Celine : Seks dan Kehidupan (Season 2) – Ep 1 – Kehamilanku
Cerita Seks Sedarah Terbaru
“Saya denger kamu mau cuti semester depan? Kenapa?” tanya Pak Anto sambil mengelus rambutku.
“Aku hamil, Mas” jawabku santai sambil memainkan kemaluan Pak Anto yang sudah lemas sehabis orgasme.
“Hah? Serius?” kata Pak Anto kaget sambil pindah posisi menjadi duduk. Kepalaku yang sedang tiduran di perutnya tiba-tiba terjatuh ke kasur.
“Duh, biasa aja kagetnya” kataku sambil memukul dada bidangnya. Kemudian, aku langsung menuju laci dan mengambil test pack yang menandakan aku positif hamil. Pak Anto hanya melihatnya dengan kaget sambil mengambil test pack tersebut.
“Tenang aja, belum tentu itu anak Mas. Lagian kan Mas seringnya ngewe pantat aku” kataku sambil mengambil kaos di lemariku dan memakainya.
“Ma-maksudnya? Selama ini kamu ngewe sama siapa aja?” tanya Pak Anto penasaran. Aku hanya tersenyum dan menciumnya sambil meninggalkannya keluar kamar untuk mengambil minum.
Ya, setelah semester berakhir aku mengajukan cuti untuk semester selanjutnya. Tentu saja agar kehamilanku tidak ketahuan oleh pihak kampus. Namun, aku masih sempat ‘melayani’ Pak Anto dan Pak Teguh beberapa kali saat usia kehamilanku masih di trisemester pertama dan saat Papah sedang tidak ada di rumah. Lain dengan Papah dan Pak Anto yang denial saat aku memberitahukan bahwa aku sedang hamil, Pak Teguh justru sangat antusias dan claim bahwa ini adalah anak dari dia.
Kini kehamilanku sudah memasuki trisemseter ketiga. Beberapa bulan lagi anakku akan lahir. Aku bersyukur selama ini Papah merawatku dengan baik, meskipun pada awalnya Papah tidak menerima kehamilanku. Aku pun sebenarnya tidak yakin anak yang di kandunganku adalah anak Papah, tapi menurutku mencari siapa Ayah kandung dari anak ini menjadi urusan belakangan. Aku dan Papah membuat perjanjian bahwa setelah anak ini lahir akan segera dititipkan ke adik kandung Papah atau Bibi tiriku agar tidak ketahuan oleh Mamah.
Selama hamil aku hampir tidak pernah keluar rumah, kecuali cek kandungan ke dokter karena takut ketahuan oleh tetangga. Semua kegiatan ibu hamil yang ku tonton di YouTube aku lakukan semuanya di dalam rumah dan entah mengapa semakin tua usia kehamilanku, semakin tinggi juga hasrat seksualku.
*Kringg* [suara telpon WhatsApp]. Papah menelponku, segera aku angkat.
“Hari ini mau dibawain apa sayang?” tanya Papah sambil menyetir.
“Hmm bawain Bayu junior” jawabku menggodanya.
“Tiap hari juga dibawa itu mah” jawab Papah sambil tertawa.
“Hehehe. Aku ga butuh dibawain apa-apa, aku butuh Papah” jawabku manja.
“Oke sayang, Papah sebentar lagi nyampe rumah” katanya sambil menutup telponnya. Aku segera membuka dasterku dan menuju kasur. Semenjak usia kehamilanku yang ke-5 bulan, aku pindah ke kamar Papah karena aku tidak kuat jika harus naik turun tangga ke kamarku. Selang 10 menit Papah sampai di rumah. Dia langsung mengunci semua pintu dan masuk ke kamar.
“Surprise!” teriakku. Papah kaget.
“Sayang, kenapa ga pake baju?” katanya sambil mendekat dan menciumku. Aku membalas ciumannya dan tanganku membuka celananya.
“Ehh. Kamu lagi pengen?” kata Papah sambil menahan tanganku.
“Iya sayang. Udah lama kan kita ga ngewe” jawabku manja sambil kembali membuka celananya.
“Emang boleh lagi hamil gini?” kata Papah ragu.
“Boleh. Tadi aku liat di YouTube. Justru harus biar persalinannya lancar” jawabku sambil mengulum kemaluan Papah setelah berhasil membuka celananya. Papah hanya mendesah pelan.
“Gasss” kata Papah sambil membuka bajunya. Aku hanya tersenyum melihat ekspresi kegirangan Papah karena kami akan kembali berhubungan badan setelah ‘puasa’ selama lima bulan. Terakhir kami berhubungan badan saat usia kehamilanku 1,5 bulan.
“Ahhhh” desahku saat Papah memainkan putingku.
“Tete sama puting kamu jadi makin besar ya. Basah lagi. Ini ASI?” kata Papah sambil fokus melihat payudaraku. Aku kembali tersenyum melihat tingkah laku Papah yang seperti anak kecil.
“Kaya anak kecil deh banyak nanya” kataku sambil melepaskan kemaluannya. Papah hanya cengengesan dan memosisikan mukanya di hadapan kemaluanku.
“Uhhhh. Enakk sayang” desahku saat Papah menjilati kemaluanku, terutama saat lidahnya menyentuh klitorisku. Aku menggigit bibir bawahku sambil mencengkram erat sprei kasur menahan desahan yang lebih keras agar tidak keluar dari mulutku. “Sluurrrpss” suara lidah Papah menjilati kemaluanku.
“Sayang, Papah boleh nenen? Mubazir susu nya kebuang tuh” kata Papah sambil menunjuk payudaraku. Ternyata putingku sudah basah dan mengeluarkan air susu.
“Cini cayang nenen cama Mamah” jawabku sambil menirukan suara anak kecil. Papah langsung menghampiri payudaraku. Aku mengelus kepalanya saat Papah mulai menyedot susu dari payudaraku. “Ahhh, pelan-pelan cayang” desahku. Rasanya sungguh luar biasa. Tidak seperti biasanya saat sedang tidak hamil. Semua tubuhku terasa sangat sensitif dengan sentuhan-sentuhan yang membuatku semakin horny. Sambil tetap menyusu, Papah mengarahkan kemaluannya ke kemaluanku dan memasukannya perlahan. Aku hanya mendesah pelan dan menggigit bibir bawahku.
“Sayang enak banget, tapi pelan-pelan ya, kasian adeknya” kataku sambil menggigit bibir bawah dan memegang perutku yang besar.
“Tahan ya adek” kata Papah sambil mengusap perutku. Sungguh suasana yang romantis pada malam itu.
Setiap air susu yang keluar dari payudaraku tidak Papah sia-siakan, dia langsung menjilatnya. Aku sungguh tidak tahan lagi menerima kenikmatan-kenikmatan ini. *Sssrrrr* [cairanku keluar]. Aku menggelinjang hebat. Papah hanya tersenyum dan mengeluarkan kemaluannya dari kemaluanku.
“Udah keluar sayang?” tanya Papah sambil duduk menyender ke sandaran kasur dan mengelus kepalaku. Aku hanya mengangguk lemas sambil tersenyum. Kemudian, aku sekuat tenaga menaiki kemaluan Papah dan memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku lagi. Papah menurunkan sedikit posisi badannya menjadi setengah duduk, sikutnya menahan badannya. Setelah masuk, aku mulai menggerakan pinggulku perlahan. Papah sibuk menjilati air susu yang keluar dari payudaraku. Aku tersenyum dan mengelus kepala Papah.
“Masih belum mau keluar juga sayang?” tanyaku sambil ngos-ngosan karena sudah sekitar 15 menit aku menggerakan pinggulku dalam posisi WOT. Papah kemudian menyuruhku untuk menungging sambil berdiri di ujung kasur. Aku menurutinya dan bergerak perlahan. Papah mengambil pelumas di laci kemudian melumasi kemaluannya dan lubang pantatku.
“Mau anal sayang? Biar cepet keluar ya?” tanyaku sambil menoleh ke belakang. Sebelum dijawab, kemaluan Papah sudah masuk ke dalam lubang pantatku. “Ugghh. Kurang licin sayang” kataku sambil melebarkan pantatku dengan kedua tangan.
“Papah kangen ‘sedotan’ bool kamu” katanya sambil melumasi kembali kemaluannya dan lubang pantatku. Aku menarik pantatku kuat-kuat agar melebar dengan kedua tanganku. Akhirnya kemaluan Papah masuk sepenuhnya ke dalam lubang pantatku. Kemudian, dia menggerakannya perlahan.
“Ahhh ahhh. Pantat aku jadi sempit lagi, udah lama ga Papah pake” kataku sambil mendesah.
“Iya nih. Makin nyedot banget ahhh” kata Papah sambil mendesah. Kemudian, aku mengarahkan tangannya agar meremas payudaraku dari belakang. Tangan Papah langsung menuju putingku dan mencubitnya hingga air susuku muncrat mengenai sprei kasur.
“Ahhh ahhh Papah susunya tumpeh tumpeh” kataku sambil melihat air susuku muncrat.
“Banyak banget air susu kamu sayang” kata Papah sambil terus memeras susuku. Aku mendesah keras sekali, tidak bisa lagi menahannya. Sungguh sangat nikmat.
*Croooot* [sperma Papah keluar di dalam pantatku]. Kemaluannya masih di dalam lubang pantatku. Papah masih meneruskan mencubit putingku hingga air susuku habis. Aku hanya bisa mendesah keenakan sambil menikmati sperma Papah yang hangat di dalam perutku.