Celine : Seks dan Kehidupan (Season 2) – Ep 5 – Untungnya, Bumi Masih Berputar
Cerita Dewasa Terbaru Indonesia
“Uhhh, Pah, jangan kesitu dulu” desahku saat Papah memasukan kemaluannya ke lubang pantatku. Tanpa menghiraukannya, dia terus memasukannya dan menggenjotku. Siang ini Papah minta quickie di ruang tamu saat aku sudah siap akan pergi ke kampus.
“Biar cepet keluar sayang”
“Ahh ahh yaudah cepet keluarin”
*Crooott* [sperma Papah keluar di pantatku].
Aku hanya mengelap bekas sperma Papah menggunakan tissue, kemudian aku bergegas ke mobil untuk berangkat ke kampus. Lumayan tidak nyaman saat duduk karena aku tidak membersihkannya menggunakan air.
Seperti biasa aku menjemput Alya terlebih dahulu. Setelah sampai ternyata Alya sudah menunggu di teras rumahnya.
“Tumben telat, Cel” tanyanya padaku.
“I-iya sorry. Papah minta quickie dulu tadi. Ini juga agak lengket sih belum dibersihin” jawabku.
“Ieewhhh bersihin dulu ayo di rumahku” ajak Alya.
“Entar aja di kampus. Kita hampir telat” jawabku sambil tancap gas.
Beberapa jam kemudian
“Akhirnya beres juga kuliah hari ini” kataku lega sambil meregangkan badan.
“Lebay amat. Orang cuma satu matkul.Cel, itu gamau dibersihin dulu” tanya Alya.
“Oh iya! Udah ga lengket sih. Yaudah, aku ke kamar mandi dulu ya. Kamu ke kantin duluan aja” kataku sambil berjalan menuju kamar mandi
“Okee” jawab Alya.
Saat menuju kamar mandi, aku berpapasan dengan Kak Doni dan teman-temannya. Semenjak putus dengan Alya, Kak Doni sering datang ke rumahku saat Papah tidak ada di rumah. Tentu saja untuk berhubungan badan. Hubungan kami menjadi semakin dekat layaknya orang pacaran, tapi backstreet karena aku tidak mau Alya dan teman-teman di kampus tahu.
“Mau ke mana, Cel?” tanya Kak Doni.
“Ke kamar mandi. Mau ikut?” jawabku sambil menggodanya. Kak Doni diam sebentar dan mengobrol dengan salah satu temannya, kemudian teman-temannya pergi.
“Mauuu” katanya sambil menarik tanganku menuju kamar mandi laki-laki di lantai 7.
“E-eh. Aku becanda doang. Lagian ini kenapa ke lantai 7?” kataku panik sambil mencoba menarik tanganku, tapi tenaga Kak Doni lebih besar dariku. Setelah sampai di depan pintu kamar mandi laki-laki lantai 7, Kak Doni memastikan tidak ada orang yang melihat kami, kemudian menarikku masuk dan mengunci pintu kamar mandinya. Di lantai 7 ini memang sepi karena hanya terdiri dari beberapa ruangan kelas yang diperuntukan untuk mahasiswa/i program magister dan doktor, ruang sidang dan kamar mandi.
“Gila ya kamu. Kalo ada yang liat gi…” belum selesai aku mengoceh, bibirku dicium oleh Kak Doni. “Hhmmpphhh”. Kemudian, dia mendorongku ke tembok sambil meremas payudaraku.
“Ahhh. Don” desahku sambil melingkarkan tanganku ke lehernya. Sesekali menjambak rambutnya karena dia mulai memelintir putingku dari luar kaos. Hari ini aku hanya mengenakan kaos oversize dan celana jeans saja.
“Kalo kita ketahuan gimana? Ahhh” Kak Doni tidak menghiraukan ucapanku. Dia mulai membuka kaosku sambil lanjut mencium dan meremas payudaraku.
“Jangan banyak ngomong. Malah kalo gitu kita bisa ketahuan” kata Kak Doni sambil menatapku. Aku hanya mengangguk dan kembali menciumnya. Tanganku bergerak ke bawah membuka celananya. Aku berjongkok dan membuka celana dalamnya. Kemaluannya sudah tegang seperti biasa. Dengan cepat aku menglumnya sebelum kemaluannya kembali ‘tidur’.
“Awhh” desah Kak Doni pelan sambil mengelus kepalaku. Aku melihat ke atas, dia hanya merem melek menikmati kulumanku. “Sluurrpsss”. Sambil mengulumnya, aku membuka celana jeans hingga paha dan bra. Tangan Kak Doni meremas payudaraku dari atas saat aku sedang mengulumnya. Kemudian, aku berdiri dan menungging di depan urinoir.
“Masukin, Don” kataku sambil mengocok kemaluannya. Tentu Kak Doni sangat bersemangat dan langsung memasukan kemaluannya ke kemaluanku.
“Ahhhh yesss baby” desahku pelan sambil memegang urinoir untuk menahan sodokan Kak Doni.
“Kok pantat kamu lengket gini, Cel?” tanyanya saat mencoba melebarkan pantatku dengan tangannya.
“Ahhh. Abis dipake Papah tadi pagi” jawabku sambil mendesah.
“Kok ga dibersihin sih?” tanyanya.
“Yee tadi aku ke kamar mandi mau bersihin ini, malah diajak ngentot” kataku sambil menoleh ke belakang. Kak Doni hanya cengengesan.
Setelah hubungan kami dekat lagi, aku menceritakan semua kehidupan seks ku kepada Kak Doni agar dia tidak merasa spesial dan menjauhiku karena aku menjaga perasaan Alya. Alih-alih menjauh, dia malah semakin mendekatiku. Apa boleh buat karena aku pun masih menyimpan rasa padanya.
Kak Doni membalikan tubuhku untuk menghadapnya. Aku menurutinya sambil membuka celana jeans ku seluruhnya. Kemudian, aku mengambil celana dalamku dan bagian bekas pantatnya kumasukan ke dalam mulut Kak Doni. Aku menggigit bagian atas celana dalamnya. Ku arahkan kemaluannya untuk masuk kembali ke dalam kemaluanku.
Spoiler: Ilustrasi Celine Telanjang

“Ahhh. Jilatin bekas pantat aku” kataku sambil mendesah. Kak Doni hanya mengangguk dan menjilati celana dalamku. Aku tertawa kecil sambil menggigit bagian atas celana dalamku. Kak Doni terus menggenjot sambil merangsangku dengan memainkan putingku.
“Ahhh. Cel” *Crrooott* [sperma Kak Doni keluar di dalam kemaluanku]. *Sssrrrrr* [cairanku keluar dari dalam kemaluanku]. Kami berpelukan sebentar sebelum Kak Doni mengeluarkan kemaluannya dari kemaluanku. *Ploopss*. Aku selalu suka sensasi berhubungan badan di kampus. Aku sangat menikmatinya. Kemudian, saat akan bersih-bersih air di kamar mandinya tidak nyala. Aku mengeluarkan tissue dari tas ku dan lagi-lagi bekasnya hanya kubersihkan menggunakan tissue.
“Iewwhh basah banget celana dalem aku. Sini celana dalem kamu” kataku sambil merebut celana dalamnya dan langsung memakainya. “Tukeran hehe”.
“Yes, celana dalemnya buat aku ya” kata Kak Doni sambil menghirup celana dalamku. Aku hanya mengangguk saja.
Aku yang keluar pertama dari kamar mandi sambil memantau situasi sekitar. Setelah dirasa aman aku chat Kak Doni. Kemudian, aku bergegas menuju kantin untuk bertemu Alya. Ternyata ada Irene juga di sana.
“Lama banget sih, Cel” kata Alya ngambek.
“Sorry, tadi air kamar mandi pada mati” jawabku sambil duduk.
“Iya, tumben banget air kamar mandi pada mati” kata Irene memvalidasi ucapanku.
“Eh, tumben banget loh Doni ga ngumpul bareng temen-temennya” kata Alya padaku sambil menunjuk ke meja teman-teman Kak Doni.
“Tuh, Kak Doni. Datengnya cuma beda beberapa detik sama Celine” kata Irene.
“E-ehh. Kebetulan aja itu” kataku gelagapan.