Celine: Seks dan Kehidupan – Suami Mamahku

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Cerita Seks Sedarah Terbaru

Sehari-hari hidupku normal seperti gadis seusiaku pada umumnya. Setiap pagi pergi kuliah, pulang sore. Kadang lanjut rapat organisasi atau rapat event di kampus. Mamahku berusia 45 tahun dan bekerja di sebuah toko elektronik milik salah satu kakaknya. Sedangkan Om Bayu atau Papah tiriku berusia 49 tahun dan memiliki usaha konveksi. Oh iya, aku terlahir dari keluarga keturunan Tionghoa, tapi Om Bayu atau Papah tiriku bukan keturunan Tionghoa. Om Bayu asli Sunda. Sangat jarang sekali bukan keturunan Tionghoa menikah dengan orang asli Sunda hehe.

Hubunganku dengan Om Bayu atau Papah tiriku biasa saja. Kami jarang mengobrol, di rumah apalagi saat di luar rumah. Bahkan aku baru tiga bulan belakangan ini menyebut dia “Papah”, sebelumnya aku memanggilnya “Om Bayu”. Om Bayu sudah punya anak dari istri sebelumnya. Anaknya saat ini berusia 23 tahun, aku memanggilnya Ci Grace. Istri sebelumnya pun keturunan Tionghoa.

Ceritaku bermula ketika aku sedang tidak ada kegiatan di rumah karena hari itu long weekend. Meskipun long weekend, orang tuaku tetap bekerja karena bidang pekerjaan mereka memang tidak mengenal libur. “Duh, gabut banget nih…” gumamku, “Marathon drakor kali ya.”. Kemudian aku mulai menyalakan laptopku dan pada hari itu aku memilih untuk menonton drakor. Wanita seusiaku hormon estrogennya memang sedang tinggi-tingginya. Setiap melihat adegan ciuman langsung membuatku turn on. Aku mulai meraba payudaraku. Oh iya, pada hari itu aku menggunakan daster dan hanya menggunakan celana dalam, tidak memakai bra. Aku pelintir putingku dari luar daster yang aku pakai. “Ahhh enak banget” erangku saat itu. Tidak terasa rangsangan itu membuat bagian kewanitaanku basah. Tanganku mulai bergerak menuju bagian bawah. Dari luar celana dalam aku mulai mencari klitorisku. “Hmmppp” desahku saat jariku menemukannya.

Tidak terasa aku sudah mencapai klimaks. Daster dan celana dalamku entah ada di mana, aku sudah telanjang. Tubuhku berbaring telungkup di atas kasur. Pinggulku sedikit terangkat dan tangan kiriku masih berada di dalam vaginaku.

*Jegrekkk* [suara seseorang membuka pintu]. Aku langsung terkaget dan memposisikan badanku setengah duduk sambil melihat ke arah pintu. “La-lagi nga-ngapain kamu??!”. Ternyata itu adalah Papah tiriku yang tiba-tiba masuk kamarku. “Eh! Ketuk pintu dulu kalo mau masuk kamarku!” bentakku pada Papah tiriku. Aku kesal karena dia main masuk kamarku tanpa ketuk pintu, ditambah aku panik karena sedang telanjang. Aku langsung menarik selimut sambil mencari daster dan celana dalamku. Suasana langsung hening. Papah masih berada di pintu, sedangkan aku sudah menemukan dasterku dan langsung memakainya. Celana dalamku entah di mana, aku pikir dengan memakai daster dan selimut saja sudah cukup untuk menutupi tubuhku. Suasana menjadi hening dan canggung. Papah langsung keluar kamar tanpa sepatah kata pun.

Aku tidak keluar kamar sampai malam karena jujur aku masih sangat malu pada Papahku, terlebih dia adalah Papah tiri. “Celine! Ayo makan dulu, Mamah tadi bawa mie kocok kesukaan kamu.” teriak Mamahku dari luar kamar. Aku tidak menjawabnya. “Mungkin Celine ketiduran, nanti juga kalo laper dia keluar kamar.” kata Papah. Mendengar suaranya aku semakin susah lupa dengan kejadian tadi sore. “Duh, ****** banget ya lagi gitu ga kunci kamar dulu.” sesalku dalam hati.

Tengah malam perutku sangat lapar karena sejak kejadian itu aku belum keluar kamar dan belum makan. Aku bangun dan keluar kamar pelan-pelan. Syukurlah mie kocok kesukaanku masih ada di meja makan. Aku langsung menyiapkan panci untuk menghangatkan kuahnya dan pelan-pelan menyalakan kompor listrik di dapur. Setelah panas, aku masukan mie nya dan aku biarkan selama satu menit. Setelah dirasa cukup, aku masukan mie dan kuahnya ke dalam mangkok. Aku membawanya ke kamar karena aku ingin makan di kamar. Aku melahap makanan tersebut dengan cepat karena sudah sangat lapar sambil membuka handphone ku dan scroll TikTok. “Huah enak banget! Kenyangg!” kataku dalam hati. Setelah scroll beberapa video di TikTok aku membereskan bekas makanku dan keluar kamar untuk mencuci mangkok dan ambil air putih.

Saat sedang minum tiba-tiba Papahku keluar dari kamar mandi. Aku kaget dan berteriak kecil di dalam gelas. Suasana canggung masih terasa. Setelah selesai minum, aku berlari kecil ke dalam kamar melewati Papahku. “Celine!” kata Papah pelan sambil menahan tanganku. Aku kaget dan terdiam. Aku tidak berusaha melepas tangan Papah. Kemudian, Papah menarikku ke dalam kamarku. *Jeglik* *Crek* [suara pintu dan kunci]. Papah menutup pintu kamarku pelan dan menguncinya. “Pa-papah mau nga-ngapain di ka-kamarku?” kataku gelagapan. Saat itu perasaanku sangat campur aduk. Takut, tapi tidak bisa apa-apa. Tangan Papahku masih memegang tanganku dengan kencang hingga terlihat tanganku memerah. “Kamu tadi sore lagi ngapain?” tanya Papahku. Seketika kakiku lemas. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ahh perasaanku saat itu sangat tidak bisa dijelaskan. *Sett* “Ahhh” erangku. Gila! Tangan Papah mengangkat dasterku dan langsung menyentuh vaginaku. “Masih becek nih. Masih belum dipake juga kolornya? Masih pengen ya?” kata Papah. Perasaanku makin tidak karuan. Ditambah memang benar semenjak Papah memergokiku tadi sore, celana dalamku masih belum dipakai dan memang sejak tangan Papah memegang tanganku darahku langsung mengalir cepat dan membuatku turn on lagi sama seperti tadi sore.

Ahhh hmmppp, Pah” tidak ada kata lain yang keluar dari mulutku saat Papah menggerayangi tubuhku. Ingin ku tolak, tapi badan ini terlalu menikmati untuk menolaknya. Papah mulai membuka dasterku dan menjilati putingku. “Uhhh! Ko dia tahu kesukaanku?” erangku dalam hati. Kemudian, Papah membuka celananya dan kemaluannya yang sudah tegang langsung keluar seperti loncat menerjangku. “Kocokin, Lin” bisik Papahku. Tanpa penolakan, tanganku langsung meraih batang kemaluannya yang lumayan panjang. Aku merasakan kemaluannya sudah basah juga. Entah bekas buang air kecil atau pre cum. Pikiranku langsung terbang. Aku tidak lagi berpikir logis. Tidak peduli siapa yang mengerayangi tubuhku. Aku hanya ingin puas dan klimaks pada akhirnya.

Papah kemudian mendorongku ke kasur dan mengarahkan ‘rudal’ nya untuk menembakku. “Ahhh Papah” benar saja, kemaluannya langsung diarahkan ke kemaluanku yang sudah basah karena terus-terusan digerayanginya daritadi. “Jangan teriak nanti Mamahmu denger” bisik Papah sambil menutup mulutku. Papah sambil berdiri ketika ‘rudal’ nya keluar masuk kemaluanku, sedangkan aku hanya telentang pasrah sambil menggigit bibir bawahku menahan desahan. Jujur, ini bukan kali pertamaku berhubungan badan. Dimas adalah lelaki yang merenggut keperawananku saat aku semester 1. Dia adalah mantan pacarku sekaligus kakak tingkatku di kampus yang pada saat itu semester 7. Aku selalu tertarik dengan lelaki yang umurnya lebih tua dariku. Semenjak saat itu aku menjadi ketagihan untuk berhubungan badan dengan lelaki yang umurnya lebih tua dariku. Terhitung sudah ada tiga lelaki yang sudah merasakan tubuhku, mungkin akan kuceritakan di lain waktu.

Nungging dong” perintah Papahku sambil mengeluarkan kemaluannya. Tanpa penolakan lagi aku langsung memosisikan tubuhku menungging dengan lutut masih berada di atas kasur. “Ahh jangan kesitu” Papah mengusap cairanku ke arah pantatku. Aku takut Papah memasukannya ke sana. “Ga dong sayang, memek kamu enak masa Papah masukin kesitu” jawab Papahku yang membuatku lega. Papah kembali menggenjotku dengan posisi doggy style yang merupakan posisi favoritku. “Hmmpppf ahhhh” aku hanya bisa menahan desahan saat Papah menggenjotku sambil memegang payudaraku dari belakang. Aku sangat merindukan nikmatnya berhubungan badan seperti ini. Terlebih ada perasaan yang aneh saat yang menggenjotku adalah Papah tiriku, suami dari Mamahku sendiri. “Maafin aku, Mah” kataku dalam hati. Waktu menunjukan pukul 3 pagi. Papah masih terus menggenjotku tanpa ampun. Sudah berapa posisi kami coba. Tiba-tiba Papah mempercepat gerakannya, aku tahu ini tanda Papah sebentar lagi akan keluar. “Tahan, Pah, aku juga bentar lagi keluar ahhh” kataku dalam hati sambil menggerakan pinggulku agar aku juga segera keluar.

*Crotttt* [sperma Papah keluar], *Sssrrrr* [aku pun keluar]. Cairan hangat Papah sangat terasa di perutku. Beruntung Papah pengertian tidak mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku. “Ahhh! Gila, kamu enak banget, Lin” bisik Papah tepat di telingaku. Aku hanya tersenyum kecil dan mendorong Papah ke samping. “Cepet ke kamar mandi sana! Bersih-bersih. Takut ketawan Mamah” suruhku pada Papah. “Siap cantik! Makasih ya!” kata Papah sambil mencubit putingku dan berdiri memakai celananya. “Aww!” jeritku pelan. Papah mengendap keluar kamarku seperti maling. Aku hanya tertawa kecil melihat kelakuannya itu. Sambil menatap atap kamar, aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi pada saat itu. Perasaan senang, puas, takut, merasa bersalah menjadi satu. Setelah mendengar Papah sudah masuk kamarnya, giliranku untuk bersih-bersih ke kamar mandi. Aku langsung mandi pada malam itu. Saat membersihkan vagina aku diam di area itu sambil memainkan klitorisku. “Ahhh! Om Bayu!” kataku dalam hati

:O

Reviews

95 %

User Score

1 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *