
Celine : Seks dan Kehidupan – Pada Akhirnya
Baca Bokep Cerita Lucah Sedarah Malaysia

Sudah sebulan aku sedang magang di salah satu perusahaan pembiayaan karena memang semester ini aku diharuskan untuk magang. Aku jarang ke kampus semester ini, kalaupun ke kampus hanya untuk ‘melayani’ Pak Anto. Akhir-akhir ini aku mengurangi berhubungan badan dengan Papah karena kesibukanku magang membuat badanku gampang lelah. Sampai rumah biasanya aku ketiduran hingga tengah malam. Hanya weekend saja aku ada waktu untuk Papah.
Hari ini hari Sabtu, tapi aku disuruh datang ke kantor oleh managerku karena hari ini akhir bulan jadi banyak laporan yang harus dikerjakan.
“Males banget harus ke kantor” kataku manja pada Papah sambil menidurkan kepalaku di atas dadanya.
“Sabar sayang, namanya juga dunia kerja” jawab Papah sambil mengelus rambutku.
“Yaudah ayo mandi bareng” ajakku pada Papah sambil bangun dan menarik tangannya ke kamar mandi. Papah hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauanku. Aku mulai menyalakan shower dan membersihkan kemaluanku sisa morning sex dengan Papah.
“Banyak banget ih spermanya” kataku sambil mengorek sisa sperma di mulut kemaluanku.
“Akhir-akhir ini kan jarang ngewe, wajarlah banyak” jawab Papah sambil mencium keningku. Kemudian kami lanjut mandi bersama. Aku menyabuni Papah, begitu juga sebaliknya. “Ahh aku kangen masa-masa ini” kataku sambil menciumnya di bawah shower.
Aku tiba di kantor tepat pukul 9 pagi. Karena weekend dan hitungannya lembur, jadi aku tidak perlu datang tepat waktu. Aku juga ke kantor hanya mengenakan flannel yang kukancingkan dengan daleman sport bra dan celana jeans. Suasana ruanganku masih kosong. Mejaku posisinya di ujung dekat jendela, jadi aku bisa melihat keluar jendela kalau jenuh melihat layar laptop.
“Pagi, Cel” sapa Pak Teguh managerku yang datang hanya beda lima menit denganku.
“Pagi, Pak” jawabku sambil berdiri dan tersenyum padanya.
“Udah sarapan, Cel?” tanyanya padaku.
“Sudah, Pak, tadi di rumah” jawabku sambil duduk kembali.
“Oh iya, kamu di rumah tinggal sama siapa aja?” tanyanya penasaran.
“Aku di rumah cuma sama Papah berdua. Mamah udah beberapa bulan ini tinggal sama kakek, soalnya ga ada yang jagain” jawabku seadanya.
“Itu Papah kandung atau Papah tiri? Sorry ya nanya nya gini”
“Hehe gapapa, Pak. Itu Papah tiri” jawabku sambil melihat padanya. Pak Teguh hanya mengangguk dan tersenyum, tapi aku melihat anggukan dan senyumannya ada arti lain.
Setelah berbasa-basi dengan Pak Teguh, aku mulai pekerjaanku agar cepat beres. Karyawan yang lain banyak yang datang agak siang. Di ruangan ini ada tujuh orang. Hanya aku dan Kak Rini yang perempuan, sisanya laki-laki, termasuk Pak Teguh.
Spoiler: Ilustrasi Kak Rini
Tidak terasa sudah siang. Aku sengaja tadi pagi membuat sarapan sekaligus untuk bekal makan siang. Kak Rini mengajakku untuk makan siang bersama di pantry, aku mengiyakan ajakannya. Kak Rini umurnya masih 20an akhir dan belum menikah. Aku memanggilnya Kakak karena umurnya tidak beda jauh dengan Ci Grace. Sambil makan, Kak Rini curhat tentang pacarnya yang belum mau menikah.
“Padahal udah pacaran tujuh tahun” kata Kak Rini kesal. Aku bingung bagaimana menanggapinya. Kemudian, datang Pak Hari, salah satu orang yang satu ruangan dengan kami.
“Kenapa, Rin? Si Indra gamau nikahin elu? Yuk, nikah sama gue aja” katanya sambil cengengesan.
“Apa sih, Pak? Inget istri sama anak di rumah” jawab Kak Rini.
“Canda, Rin. Kalo Celine udah punya suami belum?” tanyanya sambil memegang pundakku.
“Be-belum, Pak. Pacar aja ga punya” jawabku kaget karena tiba-tiba dia memegang pundakku.
“Orang masih kuliah ditanya suami, gimana sih, Bapak” kata Kak Rini sambil tertawa. Aku pun ikut tertawa (karir). Kami segera membereskan sisa makanan kami sebelum kembali ke ruangan. Kak Rini tidak langsung ke ruangan, jadi hanya aku sendirian yang langsung menuju ruangan. Setelah sampai ruangan aku langsung melanjutkan kerjaanku.
Sudah setengah jam Kak Rini belum kembali ke ruangan. Aku chat ke nomor WhatsApp nya, tapi belum ada balasan. Aku berinisiatif untuk mencarinya sambil ke toilet. Saat melewati gudang, aku mendengar suara perempuan yang ku kenal. “Kaya suara Kak Rini, tapi lagi ngapain dia di gudang?” kataku dalam hati. Aku tidak terlalu memikirkannya karena tidak mungkin Kak Rini ada di sana. Setelah dari toilet dan kembali melewati gudang, aku kembali mendengar suara itu. Kali ini seperti suara desahan perempuan. Karena penasaran, aku mencoba masuk ke dalam gudang.
“Ahh, Pak, cepet keluarin”
“Sabar, Rin, dikit lagi”
Ternyata itu beneran Kak Rini yang sedang menungging dan tangannya menempel di tembok, di belakangnya ada… Pak Teguh. Kak Rini dan Pak Teguh sedang berhubungan badan. Aku kaget dan segera keluar dari gudang, namun aku apes saat akan keluar tali sepatuku yang terlepas membuatku tersandung dan badanku mengenai lemari besi yang mengeluarkan suara lumayan keras. Kak Rini dan Pak Teguh menoleh ke arahku. “Ce-celine” kata Kak Rini. Aku langsung berdiri dan berlari ke ruangan.
Kak Rini masuk ke dalam ruangan, selang 10 menit Pak Teguh juga memasuki ruangan. Aku lanjut mengerjakan pekerjaanku seolah-olah aku tidak mengetahui apa yang tadi aku lihat di gudang. Suasana ruangan hening. Biasanya Pak Hari selalu menjadi ‘badut’ di ruangan ini dengan mengeluarkan jokes yang menghibur kami, namun hari ini Pak Hari fokus mengerjakan kerjaannya.
Pukul 5 tepat kerjaanku sudah selesai. Begitu juga dengan yang lain, kecuali Kak Rini. Setelah beberapa orang di ruangan ini pulang, hanya tersisa aku, Kak Rini dan Pak Teguh. Suasana menjadi canggung. Saat aku berpamitan untuk pulang, Pak Teguh menahanku dan mengunci pintu ruangan.
“Tadi kamu ngapain di gudang?” tanya Pak Teguh dengan nada lumayan tinggi.
“A-aku mau ke toilet, ta-tapi pas lewat gudang aku denger suara Kak Rini makanya aku cek ke gudang” jawabku sambil menunduk.
“Udah, Pak, Celine ga akan bilang ke siapa-siapa ko, ya kan, Cel?” kata Kak Rini sambil berjalan mendekatiku dan memelukku.
“Apa jaminannnya?” kata Pak Teguh pada Kak Rini. Kak Rini tiba-tiba menggerayangi tubuhku dan perlahan membuka kancing flannelku. Aku hanya bisa diam sambil meliriknya dengan tatapan sedih. Kemudian dia juga membuka celanaku.
Kini aku hanya mengenakan sport bra dan celana dalam saja. Tanganku sekuat tenaga menutupi bagian atas dan bawah badanku. Kak Rini mengeluarkan handphone nya sambil mulai memfoto dan memvideokanku dalam keadaan seperti ini.
“Jangan, Kak, aku janji ga akan cerita sama siapa-siapa” kataku sambil menangis. Aku sedih diperlakukan seperti ini oleh Kak Rini yang sudah aku anggap sebagai Kakak sendiri.
“Buka bra sama CD nya” suruh Kak Rini tanpa menghiraukan perkataanku. Aku hanya menurutinya pasrah karena takut. Pak Teguh hanya melihat dari mejanya sambil tersenyum. Kemudian dia berdiri dan menyuruhku untuk menempel ke tembok.
“Background nya tembok, Rin, biar foto sama videonya jelas” suruh Pak Teguh pada Kak Rini. Aku dan Kak Rini menurutinya.
“Awas tangannya jangan nutupin tete sama memeknya” kata Kak Rini membentakku. Sontak aku kaget dan menurutinya sambil terus menangis. Kak Rini memperlihatkan hasil foto dan videonya pada Pak Teguh. Pak Teguh hanya mengangguk dan tersenyum seolah-olah meng-acc hasilnya. Kemudian dia perlahan mendekatiku.
“Aww ahhh” desahku. Pak Teguh mencubit kedua putingku.
“Keras nih. Sange ya?” kata Pak Teguh sambil terus memainkan putingku. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan desahan.
“Mau dipake juga, Pak?” kata Kak Rini sambil tersenyum.
“Iyalah. Dia yang bikin saya kentang tadi gara-gara masuk ke gudang. Padahal dikit lagi crot” kata Pak Teguh sambil membuka kemeja dan celananya. Kini dia berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tangannya mendorong pundakku agar aku berjongkok di hadapan kemaluannya.
“Sepong cepet” katanya sambil mengarahkan kemaluannya ke mulutku. Aku terlalu takut untuk menolaknya. Aku keluarkan seluruh skill mengulumku. Pak Teguh mulai bergerak tidak karuan karena kulumanku dan tangannya memegang tembok.
“Ahhh. Rin, kamu harus belajar nyepong sama si Celine. Enak banget!” kata Pak Teguh.
“Ihh Bapak. Berarti sepongan aku ga enak?” jawab Kak Rini manja.
“Enak juga sayang” jawab Pak Teguh sambil menyuruh Kak Rini mendekatinya. Aku melihat mereka berciuman. Tangan Pak Teguh menggerayangi tubuh Kak Rini. Hari ini Kak Rini menggunakan baju formal tanpa lengan dan celana kulot. Menurutku, Kak Rini sangat seksi dengan pakaian seperti itu. Pantas saja Pak Teguh sangat nafsu padanya.
Aku melepaskan kulumanku. Kak Rini dan Pak Teguh masih lanjut berciuman hingga Kak Rini kini telanjang bulat. Kugunakan kesempatan ini untuk mengambil handphoneku dan memvideokan mereka diam-diam sambil duduk di kursi Pak Hari. Aku melihat mereka sambil duduk seolah-olah aku sedang menunggu giliran.
Aku menjadi horny melihat mereka berciuman, kini Pak Teguh sudah memasukan kemaluannya ke kemaluan Kak Rini. Tanganku ku arahkan menuju ke bawah mencari klitorisku. “Ahhh” desahku pelan setelah tanganku menyentuh klitorisnya. Kursi Pak Hari basah oleh cairanku. “Maaf ya, Pak Hari” kataku dalam hati.
“Ahhhh akhirnya keluar juga” kata Pak Teguh sambil melepaskan kemaluannya dari kemaluan Kak Rini.
“Di dalem lagi? Aduh, gawat” kata Kak Rini sambil memegang kepalanya. Pak Teguh hanya cengengesan. Aku melihat kemaluannya masih tegak berdiri dan masih ada sisa spermanya.
Pak Teguh melirikku yang sedang asik memainkan klitorisku. Aku langsung duduk sikap sempurna seperti anak SD. Dia berjalan mendekatiku dan menarik kursi yang sedang kugunakan. Tanpa aba-aba dia langsung memasukan kemaluannya ke dalam kemaluannya. Dia menggenjotku di atas kursi Pak Hari.
“Ahhh ahhhh” desahku keras karena gerakan Pak Teguh sangat cepat. Aku hanya pasrah.
“Uhh seret juga memek kamu, jarang digarap ya?” puji Pak Teguh. Aku hanya menggigit tanganku menahan desahan yang lebih keras tidak keluar dari mulutku.
Tiba-tiba Pak Teguh berhenti dan melepaskan kemaluannya. Kemudian dia berjongkok dan memperhatikan lubang pantatku. Dia tersenyum dan kembali memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku.
“Pantes aja, boolnya yang sering digarap” kata Pak Teguh sambil tertawa. Kak Rini pun ikut tertawa. Aku kembali menggigit tanganku menahan malu. Lubang pantatku sering ‘digarap’ oleh Pak Anto sehingga sekarang terlihat agak longgar dari luar.
“Nungging kamu. Saya jadi pengen nyobain bool kamu” suruh Pak Teguh.
“Ja-jangan, Pak” kataku pelan, tapi aku menurutinya untuk menungging.
“Jangan, tapi tetep nurut. Dasar ayam kampus” katanya sambil menampar pantatku. Tanpa ragu, Pak Teguh memasukan kemaluannya ke lubang pantatku yang masih kering.
“Awww. Be-bentar, Pak” kataku kesakitan sambil melumasi lubang pantatku dengan cairan dari kemaluanku, kemudian aku mengarahkan kemaluan Pak Teguh untuk masuk pelan-pelan ke dalam pantatku.
“Gilaaaa. Beneran ayam kampus ya kamu, Cel” kata Pak Teguh. Aku tersenyum kecil sambil menggigit bibir bawahku. Kini kemaluan Pak Teguh sudah sepenuhnya masuk lubang pantatku. Dia maju-mundurkan pinggulnya perlahan.
“Uhhh iya gitu, Pak, pelan-pelan dulu” kataku mengajarinya anal sex. Aku melihat Kak Rini sudah berpakaian lengkap lagi dan selesai touch up.
“Aku duluan ya, udah dijemput pacar. Have fun kalian” kata Kak Rini sambil berlari kecil keluar ruangan. Aku tidak menghiraukannya. Aku hanya menikmati setiap sodokan Pak Teguh ke lubang pantatku.
“Ahhh. Cel, saya mau keluar” kata Pak Teguh sambil meremas keras pinggulku. Aku langsung melepaskan kemaluannya dan mendorongnya ke tembok. Aku memosisikan tubuhku menungging di hadapannya, pantatku mendorong Pak Teguh. Kumasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku dan aku menggerakan pinggulku maju mundur. Tidak lupa, aku arahkan tangan Pak Teguh untuk meremas payudaraku dari belakang. Aku menoleh padanya dan menjulurkan lidahku, Pak Teguh mengerti, dia langsung mencium bibirku. Kami berciuman.
*Crooottt* [sperma Pak Teguh keluar di dalam kemaluanku]. Pak Teguh menjatuhkan badannya ke punggungku sambil memelukku dari belakang. Aku menahan tubuhnya sambil menikmati cairan hangat di dalam rahimku.
Tiga bulan berlalu. Magangku akhirnya selesai. Rekan-rekan satu ruanganku mengadakan farewell party kecil-kecilan di dalam ruangan. Ada pizza, donat, es kopi dan lain-lain. Semuanya aku yang traktir. Sungguh tiga bulan yang berkesan. Ditambah pengalaman ‘magang’ di dua bulan terakhir bersama Pak Teguh. Setelah kejadian itu, kami masih sering melakukannya, baik di kantor maupun di luar kantor. Kadang hanya berdua, kadang threesome dengan Kak Rini. Kak Rini pun akhirnya akan melangsungkan pernikahan dengan pacarnya dalam waktu dekat.
Setelah magang selesai, setiap hari aku berada di rumah karena tinggal mengerjakan laporan magang saja. Hubunganku dengan Papah pun kembali mesra seperti sebelum aku magang. Tiada hari tanpa berhubungan layaknya suami istri.
“Teruss, Pah, iyaa kaya gitu ahhh” desahku sambil menoleh ke belakang menatap Papah.
“Ahh ternyata gini ya rasanya anal” kata Papah. Papah baru pertama kali memasukan kemaluannya ke lubang pantatku. Selain Pak Anto, Pak Teguh pun jadi ketagihan. Aku pun begitu. Ternyata ada sensasi yang luar biasa ketika anal sex. *Crooottt* [sperma Papah keluar di dalam lubang pantatku]. Aku langsung melepaskan kemaluannya dan membalikan badanku menghadap Papah sambil menciumnya.
“Good boyyy” pujiku pada Papah.
“Hehe bisa aja sayang” jawab Papah malu-malu.
“Aku punya hadiah untuk Papah. Merem yaa” suruhku. Papah menurutinya dan menutup matanya. Aku turun dari kasur dan mengambil hadiahnya di laci. Kemudian mengambil spidol di meja belajarku.
“Surprise!” teriakku. Papah langsung membuka matanya dan ekspresinya sangat terkejut.
“Seriusan sayang?” tanya Papah terkaget-kaget.
Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.