Dahlan VS Zainal

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Cerita Dewasa Tukar Pasangan Terbaru

Dahlan kelihatan serba salah. Duduk salah berdiri juga salah. Anak lelakinya yang berumur 8 tahun terlihat sedang asyik duduk di lantai ruang tamu menyusun balok-balok legonya, sedangkan hati Dahlan berkecamuk antara marah dan gelisah.

Bagaimana Dahlan tidak marah dan gelisah kalau rekaman CCTV di rumahnya memperlihatkan sepasang manusia, laki-laki dan perempuan sedang berbuat asusila di atas sofa rumahnya?

Mata Dahlan memandang ke arah jam di dinding. Ia tahu di situ terletak kamera CCTV yang dipasang secara tersembunyi. Malah bukan hanya di situ saja, di dapur, di kamar tidur, tangga, garasi bahkan belakang rumah turut diletakkan CCTV tanpa sepengetahuan isterinya, tetapi bukan sengaja dipasang untuk menangkap sepasang manusia itu berbuat mesum di rumahnya, melainkan hanya untuk menangkap maling, ternyata…

Watermark_70070_Syalifah_76412367472.Jpg

Dahlan mengangkat pantatnya beranjak dari tempat duduknya pergi ke kamar kerjanya. Istrinya yang sedang memasak di dapur melihat Dahlan dan tersenyum. Dahlan membalas senyuman istrinya. Setelah itu pintu kamar segera ditutup Dahlan.

Dahlan duduk di depan meja kerjanya membuka laptopnya dan melihat kembali rekaman CCTV yang membuat hatinya kembali serba tidak menentu. Dari satu video beralih ke video yang lain terlihat berbagai gaya bercinta sepasang manusia di layar komputernya itu.

Rekaman istrinya melakukan hubungan intim dengan salah seorang teman dekatnya membuat Dahlan menjadi sangat marah menontonnya. Mata Dahlan terbuka lebar menonton paha istrinya yang terkangkang di sofa dengan rok panjangnya yang tersibak sampai ke atas perut.

Sementara itu Zainal kelihatan sedang berlutut di lantai menjilat memek istri Dahlan dengan sangat antusias sekali. Di sudut video itu tercantum jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi.

Ternyata waktu yang paling tepat bersamaan dengan anaknya pada waktu itu berada di sekolah dan Dahlan berada di kantor.

Kemudian dalam video itu menampilkan isteri Dahlan, Farah menghisap kontol Zainal.

Kepala Farah bergerak seiring dengan batang kontol Zainal yang keluar-masuk di mulut mungil isterinya itu. Tidak lama setelah itu Dahlan melihat tubuh Zainal melengkung dan kepala Farah ditarik rapat ke perutnya. Ternyata Zainal sedang mengalami puncak napsunya. Farah kelihatan memeluk pinggul Zainal yang sedang terkejang-kejang mengalami ejakulasi.

“B*ngs*t kau Zainal. Puas kau memberikan biniku telan air manimu ya…” maki Dahlan dengan marah di dalam hati. Kemudian Dahlan menonton video berikutnya.

Kejadiannya terjadi di dapur. Kelihatan Farah sedang sibuk di dapur. Zainal turut kelihatan berada di situ. Zainal kemudian meraba-raba pantat Farah yang tertutup daster panjang dan mereka seperti berbicara sesuatu.

Dahlan melihat bagaimana Zainal yang kemudian membuka celana dalamnya dan menghunus kontolnya yang keras ke pantat Farah. Bagaikan seorang pelacur, Farah melentik-lentikkan pinggulnya sambil Zainal menekan kontolnya ke pantat Farah sembari memeluk wanita itu.

Seketika kemudian, Farah menghilang sejenak dari pandangan layar komputer Dahlan dan kembali ke dapur sebentar kemudian. Zainal memeluk Farah. Mereka berdua berpelukan dan berciuman. Farah kelihatan menarik batang kontol Zainal yang keras itu lalu dikocoknya dengan cepat. Kemudian Farah berpaling dan menungging di depan tempat cuci piring. Zainal di belakangnya menyibak daster panjang Farah sampai ke pinggang Farah kemudian berlutut di belakang wanita itu.

Zainal menjilat habis celah memek dan selangkangan Farah. Melentik-lentik pinggul Farah menikmati jilatan napsu dari Zainal. Pasti sedapnya bukan main.

“Tak ada gunanya punya istri seperti ini…” marah Dahlan dalam hati sambil Dahlan menyaksikan video rekaman itu.

Watermark_69654_Syalifah_87921894616.Jpg

Zainal berdiri dan menghunuskan kontolnya ke celah selangkangan Farah. Melentik-lentik pinggul Farah sewaktu menerima kontol Zainal di lubang pukinya. Zainal menekan batang kontolnya sampai habis masuk ke dalam lubang puki Farah. Farah menoleh ke arah Zainal dan berkata sesuatu.

Kemudian Zainal pun mulai menggenjot puki Farah. Geram Dahlan melihat Zainal mengayunkan kontolnya keluar-masuk bertubi-tubi di lubang puki isterinya.

Melengkung pinggul istrinya yang montok itu sewaktu menerima genjotan Zainal dari belakang. Kedua tangan Zainal dengan kuat memegang kanan kiri pinggul Farah sambil menggenjot kuat dan cepat puki Farah.

Farah kelihatan sangat menikmati persetubuhan itu. Dari wajahnya yang terhampar di layar laptop Dahlan, Dahlan bisa melihat dengan jelas sekali wanita itu menyukai persetubuhan itu dan sangat menikmatinya.

Dahlan melihat Zainal membiarkan pinggul Farah tidak ditutupi daster. Malah sambil menggenjot, Zainal turut menarik daster Farah agar kelihatan pinggul Farah yang putih mulus.

Semakin lama ayunan kontol Zainal semakin cepat. Farah juga kelihatan semakin bergairah dengan tubuhnya yang melengkung dan kepalanya yang terdongak. Zainal beberapa kali menampar pinggul Farah dan secara tiba-tiba Zainal mencabut kontolnya keluar dari puki Farah.

Segera wanita itu berlutut menghadap Zainal sambil mulutnya ternganga hendak menadah air mani yang bakal dipancutkan dari kontol lelaki itu. Dahlan melihat Zainal menggenggam kontolnya dan diarahkan ke mulut Farah.

Farah bagaikan wanita yang kehausan mengangakan mulutnya pada kontol Zainal yang sedang menanti waktu untuk meledakkan air maninya. Tubuh Zainal pun akhirnya terkejang-kejang. Kontolnya di arahkan ke wajah Farah.

Dahlan melihat air mani Zainal memancut ke wajah istrinya dan sebagian lagi masuk ke dalam mulut istrinya.

Dahlan turut menyaksikan bagaimana Zainal menggoncang-goncang kontolnya hingga air maninya habis meleleh masuk ke dalam mulut istrinya yang ternganga. Habis sudah air mani Zainal dilepaskan, Zainal menyumbat kontolnya masuk ke dalam mulut istri Dahlan.

Farah terus mengulum kontol Zainal hingga membuat tubuh lelaki itu menggigil karena kenikmatan yang sungguh hebat dikulum mulut istri orang itu. Dahlan berdengus kecil.

Layar laptopnya ditutup dan mata Dahlan kosong memandang wallpaper yang menunjukkan gambar mereka bertiga sekeluarga di layar laptopnya. Hati Dahlan tersayat memandang wajah anaknya.

“Assalamu’alaikum…”

“Wa’alaikumsalam. Eh, Dahlan.. masuk.. mari masuk, Lan…” kata Zainal yang kebetulan berada di garasi sedang menyemir sepatu.

Dahlan masuk melalui pintu pagar rumah Zainal yang memang tidak dikunci. “Wah… mengkilat betul kau semir sepatumu, Nal…” kata Dahlan.

“Biasalah, akhir minggu…” jawab Zainal.

“Istrimu dimana, Nal?” tanya Dahlan.

“Ada di dalam. Ia baru pulang kerja.” jawab Zainal.

“Baru pulang kerja ya… aku sebenarnya ada…” kata-kata Dahlan terhenti sewaktu Dahlan melihat Hayati yang masih berseragam jururawat itu keluar ke garasi. “Eh… Dahlan rupanya kamu… Mbak sangka siapa tadi..” kata Hayati.

“Ya Mbak Yati… baru pulang kerja ya… aku pingin lihat Mas Zainal sore-sore lagi ngapain… baby mana?” tanya Dahlan.

“Ada di dalam, lagi dijaga kakak-kakaknya… Mbak baru pulang kerja masih belum tukar pakaian nih… duduk dulu ya, Lan…” kata Hayati yang kemudiannya berpaling dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Mata Dahlan menatap liar pantat istri Zainal yang dibalut seragam jururawat berwarna biru muda itu. Rok panjang Hayati selain kelihatan ketat, mata Dahlan juga bisa melihat dengan jelas segitiga celana dalam Hayati yang membungkus pantat Hayati yang bulat dan montok.

Pantat Hayati yang nonggeng itu selain bergerak melenggang lenggok sewaktu ia berjalan, Dahlan juga membayangkan pantat yang besar tersebut pasti juga mahir bergoyang berlenggang lenggok di atas kasur melayani kontolnya.

“Tadi kamu kata ada hajat, Lan… hajat apa…?” tanya Zainal.

“Nih, coba kamu lihat…” kata Dahlan sambil menyodorkan handphone miliknya kepada Zainal.

Zainal pun mengambil handphone Dahlan dan melihat apa yang ada di layar. Seketika wajah Zainal pucat pasi sewaktu melihat video dirinya sedang menyetubuhi istri Dahlan tanpa sehelai benangpun di atas kasur yang berada di kamar rumah Dahlan.

“Aku… err… aku…” kata Zainal tergagap-gagap.

“Gak pa-pa… kamu lihat dulu sampai habis… memang aku datang kesini hendak menunjukkan pada kamu… melihat sampai habis saja…” kata Dahlan tenang.

Zainal yang serba salah pun mengikuti saja kata-kata Dahlan, menonton rekaman video yang dimainkan di handphone itu. Zainal melihat tayangan dirinya menggenjot puki Farah, istri Dahlan dalam berbagai posisi. Keduanya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di tubuh mereka. Video itu dimainkan hingga ke babak terakhir.

Berkerut dahi Zainal melihat dirinya di dalam video itu tidak karuan mencabut kontolnya dari puki Farah yang terkangkang telanjang dan menyuapkan kontolnya ke mulut istri Dahlan.

Terkejang-kejang tubuh Zainal di dalam video itu memancutkan air maninya di dalam mulut Farah sambil memegang kepala wanita itu agar air maninya terus sampai ke tenggorokan dan terus ditelan sampai ludes oleh Farah.

Setelah habis tayangan video itu ditonton Zainal, Zainal mengembalikan handphone tersebut pada Dahlan.

Bergetar tangan Zainal pada waktu itu. “Aku tau kamu takut Nal. Aku tau kamu gak sangka aku bisa merekam semua ini kan? Ini baru satu, ada banyak lagi sebenarnya yang masih aku simpan dalam laptopku.” kata Dahlan.

“Berapa banyak kamera yang kamu pasang Lan?” tanya Zainal dengan suara ketakutan.

“Satu saja, di kamar itu saja. Aku sudah lama berprasangka sama kamu, maka aku pasang satu dalam kamar. Rupa-rupanya semacam itu kau, ya…” kata Dahlan yang menyembunyikan lokasi- lokasi lain kamera tersembunyinya.

“Lan… aku minta maaf… aku janji…”

“Sudah… sudah… sudah… aku datang kesini bukan ingin memaafkan kamu dan gak membiarkan kamu lepas begitu saja… kalau kamu mau aman mesti ada syaratnya…” kata Dahlan.

“Lan.. kamu ngomong saja berapa yang harus aku bayar sama kamu…” kata Zainal.

“Apakah aku kesini minta duit sama kamu? Aku cuma ingin memberikan kamu 2 pilihan saja sekarang ini…” kata Dahlan. “Pertama, video ini akan aku bawa ke kantor KUA dan Farah akan aku ceraikan. So, kamu boleh mengambil Farah sebagai istrimu setelah itu…” kata Dahlan.

Watermark_60865_Syalifah_81393256839.Jpg

“Kamu gila, Lan… mana mungkin istri aku memberikan aku menikah lagi…” jawab Zainal. “Tolonglah Lan… kamu jangan ceraikan Farah OK… aku janji gak akan mengganggu rumah tanggamu lagi….” rayu Zainal dengan suara yang perlahan agar tidak terdengar oleh istrinya di dalam rumah.

“Hey… rileks sajalah, sobat… kita masih bisa bekerja sama dengan cara lain, aku lebih suka syarat yang kedua ini sebenarnya dibandingkan dengan yang pertama tadi…” kata Dahlan. “…dan aku pun berharap dengan sangat supaya kamu pun menyetujui syarat yang kedua ini…”

“Katakan saja Lan kalau kamu suka dengan syarat yang kedua itu, aku juga suka… tapi apa syaratnya Lan…?” kata Zainal yang semakin kacau dengan keadaan dirinya.

“Kamu boleh main dengan istri aku… sebaliknya aku juga boleh main dengan istrimu…” jawab Dahlan.

“Kamu tega benar, Lan…” kata-kata Zainal terhenti sewaktu istrinya keluar membawa nampan berisi 2 cangkir kopi dan sepiring kue.

“Ah… Mbak Yati nih merepotkan saja…” kata Dahlan sambil matanya menjelajahi seluruh tubuh Hayati yang padat masih berseragam jururawat itu.

“Gak merepotkan Lan… ngobrol apa kalian sih kelihatannya asyik sekali?” tanya Hayati yang sedang berlutut di depan Dahlan menghidangkan kopi dan kue di atas meja kecil.

“Cuma cerita soal handphone, Mbak. Mas Zainal nampaknya berminat dengan handphone aku,” kata Dahlan sambil matanya menatap paha Hayati yang kelihatan montok terbungkus seragam jururawatnya sewaktu berlutut di depannya.

“Apa Mas Zainal mau tukar handphone?” tanya Hayati kepada Zainal, suaminya.

“Ah, nggak… cuma minat aja… mau berapa duit ganti handphone baru seperti handphone Dahlan…?” kata Zainal.

“Hah tau juga dia… lebih baik buat beli susu anak ya Lan? Lainlah Dahlan… gaji besar, istri gak kerja juga gak pa-pa…” kata Hayati pada Dahlan yang sedang asyik memandang dirinya.

“Gak besar juga Mbak… namanya juga rezeki masing-masing…” jawab Dahlan.

“Oklah… Mbak masuk dulu ya.. kalian ngobrol saja…” kata Hayati sambil berdiri dan menuju ke pintu masuk.

“Terima kasih ya Mbak untuk kopinya sore ini… mengganggu ya aku, Mbak…” kata Dahlan sambil melihat liukkan pantat bulat Hayati yang semakin nyata bentuknya karena baju seragamnya yang ketat tersangkut ke pinggang, sehingga tersinggap seluruh pantat Hayati sampai Dahlan bisa melihat warna celana dalam yang dipakai Hayati.

“Gak ada yang mengganggu Lan..” kata Hayati setelah ia sampai di depan pintu rumahnya sambil berpaling memandang Dahlan.

Hayati melihat mata Dahlan tidak lepas memandang pantatnya dan kemudian memandang wajahnya. Hayati tersenyum dan berdiri sejenak memandang Dahlan sambil meliukkan pantatnya. Ia melihat mata Dahlan kembali memandang tubuhnya dari berbagai sisi. Sudah pasti lelaki itu melihat liukkan pantatnya yang berbalut rok ketat itu. Hayati memberikan senyumannya kepada Dahlan sambil meliriknya lalu terus masuk ke dalam rumah.

“Nakal juga nih kamu Dahlan,” tukas Hayati dalam hati sambil berjalan menuju ke dapur membawa nampan kosong di tangannya. “Tapi Dahlan boleh juga sih. Dahlan ganteng, muda dan juga kaya dibandingkan dengan Zainal, sedangkan aku… sudah punya 3 anak, mau gak ya Dahlan…?”

“Lain sekali aku melihat cara kamu memandang istriku Lan… betulkah kamu mau main sama istriku?” tanya Zainal.

“Iya, bagaimana? Memang aku gak berani?” jawab Dahlan.

Zainal terdiam sejenak sambil memandang kosong cangkir-cangkir berisi kopi di hadapannya.

“Ok… aku setuju… tapi… kamu yang mengajaknya sendiri ya…” kata Zainal.

“Boleh… cuma aku perlu bantuanmu untuk mendapatkan dia… kamu bersama dia dulu, boleh?” tanya Dahlan.

“Bagaimana caranya?” tanya Zainal.

“Besok weekend, kita gak kerja. Tapi hari Senin nanti kamu suruh bini kamu pergi kerja dan ikut aku pulang selama seminggu. Kamu memberikan ia alasan mobilmu mogok lagi di bengkel. Bagaimana?” tanya Dahlan.

“Lihatlah nanti bagaimana,” jawab Zainal.

“Sepertinya kamu masih sulit melepaskannya ya, Nal… santai saja, Bro, kamu boleh main dengan istri aku sepuas kamu, tetapi selama seminggu aku bersama istrimu. Kalau nggak, aku balik pada opsi pertama tadi. So, bagaimana?” tanya Dahlan menginginkan kepastian dari Zainal melihat Zainal seakan-akan ragu-ragu dengan kata-katanya.

“Kamu benar-benar yakin aku boleh bermain dengan istrimu seperti yang sering aku lakukan?” tanya Zainal.

“Ya betul. Yang penting kalian jaga sendirilah, ya… kalau terjadi apa-apa, misalnya Farah bunting, aku gak mau tanggung. Aku juga sama dengan istrimu,” kata Dahlan meyakinkan Zainal yang masih ragu-ragu.

“Ok.. mulai hari Senin nanti kamu boleh pergi dan pulang kerja dengan istriku. Soal alasan itu nanti aku selesaikan.” kata Zainal.

“Seperti itulah, Bro. Sama-sama berbuat jahat biar sama-sama menikmatinya.” kata Dahlan dan kemudian Dahlan terus menghirup kopi di cangkirnya hingga habis lalu minta izin untuk pulang dengan Zainal.

“Lan.. tunggu sebentar…” kata Zainal sewaktu Dahlan ingin keluar dari pintu pagar rumahnya sambil Zainal berjalan bergegas menuju ke arah Dahlan. “Aku mau bertanya sebentar sama kamu… sebenarnya apa yang membuat kamu mau main dengan istri aku sih?” tanya Zainal. “Sebab, kalau mau diperhatikan, istri kamu itu berkali-kali lebih baik dari istri aku yang sudah beranak 3. Si Yati itu gemuk pula….” ujar Zainal.

“Istri kamu gak gemuklah Nal. Ia normal, cuma ia gak mengurus badannya aja. Gemuk sedikit nggak pa-palah, biasa. Aku gemes melihat pantatnya yang besar itu. Apalagi kalau ia pakai seragam ketat macam begitu, bagaimana aku gak tertarik ingin main dengan istrimu? Ok-lah, hari Senin nanti jangan sampai gak jadi ya? Minggu malam aku telepon kamu untuk konfirmasi.” kata Dahlan dan terus ia berjalan meninggalkan Zainal menuju ke rumahnya yang terletak selang 5 rumah dari rumah Zainal.

Zainal menutup pintu pagar lalu masuk ke ruang tamu rumahnya duduk di kursi. Hayati datang membawa segelas teh hangat untuk Zainal.

“Ngobrol apa tadi Mas dengan Dahlan?” tanya Hayati.

“Ngobrol masalah laki-laki, kenapa?” tanya Zainal.

“Ya sudah, tapi ganteng juga si Dahlan itu ya, Mas…” kata Hayati.

“Ah… sudah bawa masuk semua ini… macam-macam saja kamu… dan.. satu hal lagi, mobilku hari Senin mau masuk bengkel, gak bisa jempat kamu pulang kerja. Kamu dengan Dahlan aja ya, gimana?” kata Zainal.

“Apa Mas sudah ngomong dengan Zainal tadi?” tanya Hayati.

“Sudah… Dahlan mau kok… aku mau kembalikan uang untuk beli BBM, tapi ia menolak. Nanti coba saja kamu berikan pada Dahlan, siapa tau dari kamu Dahlan mau terima…?” kata Zainal.

“Boleh…” jawab isterinya.

“Kalau hari Senin mobil aku gak selesai di bengkel, untuk sementara kamu ikut mobil Dahlan lagi, ya…” kata Zainal.

“Masa rusak begitu lama?” tanya Hayati.

“Mana aku tau soal mobil?” jawab Zainal.

“Kalau begitu, boleh juga Mas, aku sering-sering pulang kerja dengan Dahlan…” jawab Hayati sambil masuk ke dalam rumah membawa nampan berisi cangkir kopi yang sudah kosong.

“Istri aku seperti ini dengan kamu… ia senang dengan kamu, Lan…” cetus Zainal dalam hati sambil mengeluarkan sebatang rokok lalu dinyalakannya.

Watermark_37467_Syalifah_98305969808.Jpg

*****

Dahlan menunggu beberapa menit di dalam mobil dan sebentar kemudian Hayati pun kelihatan keluar dari lobby rumah sakit tempat ia bekerja sebagai jururawat. Hayati masuk ke dalam mobil Dahlan yang sudah menunggunya di depan rumah sakit. Sekilas tercium bau parfum Hayati yang sudah bercampur dengan bau keringatnya yang justru membuat napsu birahi Dahlan menggelegak.

“Lan… ini duit dari Mbak untuk membeli BBM, ambil saja….” kata Hayati sambil mengulurkan duit selembar 100 ribu pada Dahlan.

Dahlan mengambil duit itu dan memandang Hayati yang duduk di sebelahnya. “Kenapa kamu memandang Mbak sampai begitu rupa?” tanya Hayati tersipu malu.

“Gak pa-pa Mbak, kita memang pulang satu arah. Aku gak rugi apa-apa pun, sebaliknya malah beruntung dapat tumpangkan perempuan secantik Mbak.” jawab Dahlan. “Mbak ambil lagi saja duitnya…” Amir meletakkan duit itu di atas paha Hayati sambil mengambil kesempatan meremas paha Hayati yang padat terbungkus seragam jururawat itu.

“Lan, jangan seperti ini…” kata Hayati.

“Mbak berkata aku jangan seperti ini bermaksud aku gak ambil duit Mbak atau aku pegang paha Mbak?” tanya Dahlan.

“Errrrr… mmmm… dua-duanya.. hi.. hi.. hi..” jawab Hayati sambil ketawa kecil.

“Mbak… Mbak mempunyai 3 orang anak, lain dengan aku cuma ada seorang anak. Mbak ambil kembali duitnya. Walau Mbak pergi pulang kerja dengan aku sampai tua, aku gak akan bosan bersama Mbak dan Mbak nggak perlu bayar aku sepeser pun.” kata Dahlan.

“Tapi Mbak kasian denganmu, Lan. Kamu sudah tunggu Mbak, setelah itu antar Mbak pulang pula. Gak enaklah kalau Mbak gak bayar kamu…” kata Hayati masih membiarkan Dahlan meremas pahanya.

“Kalau Mbak mau bayar boleh… tapi aku gak mau duit…” kata Dahlan.

“Habis, kamu mau apa?” tanya Hayati.

“Aku mau cium Mbak…” jawab Dahlan.

“Ha..ha… Mbak ini sudah menjadi istri orang Lan…” kata Hayati.

“Aku laki-laki juga orang Mbak… gak mau aku melakukan di depan orang ramai…” kata Dahlan.

“Habis kamu mau cium Mbak di mana?” tanya Hayati.

“Nanti saja kita singgah di pantai…” kata Dahlan.

“Disana jelaskah?” tanya Hayati.

“Kita lihat dulu bagaimana.” kata Dahlan.

Hayati cuma tersenyum dan Dahlan meneruskan perjalanan. Sesampai di tempat yang dimaksudkan, Dahlan terus memegang tangan Hayati. Hayati hanya tersenyum memandang Dahlan dan perlahan-lahan Dahlan mendekatkan wajahnya ke wajah Hayati.

Hayati memejamkan matanya dan merelakan bibirnya bersatu dengan bibir Dahlan. Berkucup-kecuplah bibir mereka berdua bersatu bibir dan saling menggumpal lidah. Hayati membiarkan Dahlan meraba seluruh pelosok tubuhnya hingga tanpa ia sadari ritsleting baju seragamnya sudah dibuka dan memberikan peluang kepada tangan Dahlan untuk menyelinap masuk ke celah selangkangannya yang sudah basah celana dalamnya dengan cairan birahinya.

Dahlan menarik tangannya keluar dari dalam pakaian Hayati. Dahlan membuka ritsleting celana panjangnya mengeluarkan kontolnya yang sudah mengeras mengharapkan pemuasan dari Hayati.

Dahlan memegang tangan Hayati dan menariknya agar jururawat itu memegang kontolnya. Seperti yang diminta, Hayati memegang kontol Dahlan dan tanpa diminta, Hayati mengocok kontol Dahlan hingga napsu Dahlan semakin kuat ingin menyetubuhi istri Zainal yang masih berseragam jururawat yang ketat itu.

Tangan Dahlan menyelinap kembali ke dalam baju seragam Hayati. Celana dalam Hayati semakin licin dengan cairan pekat yang keluar dari memeknya. Ternyata Hayati sudah semakin bernapsu juga. Lebih-lebih sewaktu tangan Dahlan menggosok memek Hayati hingga Hayati mengerang kesedapan sambil mereka masih berciuman.

Dahlan lalu melepaskan kucupan di bibir Hayati dan mulai mengecup telinga Hayati yang masih ditutupi jilbab. Kemudian ciumannya beralih ke leher. Hayati hanya memejamkan mata karena merasa sungguh asyik dengan permainan asmara itu.

“Lan… ohhh…” Hayati mengeluh sedap sewaktu tangan Dahlan mengusap pukinya yang tembem.

“Sedap ya Mbak?” tanya Dahlan.

“I…iyaah….. Lan… jangan memberi tau siapa-siapa, ya…” kata Hayati sambil mengurut-urut kontol Dahlan yang keras di dalam genggaman tangannya.

“Sudah pasti Mbak… tolong hisap pelir aku ya, Mbak…” kata Dahlan yang kembali duduk di tempat duduknya. Hayati terus menunduk dan menyuap kontol Dahlan ke dalam mulutnya.

“Ohhhhh… sedapnyaaa…” Dahlan merengek kesedapan sewaktu seluruh kontolnya masuk ke dalam mulut Hayati dan apalagi kemudian bibir mungil jururawat itu menjepit pangkal kontol Dahlan.

Dahlan sungguh terangsang melihat kepala Hayati yang berjilbab putih itu bergerak turun-naik mengulum batang kontolnya.

Gairah Dahlan semakin menjadi-jadi. “Sudah lama aku ngidam dengan body Mbak yang semok ini,” kata Dahlan sambil meraba tubuh Hayati. Kuluman Hayati semakin lama semakin cepat. Dahlan dapat merasakan kontolnya semakin licin dan keras di mulut Hayati. Dahlan tahu, air maninya sudah pasti akan berlimpah di dalam mulut Hayati jika nanti keluar. Di campur pula dengan air liur wanita itu, sudah tentu kontolnya banjir di dalam mulut Hayati.

Sambil menikmati hisapan Hayati yang sungguh sedap di kontolnya, Dahlan mengambil kesempatan itu untuk melepaskan rok dan juga celana dalam Hayati hingga dalam sekejap bagian bawah tubuh Hayati sudah telanjang bulat di depan Dahlan. Dahlan lalu meremas selangkangan wanita beranak 3 yang usianya lebih tua 5 tahun darinya ini dengan sepenuh napsu.

“Mbak Yati… sudah Mbak…” kata Dahlan dan Hayati pun kembali duduk di tempat duduk di sebelah Dahlan.

Mereka kembali berpagutan dan waktu itulah Dahlan membaringkan Hayati di jok mobil. Sambil masih berciuman, Dahlan naik ke tubuh Hayati. Terkangkang paha Hayati memberikan ruang kepada Dahlan untuk mengkoneksikan memeknya ke kontol Dahlan.

Dan sudah tidak sabar lagi untuk melakukan persetubuhan, Hayati menarik kontol Dahlan masuk ke lubang pukinya yang sudah tersedia.

“Ohhhh… Laa..aann… Mbak…” rengek Hayati manja sewaktu lubang pukinya menerima kontol Dahlan yang keras menyodok masuk.

Mudah saja kontol Dahlan masuk ke dalam lubang puki Hayati yang longgar itu. Terus disentak Dahlan hingga tenggelam seluruh batang kontolnya hilang ditelan lubang puki jururawat yang empuk itu. Amir memeluk tubuh montok Hayati. Batang kontolnya dibiarkan berendam di kolam puki Hayati dulu. Sekali lagi mereka berpagutan bibir. Dahlan dapat merasakan lubang puki Hayati mengemut batang kontolnya dengan penuh kenikmatan.

Dahlan kemudian baru menggenjot kontolnya keluar-masuk. Mula-mula dengan hentakan perlahan dan semakin lama semakin cepat genjotan Dahlan sampai mata Hayati merem melek merasakannya dan Hayati tidak pernah memikirkan suaminya lagi, bahkan bayangan wajah Zainal, sedikitpun tidak.

Cepupp-cepap… cepupp-cepappp… bunyi lubang puki Hayati yang melimpah dengan lendir napsunya itu sungguh kedengaran jelas sekali digojlok kontol Dahlan yang menghujam-hujamkan dengan cepat dan bertubi-tubi menusuk rahim Hayati.

“Sedapnya Laa..aann, Mbaj… aahhhh… aaahh.. aahhh…” Hayati merengek manja sambil memeluk Dahlan.

Batang kontol Dahlan terus saja merajam-rajam lubang memek Hayati. Pantat Dahlan kelihatan turun-naik menghantamkan kontolnya keluar-masuk ke lubang memek Hayati yang sungguh licin dan melimpah dengan air persetubuhannya.

“Licinnya lubang nonokmu, Mbak ohhh… rasanya mau muncrat saja aku, Mbak….. oohhh…” kata Dahlan nakal.

“Lepaskan di dalam saja, Lan… ohh…” suruh Hayati. “Mbak sudah gak sayang lagi ah, mau hamil sekalipun… sungguh sedap kontolmu, Lan…”

Semakin lama genjotan Dahlan semakin laju dan menggila. Hayati juga semakin nyaring mengerang kesedapan. Napasnya memburu dan otot-otot di memeknya juga dirasakan semakin lama semakin kencang mencengkeram batang kontol Dahlan.

Akhirnya…

“Bangs*t kau Dahlan…!” gemuruh dada Zainal memaki Dahlan. “Baru hari pertama kamu bawa bini aku, kamu sudah berhasil menggenjot memek bini aku, sedangkan aku… 3 bulan baru berhasil ngentot binimu…”

“Dahlaa..aann… sedapppnyaaaa… sayangggg…. ahhhhh…!!!” Hayati merengek kuat sewaktu puncak orgasmenya tiba. Hayati memeluk Dahlan dengan kuat dan tidak mau melepaskannya.

Ketika itu jugalah Dahlan merasakan saat pelepasan air maninya tiba. “Mbak Yatiii…iii… ooohh… oohhh… ohhhhh… ouugghh…!!!” Dahlan memeluk tubuh Hayati dengan erat dan menjolok kontolnya ke dalam lubang puki Hayati sedalam-dalamnya.

“Aahhh…” lenguh Dahlan.

Kontol Dahlan berdenyut-denyut kuat melepaskan benihnya terus menerus… crrooott… crrooott… crroott… mengisi telaga bunting Hayati.

Mengeluh Hayati ketika merasakan air mani Dahlan memancut-mancut di dalam lubang pukinya. Berdenyut-denyut otot puki Hayati sewaktu merasakan siraman benih subur mengisi lubang buntingnya yang memang sedang subur-suburnya saat itu.

Hayati sadar ia mungkin akan hamil dari benih yang disemai Dahlan. Namun kesedapan yang sedang dirasakannya membuatnya lupa diri. Kenikmatan yang sedang dirasakannya lebih diutamakan Hayati.

Mereka berduapun berpelukan dan berciuman sambil menikmati sisa denyutan-denyutan napsu dari kontol Dahlan yang masih berada di dalam lubang puki Hayati.

Setelah napsu masing-masing mereda, Dahlan menarik keluar kontolnya dari lubang puki Hayati. Meleleh air mani Dahlan keluar menodai jok tempat duduk mobil. Hayati turut bernapas lega setelah kontol Dahlan keluar sepenuhnya dari lubang pukinya.

Menyesal…

“Mas… hari ini Yati pulang agak terlambat…” kata Hayati menelepon Zainal. “Aku ada meeting di rumah sakit…”

“Kamu mau pulang jam berapa?” tanya Zainal.

“Belum tau… mungkin jam 10 nanti…” jawab Hayati.

“Ok..” jawab Zainal terus mematikan telepon. Matanya memandang jam di tangan. Baru pukul 6:30 petang. Berarti pasti Dahlan puas melumat istrinya di hotel hari ini.

Zainal sudah maklum sebenarnya sebelum istrinya menghubunginya karena ia sudah menerima WA dari Dahlan yang mengatakan ingin membawa Hayati ke hotel untuk ML.

Sementara itu pada waktu yang sama, di tempat yang lain, Hayati meletakkan telepon genggamnya di atas meja selesai menghubungi suaminya, Zainal. Hayati memandang wajahnya di cermin sambil memperbetulkan jilbab di kepalanya. Seketika kemudian wajahnya berkerut dan ia memejamkan mata.

Mulutnya ternganga dan merengek kesedapan. “Aku… ohh… ohhhhh… sudahlah… aku capek berdiri…” kata Hayati sambil menoleh ke belakang melihat Dahlan yang berada di belakangnya. Berlutut di lantai dan seluruh wajahnya rapat ke belahan pantat Hayati yang sudah telanjang. Tubuh Hayati meliuk-liuk kenikmatan hingga melengkung pantatnya sewaktu lidah Dahlan menjilat pukinya dan lubang duburnya saling silih berganti.

Dahlan bangun berdiri bertelanjang tanpa berpakaian. Kontolnya keras terjulur ke depan. Ia melihat tubuh Hayati yang hanya berjilbab dan berbaju seragam jururawat di hadapannya itu. Pantat Hayati yang lebar dan bulat mendongak itu ditatapnya dengan gemas.

“Lan, kamu melihat pantat Mbak seperti itu pengen kamu makan ya… sudah napsu banget kelihatannya kamu…? Punya Farah kurang sedap ya…?” tanya Hayati menuju ke tempat tidur lalu naik ke atas.

Dahlan tidak menjawab sebaliknya ia sangat bernapsu melihat pantat Hayati yang sedang merangkak naik ke atas kasur perlahan-lahan. Terus Dahlan menerkam Hayati hingga nungging di atas kasur. Waktu itu juga Dahlan menyumbat kontolnya masuk ke lubang dubur Hayati. Terbelalak mata Hayati sewaktu merasakan lubang duburnya dimasuki kontol Dahlan. Terus Hayati menjerit kesakitan.

 ​
“Lan… jangan… gak boleh masuk ke situ… sakit…. aduuhhhh…!!” jerit Hayati namun ternyata jeritannya itu sia-sia.

Dahlan semakin bergairah menjolok lubang dubur Hayati hingga wanita itu menangis meminta agar Dahlan menghentikan perbuatannya.

“Aduhhh… Mass… tolong Yati, Mass… Dahlan cabuli dubur Yati, Mass… hu hu.. hhuuuu… Mass…” Hayati menangis memanggil Zainal namun segalanya sia-sia.

 ​
Semakin lama rengekan Hayati semakin hilang. Ia sudah tidak mampu lagi untuk bersuara. Ia hanya mampu menahan kesakitan dan mengharapkan agar permainan itu segera berakhir. Namun dalam keadaan sedang menungging pasrah, tubuhnya didorong hingga ia terbaring terlentang di kasur. Kakinya dikangkang Dahlan dan kemudian lubang pukinya menjadi labuhan kontol Dahlan. “Lan… Dahlan… pelan-pelan… pantat Mbak masih sakit…” rengek Hayati sewaktu Dahlan mencoba memasukkan kontolnya ke dalam lubang puki Hayati.

Dari seorang pencabul, Dahlan bertukar menjadi pasangan yang romantis hingga Hayati lupa dengan perbuatan Dahlan yang mencabuli lubang duburnya. Hayati memegang batang kontol Dahlan lalu disumbatkan kontol lelaki itu perlahan-lahan ke dalam pukinya.

Setelah Hayati merasakan kontol Dahlan masuk sampai dasar pukinya, tubuh Hayati meliuk-liuk sambil ia merengek kesedapan. Dahlan memeluk Hayati dan mulai menggenjot perlahan- lahan hingga ia merasakan puki Hayati semakin dibanjiri air napsu yang melimpah- limpah.

Dahlan menghisap leher dan dada Hayati yang masih berbaju seragam. Hayatipun semakin tenggelam dalam napsunya. Mereka pun mulai bersetubuh sehingga kedua-duanya mencapai puncak kenikmatan yang tiada taranya.

Oleh karena kesedapan yang sukar diucapkan itu, Hayati rela menyerahkan tubuhnya untuk sekali lagi disetubuhi Dahlan. Ronde kedua ini mereka berdua ngentot sudah telanjang bulat tanpa seurat benang di atas kasur.

Seprei tempat tidur telah basah dengan air persetubuhan mereka di sana sini. Gigitan cinta berbekas di paha, leher, tetek dan pantat Hayati. Tidak sia-sia Hayati merasa lubang duburnya dicabuli Dahlan karena tidak pernah dilakukan Zainal sepanjang mereka menikah.

Hayati sampai di rumah jam 12 tengah malam setelah diantar oleh Dahlan. Zainal ingin mengetahui apa yang dilakukan Dahlan dan istrinya, dan sewaktu Hayati mandi, Zainal memeriksa celana dalam istrinya di keranjang pakaian kotor.

“Bangs*t kau Dahlan… berapa gayung kau pancut air manimu ke memek bini aku hari ini… menambah anak lagi aku setelah ini…” kata Zainal marah dalam hati sambil melihat genangan air mani Dahlan di selangkangan celana dalam istrinya.

Zainal kemudian memeriksa hendphone istrinya. Terkejut ia melihat banyak WA antara istrinya dengan Dahlan. Kesemuanya berbau porno dan paling mengejutkan Zainal adalah luapan kesediaan istrinya yang ingin pergi dan kembali pada Dahlan untuk kembali bersetubuh dengan lelaki itu.

“Sial kau Dahlan… menyesal aku main dengan bini kau…” marah Zainal di dalam hati.

Beberapa jam selepas itu, di rumah Dahlan.

Setelah memastikan istri dan anaknya benar-benar tidur, Dahlan masuk ke kamar kerjanya membuka laptopnya. Satu-satu rekaman video pada hari itu dilihatnya dan ia tertarik pada rekaman yang terjadi pada pukul 10:30 pagi.

Di dalam video itu menayangkan Zainal menarik tangan istrinya menuju ke sofa di ruang tamu. Kelihatan Zainal sudah tidak tidak bercelana dalam, hanya berbaju. Sementara Farah memakai daster.

Zainal duduk di atas sofa dan Farah pun menyibak dasternya dan duduk di atas Zainal. Walaupun terlindung oleh daster istrinya, Dahlan tau pada waktu itu kontol Zainal sudah masuk ke dalam memek Farah.

Dahlan melihat istrinya yang sedang duduk di atas Zainal mulai menggerakkan tubuhya turun-naik. Zainal juga meremas-remas tetek Farah. Beberapa menit setelah itu kelihatan Farah segera berdiri dan terus berlutut di lantai menghisap kontol Zainal.

Zainal pun memegang kepala Farah dan menggenjot mulut Farah hingga tubuhnya melengkung sambil kontolnya ditekan ke dalam mulut Farah. Dahlan tau, pasti ketika itu istrinya sedang meneguk air mani yang sedang dilepaskan Zainal di dalam mulutnya. “Gak pa-pa Nal… gua puas main dengan bini lo…” kata hati Dahlan sambil tersenyum.

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *