
Celine : Seks dan Kehidupan – Libur Telah Tiba
Baca Bokep Cerita Seks Terupdate

“Akhirnya beres juga kuliah semester ini” kataku sambil menggeliatkan badan.
“Hush! Baju kamu keangkat tuh. Perutnya ke mana-mana. Untung six pack” kata Alya sambil menurunkan bajuku. “Pak Anto ngeliat dikit tadi” bisik Alya.
“Sampai jumpa di semester depan ya semuanya” kata Pak Anto sambil berjalan keluar kelas. Sekilas aku melihat Pak Anto tersenyum kepadaku.
Aku dan Alya berjalan menuju parkiran mobil. “Eh, tadi Pak Anto senyumin aku tau pas dia keluar kelas” kataku pada Alya. Pak Anto adalah dosen di kampusku. Usianya sekitar 35-40 tahun dan memang dari muka dan badannya masih terlihat muda dan gagah. Aku yakin dia rajin olahraga.
“Gimana senyumnya? Senyum ramah atau senyum mesum?” jawab Alya sambil tertawa. Aku hanya ikut tertawa dan mencubit Alya. Tapi, aku jadi overthinking. “Tadi itu senyum ramah atau senyum apa ya?”
Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar dan menjatuhkan badanku di atas kasur. Papah sedang di pabrik konveksinya, sedangkan Mamah memutuskan menetap di rumah Akong setelah Amah meninggal dunia. Jadi, hanya aku dan Papah yang tinggal di rumah ini layaknya pengantin baru.
Keesokan harinya seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk aku dan Papah terus bersih-bersih rumah. Hari ini Papah kembali harus ke pabrik konveksinya mengecek kerjaan karyawannya karena ada pesanan yang harus beres minggu ini.
“Papah pergi ya sayang” kata Papah sambil mencium dan memelukku.
“Hati-hati, Pah” kataku sambil membalas ciuman dan pelukannya. Benar-benar seperti pengantin baru.
Selesai bersih-bersih rumah, aku istirahat sambil rebahan dan scroll TikTok. *Tringg* [bunyi notifikasi WhatsApp] “Selamat pagi. Maaf mengganggu” isi chat tersebut dari nomor yang tidak aku save. Setelah lihat profile nya ternyata itu adalah… Pak Anto. Aku langsung terduduk dan terdiam sebentar. “Tumben Pak Anto ngechat. Ada apa ya?” tanyaku dalam hati. Kemudian Pak Anto menginfokan kalau tugas terakhirku belum beliau terima padahal sudah lewat deadline. Aku langsung panik dan bergegas mengecek tugasku di kamar. “HUAHHH KO SAMPE LUPA TUGASKU GA KEKUMPULIN” kataku teriak sambil mengeluarkan tugas jurnalku dari dalam tas. Aku meminta izin untuk menelpon beliau untuk menjelaskannya, tapi beliau hanya berkenan jika aku menjelaskannya secara langsung. “Libur-libur gini harus ke kampus deh” sesalku dalam hati.
Setelah mandi, ganti baju dan touch up, aku bergegas pergi ke kampus. Aku mengenakan flannel dengan daleman tanktop dan celana jeans. Diperjalanan aku menelpon Alya dan bercerita tentang kejadian ini.
“Hahaha dasar dosen mesum. Itu tuh dia pengen ketemu biar bisa ngewe sama kamu, kaya di film-film bokep itu loh” kata Alya sambil tertawa terbahak-bahak.
Aku hanya tersenyum malu “Apaan sih, Al”.
Setelah sampai kampus, aku bergegas berlari ke arah dekanat dan kantor jurusanku. Di sana aku melihat temanku yang lain, Irene.Spoiler: Ilustrasi Irene
“Eh, Ren, lagi ngapain di sini?” tanyaku sambil ngos-ngosan.
“Hai, Cel. Ini biasa masalah nilai. Aku duluan ya, Cel” jawab Irene sambil terburu-buru.
Tanpa memikirkannya aku langsung mengetuk pintu kantor jurusan. *Tok tok tok* [suara ketukan pintu]. Tidak ada yang menjawab. Ku ketuk sekali lagi. *Tok tok tok*. Masih tidak ada jawaban. *Jeglek* [suara pintu terbuka] Aku mencoba membukanya dan ternyata tidak terkunci.
Setelah masuk beberapa langkah, tiba-tiba ada yang bersuara dari dalam kamar mandi “Udahlah, Ren, jangan maksa di sini. Kan saya udah bilang nanti malem saya ke kosan kamu kaya biasa”.
Aku kaget dan terdiam. “Sa-saya Celine, Pak. I-irene tadi sudah pulang” kataku.
[suara flush toilet]. *Jeglek* [suara pintu terbuka] “E-eh, maaf, sa-saya kira bukan kamu”. Ternyata itu adalah Pak Anto.
Kami duduk berhadapan yang dibatasi meja dengan canggung. Aku hanya melihat sekeliling ruangan, sedangkan Pak Anto mengecek tugas jurnalku.
“Oke! Tugas dan alasan kamu saya terima, tapi saya cuma bisa kasih kamu nilai C karena kamu terlambat mengumpulkannya” kata Pak Anto di tengah keheningan.
“Yah, jangan dong, Pak. Nanti IPK saya jadi turun banget” kataku memohon. Pak Anto tidak menjawab.
“Pak, please, jangan kasih saya nilai C” kataku lagi.
“Tidak bisa, Celine. Ini prinsip saya. Jika tidak ada kepentingan lagi silakan keluar, saya lagi sibuk. Oh iya, soal omongan saya tadi pas awal kamu datang jangan beritahu siapapun ya. Lagian itu bukan mau apa-apa, hanya untuk diskusi di kosan dia” jawab Pak Anto.
“Yeuu kocak diskusi apaan di kosan” kataku dalam hati.
Aku jadi teringat kata-kata Alya waktu ditelpon tadi dan juga gerak-gerik Irene sewaktu bertemu di depan kantor jurusan. “Jangan-jangan tadi dia kesini mau nego nilai pake cara ‘itu’. Aku coba aja kali ya” kataku dalam hati.
Aku bergegas berdiri dan berjalan menuju pintu. *Crekkk* [suara pintu terkunci]. Pak Anto langsung melihat kepadaku. “Mau ngapain kamu? Kenapa pintunya dikunci?” kata Pak Anto sambil berdiri. Aku berjalan mendekati Pak Anto.
“Kasih saya nilai A atau saya laporin hubungan Bapak dengan Irene ke dekanat” kataku sambil menatap tajam Pak Anto.
“Kamu ngancam saya?” jawab Pak Anto.
“Inikan yang biasa Irene lakuin biar dia dapet nilai A?” kataku sambil meremas kemaluan Pak Anto yang sudah tegang.
“E-eh, jangan kurang ajar kamu” jawab Pak Anto kaget. Aku langsung berjongkok di hadapan kemaluannya. Kemudian membuka ikat pinggang dan sletingnya perlahan. Kemaluannya sangat tegang di balik celana dalamnya. Aku langsung membuka celana dalamnya dan kemaluannya langsung ‘meloncat’ mengenai kacamataku. Tanpa pikir panjang aku langsung mengulum kemaluannya. “Sluurrpss”. Aku melihat ke atas, Pak Anto hanya merem melek menikmati kulumanku. “Dasar dosen mesum” kataku dalam hati.
“U-udah, Celine. Stop!” tangan Pak Anto mencoba menjauhkan mukaku dari kemaluannya. Tapi, aku tarik kembali kemaluannya dan semakin memperdalam kulumanku. Pak Anto hanya menggigit tangannya agar dia tidak mendesah. Aku semakin mempercepat kulumanku sambil memainkan buah zakarnya. Pak Anto bergerak tidak karuan kemudian… *Crooottt* [sperma Pak Anto keluar]. Spermanya memenuhi mulutku. Aku langsung menelannya dan membersihkan sisa spermanya di sekitar mulutku dengan flannel yang aku pakai.
“Jadi, masih tetep mau ngasih saya ni…” kataku. Tapi, sebelum menyelesaikan ucapanku, Pak Anto memegang kepalaku dan menciumku ganas. “Hmmpphhh”. Tangannya bergerak membuka flannelku dan tanktopku. Sesekali dia meremas payudaraku yang masih tertutupi sport bra. “Ahhhh” desahku tak tertahankan.
Pak Anto membuka celana jeans dan celana dalamku, kemudian memosisikan ku menungging di ujung meja kerjanya. Dalam posisi menungging, dia menjilati kemaluan dan lubang pantatku dari belakang. Aku hanya bisa mendesah pasrah.
“Rasain ini. Berani-beraninya ngancem saya” Pak Anto memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku dengan keras.
“Aww ahhh, Pak, pelan-pelan” desahku.
“Ga ada pelan-pelan. Ini hukuman buat kamu karena udah ngancem saya dan telat ngumpulin tugas” jawabnya sambil mempercepat gerakannya.
“Uhhh ahhh. Maafin saya, Pak” aku meminta maaf sambil mendesah.
“Gila! Memek kamu lebih enak daripada memek si Irene” puji Pak Anto. Aku hanya bisa mendesah pelan sambil menggigit bibir bawahku. Aku baru ingat kalau Pak Anto tidak menggunakan kondom dan kemaluannya belum aku bersihkan setelah tadi keluar karena ku kulum. “Ahh, gimana nanti deh. Nikmatin dulu aja” kataku dalam hati.
Pak Anto mendudukan ku di kursinya sambil membuka kemeja dan baju dalamnya. Kini dia telanjang bulat. Benar dugaanku kalau dia rajin olahraga, perutnya six pack dan otot dadanya lumayan. Pantas saja banyak mahasiswi yang menyukainya.
“Masih berani ngancem saya? Hah?” kata Pak Anto sambil kembali memasukan kemaluannya ke kemaluanku.
“Ughh ahhh. Maafin saya, Pak, saya ga akan gitu lagi” jawabku sambil mendesah. Pak Anto menciumku. Aku membalas ciumannya sambil melingkarkan tanganku ke lehernya.
“Saya kasih kamu nilai A, asal memek kamu ini buat saya” bisik Pak Anto.
“Terima kasih, Pak. Badan aku semuanya mulai sekarang punya Bapak” jawabku sambil menciumnya.
“Hahaha gitu dong. Oh iya, jangan manggil Bapak. Panggil ‘Mas’ aja” katanya sambil membalas ciumanku. Aku hanya mengangguk sambil menikmati genjotan dan ciumannya.
*Crooottt* [sperma Pak Anto keluar lagi]. Kali ini dia mengeluarkannya di dalam kemaluanku. Aku yang menginginkannya.
“Nakal juga mahasiswiku yang satu ini” kata Pak Anto sambil mengeluarkan kemaluannya dari kemaluanku.
“Lebih nakal aku atau Irene?” tanyaku sambil menjilati kemaluannya, membersihkan sisa spermanya.
“Aww. Ya, lebih nakal kamulah. Memeknya juga enakan kamu” jawab Pak Anto.
Kami membersihkan diri di kamar mandi secara bergantian. Setelah ‘urusan’ ku beres, aku langsung meninggalkan kantor jurusan. Untungnya keadaan saat itu sangat sepi karena memang sudah libur semester dan sudah sore juga. Setelah masuk ke dalam mobil, aku langsung meminum Postinor yang sengaja aku bawa dari rumah. Kemudian aku berdiam sejenak sambil mencerna apa yang sudah terjadi hari ini. “Ya, lebih nakal kamulah. Memeknya juga enakan kamu” kata-kata itu terus terngiang di dalam pikiranku. Aku tersenyum kecil dan mulai menyetir mobilku menuju rumah.