Celine : Seks dan Kehidupan – Main di Rumah Alya

Author Avatar

RajaBokeps

Joined: Mar 2025
Bagikan Video Bokep Ini

Baca Cerita Seks Sedarah Indonesia

Baca Cerita Seks Sedarah Indonesia

Cerita Seks Sedarah Celine Seks Dan Kehidupan - Main Di Rumah Alya
Cerita Seks Sedarah Celine Seks Dan Kehidupan – Main Di Rumah Alya

Slurrpp” suara jilatan Papah di kemaluanku. “I-iya ntar aku ke sana” kataku yang sedang menelpon Alya. “Enak jilmekan Om Bayu? Xixi” kata Alya. “E-eh apa sih? E-engga. Udah dulu ya, Al. Bentar lagi aku otw” jawabku gelagapan sambil mematikan telponnya. “Ahhh dibilangin stop dulu. Alya jadi curiga kan” kataku sambil menjambak pelan rambut Papah. Papah hanya tersenyum dan melanjutkan jilatannya ke kemaluanku.

Pagi itu kami baru saja melakukan morning sex. Setelah Ci Grace pulang, hanya tinggal kami berdua di rumah. Mamah masih di rumah Akong, sepertinya pulangnya masih lama.

Kami lanjut mandi bersama. Papah menyabuni seluruh area tubuhku, begitupun sebaliknya. Sambil diisi oleh ciuman-ciuman kecil disela-sela kami mandi. Papah selalu menggodaku dengan menyabuni payudaraku lebih lama dibanding area tubuh lain. “Uhhh kebiasaan. Nanti aku pengen lagi, gimana?” desahku. “Tinggal ngewe lagi apa susahnya” jawab Papah sambil tersenyum mesum. Kemudian kami berpelukan dan berciuman di bawah shower.

Sekitar pukul 10 pagi aku berpamitan pada Papah untuk ke rumah Alya. “Bye, Bayu junior” aku meremas pelan kemaluan Papah sambil pergi menuju garasi. “Aww, jangan malem-malem ya pulangnya. Nanti Bayu junior ga ada yang ngelonin tidurnya” jawab Papah sambil tersenyum mesum. Aku hanya tersenyum mendengar jawaban Papah sambil masuk ke dalam mobil. Aku merasa kehidupanku dengan Papah akhir-akhir ini seperti pengantin baru.

Di jalan begitu macet dan cuaca hari ini cukup terik. Untungnya hari ini aku mengenakan kaos oversize polos dengan daleman sport bra dan celana jeans. Saat menunggu macet tanganku entah kenapa selalu menuju ke bagian payudara dan meremasnya pelan. “Duh, gara-gara Papah tadi mainin pentilku terus jadi pengen lagi, kan” kataku dalam hati. Padahal kami semalam sudah ‘bermain’ hingga subuh dan paginya kami lanjut lagi. “Apakah aku menjadi hypersex?”. Pikiran itu terus terpikirkan olehku hingga akhirnya aku sampai di rumah Alya. Depan rumah Alya ada Mang Ujang yang sedang bersih-bersih halaman. Setelah mendengar cerita Alya kemaren, aku memandang Mang Ujang tidak sama lagi seperti dulu.

“Eh, Neng Celine. Udah lama ga kesini” tanya Mang Ujang.

“Hehe iya, Mang, sibuk”

“Masuk, Neng. Parkir di dalem aja”. Rumah Alya lumayan besar. Lebih besar dari rumahku. Garasinya pun muat untuk lima mobil.

Pada ke mana, Mang?” tanyaku setelah memasukan mobilku ke dalam garasi. “Biasa, Ibu sama Bapak kan jarang di rumah. Kalo sekarang lagi ke Singapur, biasa medical check up” jawab Mang Ujang sambil bersih-bersih halaman. “Hmm pantes aja mereka sering ngewe” kataku dalam hati.

Aku langsung masuk ke rumah Alya. “Cari siapa, Neng?” aku dikagetkan dengan suara perempuan muda yang sedang menyapu ruang tamu. “E-eh aku temennya Alya” jawabku kaget. “Cel, langsung ke atas aja sini” teriak Alya dari lantai dua. Aku langsung permisi untuk ke atas lantai atas menuju kamar Alya pada perempuan muda itu.

Itu siapa, Al? ART baru?” tanyaku penasaran. “Itu istrinya Mang Ujang. Baru dua bulan kerja di sini” jawab Alya. “Hah? Istrinya Mang Ujang?” jawabku kaget. “Hihi kenapa kaget?” jawab Alya enteng. “K-kan kalian sering ngewe. Ternyata selama ini Mang Ujang punya istri di kampung?” bisikku pelan. “Kalo aku cerita pasti kamu ga akan percaya hihi” jawab Alya sambil mencubit payudaraku. “Hah?” heranku. Aku baru menyadari bahwa Alya tidak seperti yang aku bayangkan selama ini.

Siang itu diawali dengan cerita sex life Alya dan Mang Ujang yang ternyata masih banyak yang Alya belum ceritakan padaku. Mang Ujang (35 tahun) dan istrinya, Bi Indah (21 tahun), baru menikah sekitar enam bulan. Bi Indah sebelumnya adalah ART tetangganya Alya. Mang Ujang dan Bi Indah berpacaran. Pada suatu hari, setelah Alya pulang kuliah, ia memergoki Mang Ujang dan Bi Indah sedang berhubungan badan saat rumah kosong. Alya menginterogasi mereka berdua dan mengancam akan melaporkan Bi Indah ke majikannya. Bi Indah menangis dan memohon agar tidak dilaporkan kepada majikannya. Alya menawarkan sebuah solusi yang ‘agak lain’. Pertama-tama dia menceritakan sex life nya dengan Mang Ujang kepada Bi Indah. Kemudian Alya menawarkan solusi agar Bi Indah pindah kerja ke rumah Alya supaya mereka bisa ‘berbagi’ Mang Ujang tanpa sembunyi-sembunyi. Awalnya Bi Indah kaget, namun setelah Mang Ujang jelaskan akhirnya Bi Indah memahaminya dan menuruti Alya.Spoiler: Ilustrasi Bi Indah

Sumpah, Al, aku kira kamu orangnya ga kaya gini” responku pada cerita Alya.

Namanya juga gairah anak muda” jawab Alya sambil tersenyum mesum. Mendengar cerita Alya membuatku semakin horny.

Tak terasa hari sudah sore. Aku melihat notifikasi di handphone ku banyak sekali chat dari Papah yang sudah tidak sabar menungguku pulang. Aku juga sudah tidak sabar untuk pulang.

Alya terlihat gelisah dan bulak-balik kamar mandi yang ada di kamarnya. “Kenapa, Al?” tanyaku. Dia tidak menjawab hanya sesekali melihat handphone nya. Sepertinya dia sedang menunggu kabar dari seseorang. Aku mendekat padanya. Tiba-tiba dia berkata “Cel, kita ke bawah, yuk. Ke kamar Mang Ujang”. “Hah? N-ngapain ke kamar Mang Ujang?” jawabku kaget. “Iya, biasanya jam segini dia udah ngabarin ngajak aku ngewe, tapi daritadi belum ada kabar. Aku curiga mereka lagi ngewe tanpa aku” kata Alya sambil menarik tanganku untuk ikut ke kamar Mang Ujang. Kamar Mang Ujang terpisah dari rumah utama. Bisa dibilang itu adalah paviliun karena menurutku terlalu besar untuk sebuah kamar.

Sesampainya di paviliun itu, aku mendengar suara desahan wanita dan dua orang lelaki sedang mengoceh tidak jelas. Tanpa aba-aba Alya langsung memasuki paviliun itu yang tidak dikunci dan memergoki Mang Ujang, Pak Syahrul dan Bi Indah sedang… threesome. Bi Indah sedang mengulum kemaluan Mang Ujang sambil digenjot dari belakang oleh Pak Syahrul. “Heh ngewe ga ngajak-ngajak. Awas kalian ya!” ancam Alya. Aku hanya berdiri canggung di luar. “E-eh maaf, Neng. Kan Neng lagi ada temennya. Neng Celine” jawab Mang Ujang. Tanpa menjawab, Alya langsung melucuti pakaiannya yang hanya menggunakan tanktop dan celana pendek dan bergabung bersama mereka.

Sluurpps” Alya mengulum kemaluan Mang Ujang. Sedangkan Pak Syahrul lanjut menggenjot Bi Indah. “Ahhhh maaf ya, Neng, kami salah” kata Bi Indah sambil mendesah. “Awas ya kalo kaya gini ga ngajak lagi aku potong kontolnya” kata Alya pada Mang Ujang sambil meremas keras batang kemaluannya. “Aww iya Neng Alya maaf” jawab Mang Ujang sambil mencium bibir Alya. Mereka berciuman. Bibir mereka saling memagut satu sama lain. Di sisi lain Bi Indah sudah dalam posisi telentang pasrah, Pak Syahrul tanpa henti menggenjotnya. Aku daritadi masih di luar dan tidak percaya dengan pemandangan ini.

Temennya ga diajak sekalian, Neng?” tanya Pak Syahrul pada Alya.

Duh, maaf ya, Cel, aku lupa ada kamu. Sini gabung” ajak Alya sambil menarik tanganku masuk ke dalam paviliun. “Buka baju sama celana kamu” suruh Alya padaku sambil menungging dan menyuruh Mang Ujang memasukan kemaluannya ke kemaluan Alya. “Ugghh ahh” desah Alya. Seperti terhipnotis, aku segera membuka baju dan celanaku. Tersisa sport bra dan celana dalamku saja yang masih menempel. “Bagus banget body nya, Neng Celine” kata Mang Ujang. Aku hanya tersipu malu sambil menutupi payudara dan kemaluanku.

Pak Syahrul tiba-tiba menghampiriku dan menidurkan ku di samping Bi Indah. Perlahan dia melucuti sport bra dan celana dalamku. Bi Indah menggerayangi tubuhku. “Nikmatin aja, Neng” bisik Bi Indah. Pak Syahrul menjilati puting bagian kanan, sedangkan Bi Indah menjilati puting bagian kiri. Aku hanya bisa terdiam pasrah “Ahhhh” desahku. Kepala Pak Syahrul mulai turun ke bawah dan mencari kemaluanku. Aku melihat Bi Indah dalam posisi menungging, bagian bawahnya dijilati oleh Alya dari belakang, sedangkan kepala Bi Indah masih menjilati putingku. “Ahhh yang kenceng dong Mang Ujang” desah Alya.

Ughh ahh, Pak” desahku saat Pak Syahrul mulai memasukan kemaluannya. “Eh, Pak pake kondom ga?” tanya Alya. “Pake dong, Neng, penghabisan nih sisa satu” jawab Pak Syahrul. Alya sangat pengertian padaku karena aku baru pertama kali berhubungan badan dengan Pak Syahrul sehingga harus memakai pengaman, meskipun dia sendiri berhubungan badan dengan Mang Ujang tanpa pengaman. “Bi, ciummm” kataku pada Bi Indah. Aku langsung mencium bibir Bi Indah dengan ganas. Aku jadi suka berciuman dengan wanita semenjak berciuman dengan Ci Grace, meskipun begitu aku masih normal. Masih suka laki-laki. Bi Indah memainkan putingku sambil berciuman. “Ahhh, Bi” desahku.

Aku melihat Alya dan Mang Ujang sudah berganti posisi berkali-kali. Saat ini mereka sedang berdiri berhadapan, kemaluan Mang Ujang yang tegak terus menghujam kemaluan Alya. “Ahhh ahhh” desah Alya hebat. Pak Syahrul memosisikan ku menungging, aku hanya menurutinya pasrah. Tiba-tiba Alya menarik Pak Syahrul. “Kangen kontol Pak Syahrul” kata Alya sambil melepas kondomnya dan menaiki Pak Syahrul, kini mereka sedang posisi WOT. Huh aku yang sedang horny-horny nya hanya bisa membantingkan badan ke samping dan telentang di atas kasur. Aku melihat Mang Ujang menggenjot Bi Indah dalam posisi doggy. “Ahhhh ahhh enakkk” Bi Indah mendesah keras.

Tidak terasa kami sudah melakukan orgy hingga malam. Alya tertidur pulas dengan sisa sperma di atas kemaluannya, begitu juga dengan Bi Indah tertidur pulas dengan sperma keluar dari kemaluannya sambil memeluk Mang Ujang yang kemaluannya sudah tidak tegak lagi. Pak Syahrul tidur dengan posisi duduk di ujung paviliun, kemaluannya pun sudah tidak tegak lagi. Aku yang masih horny segera bangun dan memakai pakaianku. Dengan mengendap-ngendap aku pulang tanpa sepengetahuan mereka. Aku melihat handphone ku sudah banyak chat dan missed call dari Papah. Aku tidak sabar untuk segera sampai rumah.

Sesampainya di rumah aku langsung berlari ke kamar Papah. Papah sudah tertidur, tapi aku langsung membangunkannya dan melepas celananya. Kuraih kemaluannya dan mulai mengulumnya. Papah terbangun kaget. “Ngagetin aja kirain maling” kata Papah. Aku hanya tersenyum memandang Papah. Setelah mengulumnya, aku langsung membuka seluruh pakaianku dan naik ke atas kemaluan Papah yang sudah basah dan tegak. “Ahhh Bayu juniorku” desahku. Papah hanya bisa pasrah melihatku memerkosanya. “Sange banget ya sayang? Makanya jangan ninggalin Papah lama-lama” kata Papah sambil memainkan payudaraku. Aku hanya bisa mendesah dan menggigit bibir bawahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.

Tanpa lelah aku terus memerkosa Papah. Papah hanya bisa telentang pasrah sambil memainkan payudaraku, hingga akhirnya aku menggelinjang hebat dan memuncratkan cairanku ke muka Papah. “Duh, maaf, Pah. Ga ketahan” kataku sambil mengelap muka Papah dengan bajuku dan menciumnya. Sungguh hari yang tidak terduga.

Reviews

0 %

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *