jawabku sambil tersenyum.
Tidak sampai 30 menit kami sudah memasuki kawasan pantai dimana suasanya terlihat begitu menawan. Kami datang disambut langit jingga yang begitu mempesona.
“Cantik banget langitnya….” Desahku karena terkagum-kagum dengan pemilihan tempat yang Dio unjuk kepadaku.
“Tak secantik dirimu, Mel…”
Dio memarkirkan mobilnya membelakangi tebing. Membuka pintu belakang, dan menyusun joknya sehingga bisa digunakan untuk tiduran sambil menatap pemandangan langit jingga dan debur laut dibawah sana. Setelah itu, Dio membentangkan kasur tipis dan menata perbekalan yang sudah ia bawa sebelumnya.
“Romantis…” Kagumku dalam hati melihat kesiapan Dio untuk menjamu tamunya sore ini.
“Kamu mau makan apa, Mel…?” Tanya Dio sambil tersenyum kearahku.
“Ntar aja lah, aku belum laper-laper banget….” Jawabku.
“Ya udah, kalo gitu minum dulu aja deh…” Sahut Dio yang segera mengambil botol kaca dan menuangkan isinya untukku. “Nih… Cobain…”
“Gak mau ah… Itu miras…” Tolakku
“Hehehehe… Cobain aja dulu… Enak kok…” Sodornya sambil tersenyum lebar kearahku, “Ini ga bakal ngebuatmu mabuk…”
SRLUUPP
“Benar… Rasanya enak sekali…” Ucapku dalam hati sambil mengecap beberapa kali.
“Hehehehe… Enak khaaaannn…?”
Dio ternyata selain ganteng, ia juga pandai menjamu. Karena tak berapa lama kemudian separuh hidangan yang disuguhkan padaku sudah banyak yang berpindah ke dalam perut. Ia juga jago membuat suasana tak membosankan. Bahkan seiring waktu, ia mampu membuatku merasa jika kita berdua sudah berpacaran lama.
Hingga tiba-tiba aku merasakan bibir tebal Dio mengecup dahiku. Menyusur pipiku hingga terus ke bibirku. Perlahan, tubuhnya pun begeser merapat dan ujung-ujungnya, ia melumat bibirku lembut
CUUUPPP
“Oohhh Dio. Pintar sekali ia memagut bibirku…” Lenguhku dalam hati sembari menikmati sensasi cumbuan yang telah lama tak kurasakan. Bahkan ketika aku mulai membalas ciumannya, lidah Dio semakin buas mengaduk-aduk isi mulutku.
Sembari terus bergulat ludah dan bertukar air liur, tangan Dio juga mulai merabai tetekku dari luar bajuku. Meremas kedua bulatan payudara yang selalu kubanggakan sambil terus mencoba menyelipkan tangannya kedalam atasanku.
“Kamu cantik, Mel…” Seru Dio ketika tangannya merayap naik kebalik beha yang kukenakan. Terus mencoba menyelipkan tangannya guna meremas-remas tetek lembutku. Namun karena beha yang kukenakan terlalu sempit, ia segera merebahkan kursi
KLEK
Dio merebahkan kursi mobilnya kebelakang sehingga membuat gerak di dalam ruang mobil terasa lebih lega. Dengan cekatan, Dio mulai melucuti pakaian yang kukenakan. Sehingga dalam waktu singkat, tampaklah dua bulatan dadaku yang masih tertutup BH merahku.
“Besar sekali, Mel…” Ucap Dio yang tangannya langsung meremas tetekku dan menyelusup kebalik beha. Mempermainkan puttingku dan sesekali mencubitnya pelan. Membuat nafsu birahiku panas dingin karenanya. Terlebih ketika tangan Dio menjalar kebalik punggung dan melepas kaitan behaku hingga tetekku terbebas dan menggelantung dengan indah. “Semenjak pertama kali melihatmu… Aku bisa menebak kalo tetekmu tuh bener-bener seksi, Mel…”
CUUPPPP
Tanpa meminta ijin dariku, bibir Dio langsung menelusur di permukaan kulit payudaraku. Bergantian, kedua putingku digelitik oleh lidahnya. Dikemut dan dihisap sambil sesekali menggigitnya pelan.
“Ooohhh…”Erangku karena merasakan geli sekaligus nikmat karena nafsu syahwatku yang semakin berkobar karena elusan tangannya pada luar selangkanganku. Membuat memekku menghangat dan membanjir basah.
“Kubuka ya Mel…?” Pinta Dio sambil tersenyum dan melirik kearah celana dalamku.
Aku yang tak sanggup menjawab karena kuluman lidahnya pada putingku, hanya bisa terdiam. Dan tanpa menolak permintaan Dio, aku membiarkan tangannya melucuti pakaianku hingga telanjang bulat.
“Wooowww….Memekmu secantik wajahmu, Mel…” Senyum Dio lagi sambil membelai celah memekku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh dan menggelitik biji itilku. Membuat kedua pahaku otomatis mengangkang supaya jemari Dio makin mudah mengakses liang kewanitaanku dengan lebih leluasa. “Kamu sengaja mencukur habis bulu jembutmu…?”.
“Nggghhh… Aku ga punya jembut…” Erangku dengan tubuh mulai bergetar. Menerima setiap gelitikan dan kobelan jari gemuk Dio yang mulai memainkan biji itil-ku. “Ngggghhhhh… Dioooo…”
“Memek cantik begini, sayang kalo tak dicicipin…” Seru Dio yang kali ini mulai menciumi area bawah perutku yang tak berambut sama sekali.
CUUUPPP..
Dengan gerakan perlahan, bibir Dio terus menciumi tepi selangkanganku tanpa henti. Ia juga mulai membuka liang senggamaku dan mempermainkannya dengan dua jarinya. Namun, ketika Dio hendak menggelitik lubang kewanitaanku lebih dalam, aku buru-buru menahan gerakan tangannya.
“Ssshhh.. Diooo… Jangan…” Pintaku mewanti-wanti
“Ehhh…?” Kagetnya
“Jarimu jangan masuk terlalu dalam ke lubang memekku…” Jelasku
“Kenapa…?” Sahut Dio masih terus mencoba menggelitik lubang kemaluanku lebih dalam.
“Aku… Ngggghhh… Oohhh…. Memekku masih perawan…” Sambungku lagi dengan tubuh terus menggelijang karena gelitikan jemari tangan Dio
“Wooowwww… Serius…?”
“Iya… Aku masih punya selaput dara…”
“Hmmmm… Kamu memang banyak kejutan…” Kaget Dio setengah tidak percaya.
Ia buru-buru memicingkan matanya dan menyibakkan kedua bibir vaginaku lebar-lebar. Seolah sedang mencari tahu kebenaran dari kalimat yang barusaja kusampaikan. “Astagaaaa… Beneran… Memek kamu masih rapet, Mel….”
“Makanya… Jangan disodok pake jari ya…” Pintaku lagi
“Hehehe… Kalo disodok pake kontol…? Boleh ga…?” Tanya Dio yang kemudian segera membuka celana beserta kancutnya. Membuatku seketika itu terbelalak. Terkejut karena melihat batang kontolnya yang besar dan panjang.
Meskipun tak sebesar kontol Fadil, akan tetapi aku tetap terpukau dengan ukuran kontol yang sebesar itu. Saking besarnya, kontol Dio menjulang tinggi melebihi pusar di perutnya.
PUK PUK PUK
”Aku masukin kontol aku ya, Mel…?” Tanya Dio sambil menepuk-nepukkan batangnya ke memekku yang sudah begitu siap untuk disetubuhi. “Demi bisa merasakan memek perawanmu… Aku rela memberikanmu segalanya…”
Entah apa yang ada dipikiranku ketika Dio meminta ijin untuk bisa menyetubuhiku. Karena setelah ia menggesek-gesekan kepala kontolnya di memekku, aku bukannya marah atau menghentikannya. Aku malah membuka kedua pahaku makin lebar, seolah tidak sabar ingin merasakan sodokan kontol besar itu di dalam memekku.
Aku juga memejamkan mata saat merasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kontol Dio. Aku juga diam saja saat kedua bibir kemaluanku tersibak kesamping karena dorongan kepala kontolnya ketika mulai masuk menembus gawang pertahananku.
CLEEEEEEPPPPP
“Sempit sekali memekmu, Meelll…” Erang Dio terus berusaha menggerakkan kontolnya maju.
“Nggghhh… Ohhhhh.…Ssshhh…. ” Balasku ketika merasa liang memekku benar-benar penuh karena terisi oleh kontol besarnya. “Besar banget kontolmu…”