Celine : Seks dan Kehidupan (Season 2) – Ep 3 – Rencana Pembalasanku
Cerita Dewasa Indonesia Terupdate
Sudah beberapa minggu aku mengabaikan ajakan Pak Anto untuk berhubungan badan. Perkuliahan di semester pendek ini pun berjalan seperti perkuliahan seperti biasa. Aku masih marah dan cemburu padanya saat dia mengakui sudah beberapa kali berhubungan badan dengan Alya. Aku pun tidak membalas chat dan mengangkat telpon dari Alya. Perasaanku hancur. Padahal aku pun sering berhubungan badan dengan laki-laki lain, tapi jika Papah, Pak Anto atau Pak Teguh berhubungan badan dengan perempuan lain aku tidak rela.
Weekend ini aku hanya di rumah saja. Jadi, hari ini aku mengenakan tanktop tanpa bra dan celana pendek saja. Papah sedang ke luar kota. Ajakan Alya untuk nongkrong di café pun tidak aku hiraukan. Sesekali aku menangis karena kangen Sydney. Kegiatanku weekend ini hanya marathon drakor di kamarku. Tiba-tiba ada suara yang memanggilku dari luar. Aku pun melihat Alya beberapa kali missed call.
“Duh, siapa sih?” kataku kesal. Sambil memakai cardigan, aku turun ke bawah dan melihat keluar dari jendela. Ternyata itu Alya dan Kak Doni. Dengan terpaksa aku menemui mereka dan mempersilahkan mereka masuk.
“Kamu ke mana aja sih, Cel? Setahun lebih kita ga ketemu, loh” tanya Alya sambil duduk di ruang tamu.
“Aku kan bantuin Mamah ngurus usaha Akong” jawabku seadanya. Aku tidak menceritakan tentang kehamilanku kepada Alya dan Kak Doni. Aku beralasan cuti kuliah untuk membantu Mamah mengurus usaha Akong.
“Om Bayu ke mana, Cel?” tanya Alya.
“Lagi ke luar kota. Eh, mau pada minum apa?” kataku.
“Air putih aja, Cel, jangan repot-repot” jawab Alya. Kak Doni hanya mengangguk. Kami mengobrol lumayan lama. Alya menceritakan liburannya dengan Kak Doni ke Bali saat libur semester lalu. Banyak yang Alya ceritakan, kecuali soal berhubungan badan dengan Pak Anto yang sudah pasti dia tidak akan menceritakannya. Apalagi di depan Kak Doni. Aku hanya memperhatikannya dan menjawab pertanyaan dia seadanya jika dia bertanya sesuatu padaku. Kak Doni sesekali melirikku. Aku tahu matanya berfokus ke mana.
“Eh, Cel, aku numpang ke kamar mandi ya. Mules” kata Alya meminta izin. Aku hanya mengiyakan saja. Saat Alya ke kamar mandi, aku mengajak ngobrol Kak Doni.
“Apa kabar, Don? Ngobrol kali, jangan ngeliatin toket mulu” tanyaku sambil menarik cardiganku agar menutupi payudaraku.
“E-eh, baik, Cel. Ga ngeliatin kok” jawabnya gelagapan.
“Aku punya gosip” kataku berbisik padanya. Kemudian, aku memperlihatkan chat Pak Anto padaku di bagian yang dia mengaku sudah beberapa kali berhubungan badan dengan Alya. Kak Doni kaget dan tidak percaya.
“Hah? Ga mungkin. Editan itu” kata Kak Doni.
“Ngomongnya jangan keras-keras bisa ga?” kataku sambil memukul bahunya. Kemudian, aku memperlihatkan foto wefie Pak Anto dan Alya yang sedang tiduran berdua tanpa mengenakan baju. Aku melihat muka Kak Doni memerah. Dia sepertinya sangat marah. Aku hanya tertawa kecil.
“Jangan berantem di sini ya, kamu pura-pura gatau aja” suruhku padanya. Kak Doni pun hanya mengangguk dengan muka masih memerah. Aura dom ku ternyata masih berpengaruh padanya. Tidak lama kemudian, Alya keluar dari kamar mandi dan langsung mengajak Kak Doni untuk pulang.
“Eh, kalian nginep di sini aja, nemenin aku, mau ga?” ajakku pada mereka.
“Wah, aku sih mau banget. Kamu mau ga sayang?” tanya Alya pada Kak Doni.
“I-iya aku mau” jawabnya pelan setelah aku memelototinya. Kemudian, aku membereskan kamar Papah untuk mereka tidur. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol dan menonton film di ruang keluarga. Setelah tengah malam, aku mulai membereskan bekas makanan dan minuman.
“Kak, mintol dong bawain gelasnya ke dapur” kataku pada Kak Doni sambil membawa piring kotor. Kak Doni dengan segera membawakan gelas kotor bekas kami minum ke dapur.
“Nanti mampir ke kamarku ya” kataku berbisik padanya sambil meremas kemaluannya. Kak Doni hanya mengangguk kaget. “Good boy” kataku sambil tersenyum. Setelah mencuci piring dan gelas, aku pamit pada Alya dan Kak Doni untuk tidur di kamarku.
Di kamar aku hanya main handphone menunggu Kak Doni. Sudah dua jam aku menunggu, tapi Kak Doni tidak datang juga. Aku berinisiatif untuk melihat mereka di kamar Papah. Saat di depan pintu kamar, aku mendengar suara desahan Alya. Ternyata mereka sedang berhubungan badan. Aku kembali ke kamarku untuk tidur.
Aku terbangun karena ada yang menyentuh payudaraku. Ternyata itu Kak Doni yang sudah ada di kamarku.
“Kok toket kamu basah, Cel?” tanya Kak Doni padaku.
“Iyalah. Orang ada susunya…” jawabku sambil menamparnya pelan. “…lama banget sih. Ditungguin daritadi”. Mukanya terheran-heran.
“Ma-maaf. Tadi Alya minta jatah hehe” jawabnya cengengesan.
“Dia udah tidur sekarang?” tanyaku sambil membuka celana pendeknya dan mulai mengocok kemaluannya.
“Ahhh. Udah. Dia kalo abis ngewe pasti tidur pules” jawabnya sambil sedikit mendesah.
“Kaya kamu dong” kataku sambil mengulum kemaluannya. Dia hanya cengengesan. Aku merasakan rasa yang familiar saat mengulum kemaluannya.
“Kamu nganal si Alya?” tanyaku padanya.
“E-eh, kok tau?” jawabnya heran.
“Iyalah. Kontol kamu bau t*i. Cuci dulu sana. Jorok banget sih” suruhku padanya. Kak Doni bergegas ke kamar mandi dan mencuci kemaluannya. Aku mengikutinya untuk kumur-kumur di wastafel.
“Siapa yang pertama pengen anal?” tanyaku penasaran.
“Alya. Aku juga bingung akhir-akhir ini dia jadi sering minta anal, padahal dulu dia gamau” jawab Kak Doni sambil membersihkan kemaluannya. Sialan! Pasti gara-gara Pak Anto.
Aku membuka tanktop dan celanaku. Kemudian, aku duduk di wastafel.
“Buruan! Udah belum?” bentakku padanya.
“U-dah, Cel” kata Kak Doni ketakutan sambil mematikan shower.
“Cepet masukin” suruhku padanya sambil melebarkan pahaku. Kak Doni mendekatiku dan memasukan kemaluannya perlahan.
“Ughhh” desahku.
Aku arahkan tangannya untuk meremas payudaraku. Saat sedang meremas payudaraku, dia kaget ada air susu yang keluar dari putingku mengenai mukanya. Aku langsung mengarahkan kepalanya ke payudaraku.
“Nenen, Don. Ahhh” suruhku sambil mendesah saat dia mulai menyusu padaku. Aku menggerakan pinggulku agar kemaluannya semakin masuk ke dalam kemaluanku.
“Kok bisa ada air susunya sih, Cel?” tanyanya padaku.
“Udah jangan banyak tanya. Nenen aja” jawabku sambil menekan kepalanya ke payudaraku. “Enak ga susunya?” tanyaku. Kak Doni mengangguk. Aku hanya tersenyum. Setelah di payudara sebelah kiri, kini aku arahkan kepalanya agar menyusu di payudaraku sebelah kanan.
“Doggy, Don” kataku menyuruhnya untuk menyodokku dari belakang. Aku turun dari wastafel dan memosisikan tubuhku menungging. Kak Doni memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku. Aku merasa seksi saat melihat tubuhku digenjot Kak Doni dari belakang.
“Kamu pernah anal juga, Cel?” tanya Kak Doni tiba-tiba.
“Ahhh. Belum pernah. Kenapa?” jawabku sambil mendesah.
“Soalnya lobang pantat kamu sama kaya Alya. Rada longgar” jawabnya sambil memasukan salah satu jarinya ke sana. Aku segera menarik tangan Kak Doni.
“Awww. Apaan sih. Jangan ke sana” bentakku padanya. Kak Doni menurutinya sambil terus menggenjotku. Tangannya meremas payudaraku dari belakang. Air susuku muncrat mengenai kaca.
“Ahhhhh ahhh. Don, aku keluarrr” *Sssrrr* [cairanku keluar]. Tanganku memegang wastafel menikmati sisa-sisa orgasme yang membuat kakiku lemas. Aku tidak memedulikan Kak Doni sudah orgasme atau belum karena aku yakin sperma Kak Doni sudah habis saat berhubungan badan dengan Alya tadi. Kak Doni memelukku dari belakang. Aku bersandar di badannya.
“Kita mirror wefie, yuk” kataku sambil membalikan badan dan menciumnya. Kak Doni hanya mengangguk. Aku mengambil handphoneku di kasur dan kembali ke kamar mandi. Aku mengarahkan tangan Kak Doni untuk meremas payudaraku dari belakang. *Cekrekkk* [suara kamera dari handphone].
Spoiler: Ilustrasi Mirror Wefie

Aku dan Kak Doni mengambil foto dengan beberapa gaya. Saat sedang melihat-lihat hasil foto kami di galeri, aku teringat foto-fotoku dengan Sydney dan memperlihatkannya pada Kak Doni.
“Lucu banget. Anak siapa itu, Cel?” tanya Kak Doni.
“Anak kita” jawabku santai.
“Hah? Anak kita?” Kak Doni kaget.