Celine : Seks dan Kehidupan (Season 2) – Ep 4 – Jangan Main-Main dengan Celine
Cerita Seks Bapak Anak Terbaru
Aku bekerja sama dengan pihak rumah sakit untuk mengambil sample dari Sydney yang dibutuhkan untuk melakukan tes DNA sebelum aku dibolehkan pulang setelah melahirkan Sydney. Hari ini aku mengajak Papah ke rumah sakit tersebut dengan alasan melakukan medical check up. Pihak rumah sakit sudah tahu rencanaku sehingga medicalcheck up nya hanya formalitas saja. Hasil tes DNA nya masih membutuhkan waktu beberapa hari lagi.
Beberapa hari sebelumnya aku sudah melakukan cek DNA Sydney dengan Pak Anto. Saat itu Pak Anto yang menawarkan diri dengan imbalan aku memaafkannya karena sudah berhubungan badan dengan Alya. Aku menyetujuinya. Hasilnya adalah Sydney bukan anak Pak Anto. Dengan begitu, Pak Anto sudah tidak berguna lagi bagiku. Aku sudah tidak membutuhkannya.
Pagi ini ada kuliah Pak Anto. Sebenarnya aku masih ngambek sama Pak Anto dan Alya, tapi aku harus bersikap profesional. Biasanya aku pergi bareng Alya, tapi karena sedang ngambek, jadi aku menyuruh Kak Doni untuk mengantar jemput Alya hingga hubunganku dengan Alya membaik. Kak Doni menurutiku karena selain aku yang dom, kini aku punya kartu as nya yang bisa kukeluarkan kapan saja.
Sampai kampus aku mampir ke kantin dulu untuk membeli minuman. Tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang. Ternyata itu adalah Irene. Irene mengajakku untuk mengobrol empat mata.
Spoiler: Ilustrasi Irene


“Cel, kamu tau kalo Pak Anto sama Alya ada hubungan spesial?” tanya nya sambil bisik-bisik.
“Hah? Hubungan spesial gimana?” jawabku pura-pura tidak tahu.
“Hmm gimana ya ceritanya? Pokoknya aku pernah liat mereka ngewe di Lab Kom beberapa kali” jawabnya dengan suara yang makin pelan. “Aku minta maaf ya, aku kira kamu yang ada hubungan spesial sama Pak Anto”.
“Aku kan setahun cuti kuliah, jadi gatau apa-apa. Iya gapapa santai aja” kataku padanya sambil tersenyum. Irene menceritakan semuanya padaku. Mulai dari hubungan spesialnya dengan Pak Anto, hingga memergoki Alya dan Pak Anto berhubungan badan di Lab Kom. Irene juga bercerita kalau dia bukan ‘korban’ pertamanya Pak Anto. Sebelum-sebelumnya sudah ada beberapa mahasiswi yang berhasil dia tiduri.
“Waduh, laporin aja ga sih ke kampus” kataku bersemangat. Irene juga berniat melakukan hal itu, tapi dia tidak punya cukup bukti untuk melaporkannya.
Tidak lama kemudian, kami menuju ruang kelas karena perkuliahan akan segera dimulai. Aku melihat Alya sudah ada di kelas. Aku menyapanya dan duduk di dekatnya, sedangkan Irene duduk di depan. Alya melihat Irene dengan sinis sedari dia masuk ruangan. Aku melihat Alya berpakaian tidak seperti biasanya. Hari ini dia terlihat lebih seksi memakai baju lumayan ketat lengan pendek dengan luaran cardigan tipis dan celana jeans.
Spoiler: Ilustrasi Alya


“Pasti mau ngewe sama Mas Anto” kataku dalam hati.
Perkuliahan berjalan normal seperti biasa. Aku mencatat semua materi kuliah di iPadku. Aku memergoki Pak Anto berkali-kali melirik padaku, tapi aku tidak terlalu menghiraukannya dan fokus pada materi kuliahnya. Pakaianku hari ini tidak kalah seksi dengan Alya. Aku memakai tanktop putih dengan luaran flannel dan celana jeans.
Spoiler: Ilustrasi Celine


Setelah perkuliah selesai aku mengajak Alya untuk makan di kantin.
“Duluan aja, Cel, aku mau nungguin Doni di sini. Dia nanti ada kuliah di sini juga” kata Alya.
“Jiakhh bilang aja mau ngewe sama Pak Anto” kataku dalam hati. “Yaudah deh, aku duluan ya”. Aku keluar ruangan tanpa melirik sedikitpun pada Pak Anto. Saat melewati pintu, aku melihat kunci ruangan berada di bagian pintu luar. Dengan cepat aku mengambil kunci tersebut. Sesampainya di kantin aku bertemu Irene lagi.
“Ga bareng sama Alya?” tanya Irene.
“Ga, dia masih di kelas katanya nunggu Doni soalnya ada kuliah di situ juga” jawabku.
“Lah, itu Kak Doni” Irene menunjuk Kak Doni yang sedang mengobrol dengan teman-temannya. Aku langsung menghampirinya dan mengajaknya mengobrol empat mata menjauh dari kantin.
“Kalo mau bukti lain Alya sama Pak Anto suka ngewe, ke Lab Kom sekarang!” kataku menyuruhnya. Aku melambaikan tangan pada Irene sebagai kode untuk ikut bersama kami. Irene berjalan menghampiri. Kami bertiga berjalan menuju Lab Kom lantai 5. Aku menyuruh Irene stand by memegang handphone untuk merekam perbuatan mereka. Sesampainya di sana pintu ruangan tertutup rapat.
“Yahh, pasti dikunci” kata Kak Doni.
“Ga akan. Kuncinya udah aku ambil” jawabku sambil memperlihatkan kuncinya.
*Jeglekkk* [suara pintu terbuka]. Kak Doni membukanya pelan-pelan. Irene langsung menunjuk ruangan monitoring. Kami menuju ke sana pelan-pelan. Terdengar sayup-sayup desahan perempuan, kami yakin itu suara Alya.
*Gubraakkk* [suara pintu didobrak]. Dengan perasaan marah Kak Doni mendobrak pintu ruangan monitoring. Pak Anto yang sedang menganal Alya langsung melepaskan kemaluannya dari lubang pantat Alya, sedangkan Alya langsung duduk di karpet sambil berusahan menutupi bagian atas dan bawah tubuhnya dengan tangannya.
“Lagi ngapain kalian??!!! Al, ternyata selama ini??!!” bentak Kak Doni. Irene sibuk merekam Alya dan Pak Anto. Aku hanya pura-pura kaget melihat mereka berdua. Aku malah teringat ‘kegiatan’ ku di ruangan ini bersama Pak Anto. Alya menangis sejadi-jadinya. Pak Anto mulai berusaha untuk mencari-cari alasan.
Beberapa hari kemudian
Irene melaporkan hal tersebut ke pihak kampus. Dia juga mengumpulkan ‘korban-korban’ lainnya. Tercatat ada empat mahasiswi lain yang pernah ‘tidur’ dengannya. Tentu saja aku tidak termasuk karena aku masih ingin menjaga image ku di kampus ini. Pak Anto akhirnya dikeluarkan dari kampus, sedangkan Alya tidak mendapat hukuman karena dianggap sebagai korban oleh pihak kampus.
“Makasih ya, Cel, udah bantuin” kata Irene. Aku hanya tersenyum dan memeluknya. Hubunganku dengan Alya dan Irene membaik setelah kejadian ini.
“Jangan main-main sama Celine” pesan terakhirku yang kukirimkan pada WhatsApp Pak Anto sebelum akhirnya aku memblokir nomornya.