
Celine : Seks dan Kehidupan – Mahasiswi Teladan
Baca Bokep Cerita Seks Daun Muda

Tidak terasa libur semester akan segera berakhir. Masih ada waktu seminggu lagi sebelum perkuliahan semester baru dimulai. Sekitar tiga minggu aku berlibur di villa keluarganya Alya. Tiga minggu juga Mang Ujang dan Kak Doni ‘bekerja’ untukku tanpa diketahui oleh Alya. Kebetulan saat Postinorku habis, Mang Ujang memberitahu kalau Bi Indah juga selama ini meminumnya. Jadi, aku membeli Postinornya Bi Indah dan tidak lupa untuk menyuruhnya tutup mulut agar tidak membocorkan hubunganku dengan Kak Doni ke Alya.
Selama seminggu sebelum kembali kuliah aku habiskan hanya berdiam di rumah. Urusan Papah di pabrik konveksi pun sudah selesai, kini operasional kembali normal sehingga Papah tidak perlu mengawasi setiap hari di pabrik. Hari-hari ku dengan Papah sebagai ‘pengantin baru’ kembali bersemi.
“Selama di villa kamu nakal ga?” tanya Papah padaku sambil cuddling.
“Ga dong. Aku kan anak baik” jawabku sambil mencium tangan Papah. Tentu aku tidak menceritakan ‘kegiatan’ku di sana dengan Kak Doni dan Mang Ujang.
“Pinter banget anak Papah yang satu ini” kata Papah sambil meremas payudaraku. Aku hanya mendesah dan membalikan badanku kemudian mencium Papah. Kami kembali melanjutkan ke ronde selanjutnya. Sejak pagi kami berhubungan badan hingga malam menjelang. Rasa kangenku pada Bayu Junior terbayarkan. Entah sudah berapa mililiter sperma Papah masuk ke dalam rahimku.
Dua hari sebelum perkuliahan dimulai, aku harus ke kampus untuk mengurusi kontrak kuliah. Seperti biasa aku pergi bersama Alya. Selama perjalanan Alya masih sangat excited dengan liburan kami kemaren. Aku jadi ikut excited. Sudah pasti kami excited soal hal yang berbeda.
Setelah sampai kampus, aku dan Alya mampir ke kantin dulu untuk makan. Dalam perjalanan ke kantin kami berpapasan dengan Irene. Alya menyapanya, tapi dia tidak menjawab dan mukanya terlihat sangat sinis kepadaku.
“Dih, sombong amat” kata Alya.
“Udah, Al, biarin aja” kataku sambil menarik tangan Alya agar berjalan lebih cepat. “Apakah Irene sudah tahu hubunganku dengan Pak Anto?” pikirku dalam hati.
Selesai makan kami bergegas menuju kantor jurusan. Ada beberapa teman kami juga di sana. Termasuk Kak Doni. Kak Doni menjadi canggung setelah melihatku. Aku hanya tersenyum padanya, sedangkan Alya langsung memeluknya.
Di kantor jurusan ada beberapa dosen, termasuk Pak Anto. Aku tersenyum padanya, dia hanya mengangguk saja. Setelah urusan kontrak kuliahku selsai aku langsung keluar ruangan menunggu Alya di sofa depan kantor jurusan dengan Kak Doni. Dia hanya diam saja tidak mengajakku ngobrol.
“Diem-diem bae kaya yang ga pernah telanjang bareng aja” kataku pada Kak Doni pelan.
“E-eh, Cel. Jangan ngomongin itu di sini” jawab Kak Doni gelagapan.
“Kenapa? Takut ketawan Alya?” kataku sambil mengeluarkan handphone dari dalam tas. Kak Doni hanya mengangguk. “Aman, Don” kataku santai. Entah mengapa jiwa dom ku pada Kak Doni masih terbawa hingga sekarang, mungkin itu juga yang membuatnya hanya diam saja ketika melihatku.
Tidak lama kemudian Alya keluar dari ruangan. Kami bertiga lanjut mengobrol di sofa depan kantor jurusan, meskipun hanya aku dan Alya saja yang mengobrol, Kak Doni irit bicara. Semakin lama kantor jurusan semakin sepi. Aku perhatikan Pak Anto belum keluar ruangan sedari tadi.
“Lanjut ngobrol di kantin, yuk” ajak Alya.
“Duluan aja, Al, aku mau konsultasi mata kuliah dulu sama Pak Anto” jawabku sambil mengeluarkan kontrak kuliah dari dalam tas.
“Okaay” jawab Alya sambil menggandeng Kak Doni berjalan menjauhi kantor jurusan.
*Tok tok tok* [aku mengetuk pintu]. “Masuk” jawab seseorang dari dalam ruangan. Aku membuka pintu perlahan. Kulihat Pak Anto sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Aku menghampirinya perlahan dan duduk di depan mejanya.
“Ada apa, Cel?” kata Pak Anto.
“Irene kayanya musuhin aku deh. Pak, eh, Mas Anto cerita apa aja ke dia?” jawabku sambil menaruh tasku di bawah.
“Ga cerita apa-apa sih, cuma dia nanya tempo hari kamu nemuin saya ada apa” jawab Pak Anto sambil lanjut mengetik.
“Abis itu Mas ngejauhin dia?” tanyaku penasaran.
“Hmm ya begitulah. Kan udah punya kamu” jawabnya santai. Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya.
“Yaudah deh, mau nanya itu aja kok” kataku sambil mengambil tas.
“Bener itu aja?” katanya sambil menutup laptop.
“Emang mau apa lagi?” jawabku sambil berdiri. Pak Anto hanya memperhatikanku. Dari atas sampe bawah. Hari ini aku mengenakan kaos dengan luaran cardigan dan celana jeans. Kaos yang ku gunakan sedikit ketat sehingga bra ku terlihat menyeplak dari luar.
“Ga kangen sama Mas?” katanya sambil berdiri dan berjalan menghampiriku. Aku panik dan melihat sekitar.
“M-mas, jangan di sini deh” kataku sambil menahan badannya yang lumayan berotot. “Hhmmppfhh” Pak Anto menciumku. Tidak ada pilihan, aku hanya membalas ciumannya dan melingkarkan tanganku ke lehernya. Lumayan lama kami berciuman.
“Jangan di sini sayang” kataku sambil melepas ciumannya.
“Yaudah kamu ke labkom lantai 5, nanti saya nyusul” kata Pak Anto sambil memasukan laptopnya ke dalam tas. Aku hanya mengangguk dan segera menuju Lab Komputer di lantai 5. Oh iya, kantor jurusanku berada di lantai 2.
Setelah sampai Lab Komputer, aku langsung masuk. Ruangan ini memang ruangan Pak Anto mengajar. Lab Komputer ini terbagi dengan sekat tembok menjadi tiga bagian; ruangan praktek komputer, ruangan monitoring dan ruangan server. Tidak lama kemudian Pak Anto datang dengan terburu-buru.
“Masuk sini” ajak Pak Anto untuk memasuki ruang monitoring. Aku bergegas mengikutinya dari belakang. Di dalam ruangan tersebut tersedia beberapa komputer, monitor CCTV dan sofa. Aku hanya duduk di sofa sambil menunggu Pak Anto mengunci semua pintu.
“Amannn” katanya sambil duduk di sampingku dan meremas payudaraku.
“Aww. Sering ngewe di sini ya sama Irene?” tanyaku penasaran.
“Hehehe ko tau?” jawabnya sambil cengengesan.
“Pantes tiap beres kuliah si Irene ga pernah langsung keluar ruangan, ternyata…” belum beres aku bicara, mulutku sudah disosor oleh Pak Anto sambil meremas payudaraku. Aku hanya mendesah pelan dan membalas ciumannya. Tangan Pak Anto mulai melucuti pakaianku, mulai dari cardigan hingga kaosku, yang tersisa hanya bra ku saja. Aku juga tidak tinggal diam, kancing kemejanya satu per satu aku buka, baju dalemannya juga.
Aku mengusap-ngusap dadanya yang bidang dan melepas ciumannya. Aku turun ke bawah untuk membuka celananya. Kemaluannya yang sudah tegang terlihat jelas dari balik celana dalamnya. Setitik cairan pre cum juga membasahi bagian atas celana dalamnya. Kujilati kemaluannya dari luar celana dalam hingga celana dalamnya basah. Pak Anto hanya mendesah pelan.
“Sepong dari dalem sayang” kata Pak Anto. Aku menurutinya dengan melepaskan celana dalamnya dan mulai mengulum kemaluannya “Sluurppps”. Pak Anto mendesah sambil melihat ke langit-langit ruangan ini. Sambil mengulum kemaluannya, aku membuka celana jeans dan celana dalamku. Kemudian, aku memainkan klitorisku. “Ahhhh” desahku sambil mengulum kemaluan Pak Anto. Setelah dirasa cukup basah, aku menghentikan kulumanku dan menaiki kemaluannya.
“Ahhhh anget banget” kataku sambil menggoyangkan pinggulku perlahan.
“Emang kamu paling ngerti maunya saya” kata Pak Anto sambil melepas bra ku dan menjilati putingku.
“Ahhh iya donghh” jawabku sambil mendesah. Untung saja ruangan ini kedap suara seperti studio band, jadi aku bisa mendesah sekeras mungkin tanpa khawatir orang di luar mendengarnya.
Gerakanku semakin lama semakin cepat. Dari mulai maju mundur, hingga naik turun. Pak Anto sibuk menjilati puting dan meremas payudaraku sambil sesekali meremas pantatku yang mungil. Aku mulai mengerti jika dia meremas pantatku berarti dia menginginkan aku menggerakan badanku lebih cepat.
*Sssrrrr* [cairanku keluar]. Aku menggelinjang hebat. Aku terheran heran kenapa cepat sekali aku orgasme.
“Kamu udah keluar sayang?” tanya Pak Anto heran.
“I-iya nih. Ga biasanya cepet keluar kaya gini” jawabku sambil melepaskan kemaluannya dan tiduran di sampingnya yang masih duduk dengan kemaluan yang berdiri tegak. Aku melihat ekspresi mukanya yang kecewa. Aku hanya lemas tidak berdaya.
*Kriinggg* [suara notifikasi telpon WhatsApp masuk]. Alya menelponku. Aku langsung mengangkatnya.
“Kamu di mana, Cel?” tanya Alya.
“Aku masih di kantor jurusan, kenapa, Al?” jawabku lemas.
“Kamu kenapa lemes gitu, Cel? Aku mau ngabarin kalo aku mau pulang bareng Doni” kata Alya excited. Saat akan menjawab Alya, tiba-tiba ‘rudal’ Pak Anto menghantam kemaluanku dengan keras.
“AAKKHHH. I-iya, Al. U-udah dulu ya” kataku sambil menahan sakit dan segera menutup telponnya. “Sakit, Mas, pelan-pelan” kataku pada Pak Anto sambil mendorong badannya. Tanpa menghiraukan ucapanku genjotannya malah semakin cepat. Usahaku mendorong badannya yang lebih besar dari badanku juga sia-sia.
“Aku masih sange sayang ahh” kata Pak Anto sambil terus menggenjotku.
“Pake aku sepuasnya, Mas” jawabku pelan. Aku hanya bisa pasrah.
“Ini baru mahasiswi yang teladan” Pak Anto semakin mempercepat gerakannya sambil sesekali menggoyangkan pinggulnya. Aku hanya tersenyum lemas. Meskipun sedikit linu dan sakit, tapi aku tidak ingin Pak Anto semakin kecewa karena aku tadi keluar duluan. Aku harus ‘membayar’nya.
Pak Anto menyuruhku menungging. Dengan segenap sisa tenaga aku menurutinya. Tanpa disuruh dia langsung menyodokku dari belakang. Aku hanya bisa mendesah sambil menggigit bibir bawahku menahan sakit sekaligus keenakan. Aku merasakan jarinya masuk ke lubang pantatku sambil membasahinya menggunakan cairan dari kemaluanku.
“Jangan, Mas, jangan kesitu” kataku tak berdaya.
“Udah nikmatin aja. Katanya disuruh pake sepuasnya” jawab Pak Anto sambil meneruskan aksinya mencolok lubang pantatku. Lagi-lagi aku hanya bisa pasrah sambil menahan perih. Tidak lama kemudian dia mengarahkan kemaluannya ke lubang pantatku. Dengan perlahan memasukan kemaluannya ke sana.
“Awwhh. Ughhh. Mas” desahku menahan perih. Pak Anto tetap memasukan kemaluannya ke pantatku. Ini pertama kalinya aku di-anal. Rasanya perih, tapi ada gelinya.
“Uhhh sempit banget bool kamu” kata Pak Anto sambil menggerakan pinggulnya perlahan. Setelah dirasa agak longgar, Pak Anto mempercepat gerakannya. Aku hanya bisa menggigit bibi bawahku sambil memegang erat kulit sofa. Pak Anto menundukan badannya sehingga menempel ke punggungku. Dia menciumi punggungku sambil sesekali menjilatnya. Tidak lupa tangannya juga meremas payudaraku dari belakang.
“Aku mau keluar sayang” bisiknya tepat di telingaku. Aku hanya mengangguk sambil menoleh sedikit ke arahnya. *Crooott* [spermanya keluar di dalam lubang pantatku]. Aku merasakan kehangatan cairannya hingga ke dalam perutku.
“Ugghh pelan-pelan, Mas” kataku saat Pak Anto mengeluarkan kemaluannya dari lubang pantatku. *Ploop* [suara kemaluan keluar dari lubang pantat]. Aku langsung menjatuhkan badanku ke sofa dengan pantat sedikit terangkat karena masih terasa perih. Pak Anto juga langsung duduk di sampingku, kulihat kemaluannya masih tegang dan masih banyak sisa spermanya. Tanpa pikir panjang aku meraih kemaluannya dan mengulumnya untuk membersihkan sisa sperma. “Sluurpsss”.
“Yess, baby. Jilatin semuanya. Jilat semua sisa tai kamu di kontol saya” kata Pak Anto sambil mengelus kepalaku. Aku hanya menatap matanya dan tersenyum. Entah kenapa semua kata-kata yang keluar dari mulutnya, baik itu pujian atau hinaan, membuatku merasa senang.