Hendra Putra Pratama – Ep 2
Cerita Bokep Istri Terbaru
“Mas bangun mas. Sudah jam 4”
Ku dengar suara lembut membangunkanku. Begitu ku buka mata sebuah pemandangan indah sudah tersaji di depan mataku. Istriku Nur Herlina As-Syifa dengan paras cantiknya tanpa busana sedang berusaha membangunkanku.

“Hoamm… Ehh mimpi apa aku pagi-pagi sudah lihat bidadari, telanjang lagi hehe” Ucapku merayu istriku. Terlihat raut wajah malunya mendengar pujianku.
“Ihh dasar hihihi. Mas kaya semalem lagi yuk?” Pinta istriku ingin kembali memadu kasih.
“Haha ketagihan ya kamu? Sini sayangku, istriku” Ucapku sambil memeluk dan mengecupnya.
Kali ini tidak terlalu lama kami pemanasan karena pagi ini aku sudah harus kembali berangkat kerja. Setelah sedikit kecupan dan remasan ku berikan padanya, kini ku posisikan kemaluanku di depan kemaluan istriku.
Saat ku sentuh kemaluannya terasa cukup basah. Ku gesek-gesek kepala penisku di bibir vaginanya hingga Lina meringis mendesah.
“Shh… Ahh…. Ayo mas emphh….” Desahnya meminta untuk segera memulai permainan kami.
Aku yang sudah memang tidak sabar dan dikejar waktu juga segera menekan maju penisku hingga masuk sempurna. Bless… Ahh….
“Ouhh… Enak sayang” Desah istriku.
“Aghh… Aghh… Ahh…” Kini ku goyangkan penisku maju mundur membelah kemaluan istriku yang sudah basah.
“Enakhh.. Ahh…. Terus mashh… Akhh….” Istriku terus meracau.
Ku rasakan kedutan terpancar pada penisku dan tak bisa ku tahan lagi. Crott… Crot… Kembali ku basahi kemaluan istriku dengan sisa sperma yang ku miliki.
Mungkin karena lelah sisa semalam jadi kali ini aku klimaks sangat cepat. Lagipula aku juga harus segera bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Ku peluk istriku dengan rasa lelah. Tak berselang lama dia pergi keluar kamar, sedangkan aku masih mengistirahatkan tubuhku.
Ketika istriku selesai membersihkan dirinya barulah aku pergi ke kamar mandi dan bersiap untuk pergi bekerja.
“Sayang, aku berangkat dulu ya” Pamitku pada istriku. Di dalam mobil diriku masih tidak habis pikir betapa beruntungnya aku, dan kini kehidupanku semakin sempurna dengan hadirnya Lina sebagai istriku.
__________
“Selamat pak Hendra” Itulah ucapan yang banyak ku dengar pagi ini di kantor.
“Setelah menikah pak Hendra semakin cerah dan segar nih saya lihat hehehe” Ucap pak Surip, OB di kantorku. Walaupun statusnya hanyalah OB di kantorku, namun pak Surip kerap kali memberikanku saran-saran atas pengalamannya, kami juga cukup dekat dan suka berbagi cerita.
“Haha bisa aja pak Surip. Ya Alhamdulillah pak sedikit demi sedikit satu-satu tujuan hidup terpenuhi” Ucapku padanya.
“Iya pak Hendra. Alhamdulillah saya lihat juga pak Hendra dan Istri benar-benar serasi. Yang satu tampan rupawan dan sukses, yang satunya cantik dan ayu” Ucap pak Surip. “Hahaha” tawa kami menghiasi ruang kerjaku.
“Kalo butuh saran dan masukan sebagai pengantin baru pak Hendra tinggal panggil saya aja, nanti saya kasih tips dan triknya haha” Canda pak Surip.
“Wah iya perlu itu saya, harus belajar dari senior hahaha. Nanti saya tanya-tanya ke bapak ya, sekarang mau lanjutin berkas-berkas dulu nih pak. Khawatir makin lama nanti nambah lagi dan jadi numpuk” Ucapku pada pak Surip.
“Siap pak. Saya izin permisi dulu” Ucap pak Surip sambil pergi meninggalkanku.
Saat sedang mengecek berkas baru tiba-tiba saja ada panggilan video di handphoneku. Ku lihat ternyata dari Lina, istriku. Ada apa ya dia telpon? Baru sebentar masa sudah kangen aja?
“Halo Assalamu’alaikum, kenapa yank?” Tanyaku.
“Wa’alaikumsalam mas. Ini ada bapak-bapak katanya mau ambil barangnya yang tertinggal. Katanya pak Manto mas, ini benar pak Manto bukan mas?” Ucap istriku yang mengarahkan kamera handphonenya ke arah pak Manto.
“Ohh iya yank itu pak Manto. Iya kayanya masih ada beberapa barangnya yang belum dibawa di kamar yang satu lagi” Ucapku padanya.
“Ohh yasudah mas iya. Aku cuma mau mastiin aja. Assalamu’alaikum” Ucap istriku.
“Wa’alaikumsalam” Dan videocall pun berakhir.
__________
Hari menampakkan jingganya, sudah waktunya aku pulang. Kembali ke rumahku yang saat ini semakin nyaman dengan hadirnya sosok bidadari dalam hidupku.
Sambutan hangat ku dapatkan ketika sampai di rumah. Tidak heran karena istriku paham agama, dan tau keutamaan dari melayani suami. Semakin menampakkan kesempurnaan dalam dirinya.
Setelah sholat Isya istriku terus menatap wajahku dengan senyum manisnya. Ku rasa aku tau apa maksudnya. “Mau?” Tanyaku padanya, dan dibalas dengan anggukan dan senyum manisnya.
Malam itu kami kembali memadu kasih selayaknya pengantin baru. Desahan dan erangan menjadi bukti adanya sepasang insan manusia yang sedang merasakan nikmat surga dunia.
“Ahh… Akhh…. Emphh… Sayanghh…” Desah Lina membuatku semakin bernafsu. Karena gemas ku cepatkan goyangan pinggulku membuat tiap gesekan terasa semakin nikmat.
“Ahh… Sayang enakhh… Ahh…” Desah istriku semakin menjadi.

Ku dekap tubuhnya dan ku pagut bibirnya manisnya. Rasa ini sungguh luar biasa. Kemaluanku semakin bergetar efek rasa nikmat. Ku rasa permainan akan selesai jika tidak ku tunda. Ku hentikan persetubuhan ini sejenak.
“Ahh… Ahh.. Kenapa berhenti mas?” Tanya Lina heran.
Setelah ku rasa mulai pulih, kembali ke hantakkan pinggulku membuat penisku terhenyak masuk kedalam kemaluan istriku. Hemphh….
“Akkhh….” Desahnya terhenyak.
Setelah 15 menit persetubuhan kami, kali ini aku sudah tidak bisa menahan gejolak birahiku lagi. Crott…. Crot… Ahh….
“Huhh… Huhh.. Enak mas” Istriku tersenyum. Dan pertempuran kami diakhiri dengan kami yang terlelap saling memeluk.
__________
Hari-hariku dan Lina selalu diwarnai dengan persetubuhan. Sejujurnya aku agak kewalahan meladeni nafsu istriku. Mungkin karena sex adalah hal yang baru baginya, jadi begitu merasakannya dia selalu ingin lagi dan lagi. Sering kali setelah aku klimaks istriku meminta lagi, namun apa daya hanya sebatas itu kemampuanku. Ada sedikit rasa iba dalam diriku, kasihan karena sebenarnya sering kali dia tidak puas atas permainanku.
Pagi ini saat sudah di kantor diriku memikirkan hal tersebut. Dan sepertinya gelagatku terbaca oleh pak Surip.
“Pak Hendra kenapa? Tumben ngelamun, biasanya fresh terus” Ucap pak Surip memberikanku secangkir kopi.
Aku bingung, apa perlu aku ceritakan isi kepalaku kepada pak Surip? Memang aku sangat percaya padanya, tetapi agak berat rasanya jika persoalan rumah tanggaku yang satu ini harus ku ceritakan kepada orang lain.
“Ohh gak apa-apa pak. Lagi mikirin kerjaan aja” Ucapku mengelak.
“Tumben pak. Saya tau kok kalo soal kerjaan bapak gak mungkin sampai melamun seperti itu. Saya tau bagaimana hebatnya pak Hendra dalam hal pekerjaan” Ucap pak Surip seperti tau isi kepalaku.
Kalau bapak mau cerita ke saya silahkan, saya selalu bersedia” Tambahnya sambil tersenyum padaku.